Lahat ng Kabanata ng My Brilliant Doctor: Kabanata 91 - Kabanata 100
115 Kabanata
Chapter 91: Scream
Happy reading ;)----------------Vin melepas beberapa kancing kemeja atas saat helikopter telah siap untuk membawanya ke Italia. Pikirannya kembali di terjang dengan potongan potongan kejadian yang baru saja terjadi.Ketiga made guy Sisilia menunduk hormat saat Vin menapaki kabin dan duduk santai berbeda dengan hatinya yang terus bergemuruh mengapai pusat kepala.Made guy yang menjemput Vin saling menoleh melihat kacaunya bos Bratva itu. Tetapi Vin memang selalu tampak agung dan dingin berbeda dari Don mereka yang santai namun tetap keji.Helikopter mengudara menampilkan keindahan kerlip bintang juga ramainya kota di bawah sana. Walau begitu, tak mengubah gundahnya hati Vin saat ini justru membuatnya semakin geram.Vin tak bisa melepaskan Tara begitu saja, ia perlu rencana matang agar wanita itu kembali dalam hidupnya dan menerima fakta tentangnya. Vin mendengus kasar, mustahil! Ia menengadah memejamkan mata, ingatannya justru tertarik pada
Magbasa pa
Chapter 92: Daubentonia Madagascariensis
Happy reading ;)----------------Vin tengah mengamati ruang tamu yang redup dan berkelas. Lampu gantung dan hiasan dinding berbahan dasar emas begitu kontras dengan soffa juga pot pot kecil kristal yang terpajang di setiap meja.Tak berselang lama, Marco dan ke empat made guy membawa meja juga sesuatu yang di bungkus oleh kain emas berukuran kecil. Vin menoleh pada Marco yang turut menghampiri meja tersebut."Ini hadiah untukmu, primata langka Madagaskar." Ia membuka kain penutup hingga menampilkan tiga ekor hewan mirip sugar glider namun jauh berbeda dengan fisiknya yang tampak seperti penyihir menakutkan.Daubentonia madagascariensis adalah nama latin hewan tersebut, bulu dari lemur nokturnal (beraktivitas pada malam hari) ini begitu kasar dan kusut, telinga besar, mata menonjol, gigi seri yang terus tumbuh, serta jari-jarinya kurus dan panjang. Berbicara soal bagian tubuh tersebut, jari tengahnya bahkan dapat tumbuh lebih panjang. 
Magbasa pa
Chapter 93: FIG
Happy reading ;)----------------Vin terdiam, tubuhnya kaku. "Sejak kapan kau memasang penyadap di apartemennya?" Vin menoleh singkat dan kembali melihat rekaman tersebut."Bukan aku, drone yang memasangnya," Matt tersenyum kekanakan. Sedangkan Vin hanya mendesah lesu. Apa yang tadi Tara katakan? Ia akan mengajaknya bertemu? Benarkah?"C'mon kau bujuk saja dia, lagipula bukankah Tara akan mengajakmu bertemu? Kau harus gunakan kesempatan ini!" saran Matt menggebu. "Mengapa kau yang bersemangat?" Vin beranjak dan meninggalkan sahabatnya. Namun ia terhenti saat mengingat sesuatu. "Kau tahu apa yang tadi di presentasikan?" tanya Vin berbalik.Matt mengangguk santai. "Ya, mengapa?""Kalau begitu, kau langsung terjun melihat lokasi perdagangan mereka.""Apa? Mengapa aku?"Vin menatap tajam. "Ya, Gospodin." Matt menunduk patuh. Tapi mengapa harus melibatkannya? Bukankah perdagangan itu aman aman saja?Tepat saat i
Magbasa pa
Chapter 94: Snowfall
Happy reading ;)--------------Vin bergeming, pertanyaan Tara seolah kembali membunuhnya perlahan. Itu berarti, ia tak dapat menerima fakta tentangnya. Bagaimana bisa Tara meminta sesuatu yang telah ia perjuangkan sejak kecil.Bratva adalah bagian dari hidupnya. Walau sang ayah sempat meminta untuk meninggalkannya tapi, ia tak akan pernah melakukan hal itu bagaimana pun ia bertanggung jawab terhadap orang orang di bawahnya.Vin tak tahu alasan saat ayahnya meminta melenyapkan Bratva, tapi yang jelas ia telah mencapai titik dimana ia berkuas atas segalanya. Lalu, Tara meminta melepaskan begitu saja? Cinta macam apa jika harus meninggalkan sesuatu yang telah ia raih dengan darahnya sendiri?Bukankah cinta akan menerima segala kekurangan berikut kelebihan? Mengapa begitu sulit untuk menerima di saat ia telah menerim segala kurangnya Tara.Vin mengangguk samar. "I can't," jawabnya tegas. Tara tersenyum pahit. "Aku mengerti, ku rasa tak ada lagi
Magbasa pa
Chapter 95: Joey Wedding
Happy reading ;)-------------Gabriella menatap sahabatnya yang masih terisak. "Memang kenapa jika ia seorang mafia?" tanya Gabriella heran."Apa? Kenapa kau bilang? Aku tahu mafia itu kelompok orang orang jahat Gab," ujar Tara seraya meraih lembaran tissue dan membuangnya sembarang."Example?""Mungkin menjual wanita, atau membunuh orang lain? Juga-""Mungkin? Atau? Apa maksudmu? Kau tak tahu apapun Tara." Gabriella menyandarkan tubuhnya di soffa. Sementara sahabatnya masih terisak memandang foto dirinya dan Vin yang di ambil saat bersama."Begini, dengarkan aku." Gabriella kembali duduk dan menatap tajam Tara."Bagaimana jika mereka tak melakukan hal yang kau sebutkan tadi? Tara, para mafