"Ajarin anakmu, Sur. Kalo di rumah boleh-boleh saja manggil saya Om tapi di sekolah beda lagi." Kata-kata tadi tentu ditujukan untuk Farel. Anak degil itu malah tertawa mendengar nasihat untuk papanya.
Lagi-lagi rasa tidak enak menjalar dalam tubuh Surya. Ia memaksakan senyum tidak apa-apa pada Farel.
"Memangnya kenapa Om? Malu punya ponakan seperti saya?" Farel tersenyum miring. Dari hawa-hawanya ia mulai mau mencari gara-gara dengan Jojo.
"Bukan begitu, Rel. Nih, kamu contoh Alan. Dia ini beda banget sama kamu, dia sangat menghormati saya di mana pun saya berada." Jojo melihat ke arah Alan yang segan padanya. Pasti dia tidak menyangka gurunya akan menjadi omnya.
"Kan saya bukan Alan, ya jelas beda lah," jawab Farel memutar bola matanya malas.
"Mau manggil Pak Guru atau Om Jojo tuh sama aja, Farel tetep keponakan Om Jojo," tambah Farel yang sekarang melanjutkan suapannya yang tertunda.
Jojo mengehla napas. Ia jadi teringat saat Farel meneri
Halaman rumahnya tampak sepi, tetapi gadis itu tetap memberanikan diri untuk masuk ke pekarangan rumah Karin.Pertama saat sampai di beranda, Devi menjamah ponselnya di dalam saku, ia memeriksa apakah ada notif atau tidak.Embusan napas lolos darinya. Devi berjalan ke arah pintu dan mengetuknya."Rin! Karin!" panggil Devi."Apa masih tidur?" Devi berhenti mengetuk pintu. Ia jalan sini jalan sana untuk menunggu orang rumah membukakan pintu.Tak berapa lama menunggu, seorang wanita membuka pintu rumahnya. Devi sudah bisa tahu siapa wanita yang tengah berdiri itu."Tante Mey, Karin kemana ya? Dari malam Devi telepon kok gak diangkat-angkat?"Mey langsung menarik lengan Devi ke dalam rumah. Sebelumnya ia terlihat mengamankan suasana di luar. Mey menutup pintu rapat-rapat.Mey mondar mandir tak jelas di depan Devi. Wanita itu mengigit jari-jarinya, harus mulai dari mana membicarakan masalah Karin."Tante kenapa?"
Hari ini adalah rapat untuk semua siswa, karena besok mereka akan berangkat dengan bus khusus untuk kemah. Sebenarnya tiga hari yang lalu memang sudah dilakukan diskusi bersama. Namun, kali ini ada ketetapan baru dari panitia dan osis. Mereka ingin memisahkan anak ips dan anak IPA, itu sengaja dilakukan, karena mengingat kejadian beberapa hari yang lalu anatara Shela dan Gendis.Dan untuk menertibkan kursi supaya tidak rusuh. Pak Broto ikut memberi keputusan, bahwa semua kursi yang ada di dalam bus akan ditempelkan nama mereka. Hal ini untuk mengurangi kerusuhan dari orang-orang kurang angsur seperti Farel dan kawan-kawan.Barang siapa yang berani memprotes minta tempat duduknya ditukar atau diubah, maka mereka harus berhadapan langsung dengan Pak Broto."Yah, gak bisa seru-seruan dong?" Keluh Didi."Kadang-kadang Pak Broto emang suka bangsat, ya." Farel mendumel.Farel melirik-lirik orang-orang di sekitarnya. Ia tak sengaja melihat Sina tak
"Turun! Turun!" Instruksi Pak Broto sambil menyiprat sebagian siswa yang masih tertidur."Pak, mana tempat kemahnya?" tanya salah seorang siswa. Mereka tidak melihat tenda atau semacamnya."Masih dua kilo lagi, Bis gak bisa naik, bahaya. Kita semua jalan kaki sampai sana!" jawab Pak Broto sekaligus memberitahu pada semuanya."Wajah lo kenapa sin?" Shela menelisik setiap inci wajah Sina. Cewek itu tertunduk seraya perlahan meraba wajahnya."Hah?" Sina kembali mendongak. Kemudian Shela memberi Sina cermin berukuran kecil yang selalu ia bawa ke manapun."Rel lo gak hapus?" tanya Rangga yang baru turun. Ia melihat risih wajah Sina yang hampir tak nampak oleh curat-coret spidol hasil Farel."Lo yang lakuin ini Rel? Wah kurang asem, gue bilangin Pak Broto lo bau tau rasa!" ancam Shela tak terima."Heh, gue lupa! Jangan Shel, gue lagi males berurusan sama tua Bangka itu! Farel menepuk jidatnya."Siapa yang tua Bangka Farel?" Sua
"Udah dapet berapa, Di?" tanya Farel tanpa menoleh ke belakang. Cowok itu terus berjalan di belang Sina sambil menyinari pohon-pohon di sekelilingnya dengan senter."Ck, Didi!" panggil Farel lagi. Namun, masih tak ada sumber suara di belakang . Akhirnya cowok Farel memilih menengok ke belakang untuk memeriksa keberadaan Didi.Farel tersentak tak mendapati Didi. "Di?""Wei, si Didi ketinggalan!" pungkas Farel pada Sina. Saat Farel mengarahkan tubuhnya ke depan lagi, sudah tak nampak siapapun di sana."Lah? Kemana cewek itu?"Tak berapa lama berjalan Farel mendengar seseorang berteriak meminta tolong."Tolong!" teriak seseorang. Suaranya masuk samar-samar pada telinga Farel.Farel segera mencari sumber suara itu. Cowok itu terus menelisik hutan yang entah sudah sampai mana ia melangkah.Farel menggaruk kepalanya prustasi."Farel! Gue di bawah!" teriak Sina. Farel lekas mengedarkan matanya ke arah bawah. Ia meli
***Oliv merasa khawatir dengan adiknya, saat ia pulang dari kafe terlihat Nessa terus menggerutu prihal Sina. Ternyata gadis itu sudah pulang. Oliv bertanya akan keberadaan gadis itu. Tetapi Nessa malah memberikan jawaban menohok."Dia Tante kunci di kamar mandi!"Mendengar pengakuan Nessa, Olive bergegas menuju kamar Sina. Ia langsung membuka pintu kamar mandi dan mendapati Sina terkapar dengan wajah pucat.Oliv segera membopong gadis itu ke atas ranjang. Badannya terasa panas, gadis itu demam.Oliv mengambil air untuk mengompres adiknya dan menyiapkan makanan untuk Sina. Memanglah Oliv selalu iba jika Tante Nessa terlalu keras pada gadis itu. Oliv juga manusia yang mudah tersentuh hatinya."Sin bangun, jangan bikin gue khawatir," ucap Oliv memegang tangan sang adik.Perlahan Sina membuka pelupuk matanya. Keberadaan Oliv masih terlihat remang dalam pandangannya, lantas membuat Sina mengerutkan kening hingga wajah Oliv terlihat jelas.
"UDAH BERANI JADI TUYUL KAMU?" Amarahnya tersulut-sulut. Nessa menunjuk-nunjuk wajah Sina yang terlihat kebingungan."Maksud Tante?" tanya Sina yang tidak tahu apa-apa."Alah! Gak usah belaga so gak tau apa-apa. Kamu maling uang Tante 'kan?" tanya Nessa terlihat mengintimidasi anak itu. Tentu saja Nessa sangat marah pada Sina, karena kelakuan Sina main berani padanya. Setelah beberapa waktu lalu tetap ikut kemah ia jadi tahu semakin ke sini Sina semakin membangkang, tidak penurut lagi.Apalagi uang senilai enam juta itu akan Nessa gunakan untuk menambah modal dalam membuka butiknya.Hatinya bagai ditusuk dengan ribuan benda tumpul. "Kenapa Tante ngomong kayak gitu. Sina gak ambil uang Tante!"Nessa terus mendesak agar Sina mau mengaku. Namun, Sina tetaplah Sina, ia bersikeras dengan apa yang ada dalam hatinya.Bahkan setelah mendapat tamparan keras dari Nessa, Sina masih tetap tegas mengatakan bahwa bukan dia pencurinya. Untuk itu, Nes
Shela dan yang lain bertanya-tanya prihal ruangan Farel, suster memberitahukan bahwa ruangan cowok itu ada di sebelah kiri setelah berjalan lurus. Sesegera mungkin mereka berlari ke tempat yang diarahkan suster tadi.Di sana sudah ada mama tirinya yang bernama Dila. Sebelum beranjak ke sini, Shela sempat menghubungi om Surya tetapi pria itu sedang tidak bisa dihubungi, alhasil Shela mengabari Alan.Sina tampak termenung sermbari sibuk memainkan jari-jarinya. Dila terus mengintip keadaan Farel di sela pintu yang ada kacanya. Sementara Alan, ia terus menghubungi Surya yang sedang berada di perjalanan untuk keluar kota.Semua terlihat panik, keculai gadis yang kini tersenyum devil melihat kecemasan semua orang."Sin, Farel gimana?" Shela duduk di samping Sina. Cewek itu terlonjak kaget."Farel dikeroyok sama cowok yang namanya Deo. Waktu pertamakali kalian nyerahin gue sama anak-anak The Blue. Iya, gue yakin itu mereka."The Blue?" Devi mengeru
"Karena Rangga lagi di luar negeri, jadi dia ngucapin sumpahnya secara virtual aja. Nih, hoode lo, Sin. ST Seven.""Selamat datang Sinar Rembulan!" ucap Didi secara lantang.Karena Farel masih di rumah sakit, akhirnya ia tidak bisa menyaksikan sumpah yang Sina ucapkan. Akan tetapi, Farel percaya Sina pantas masuk ke lingkaran ST.Sina resmi jadi anggota ST. Shela dan Devi mengajak Sina untuk mencari orang yang sudah menghamili Karin. Shela sudah sangat lama mengabaikan masalah cewek itu."Shel, apa ngga sebaiknya kita kasih tahu Didi. Dia bisa bantu kita," bisik Devi."Jangan dululah. Lo tau sendiri kan Didi itu gimana orangnya. Mulutnya itu terlalu lemes, nanti kalo dia ngasih tahu Farel, gimana? Kan Farel masih sakit. Udahlah kita kan ada Sina "Devi beroh dan manggut-manggut.Shela menghampiri Sina yang sedang duduk-duduk di kursi panjang yang tersedia di basecamp. Cewek itu melihat-lihat foto-foto lawas anggota ST yang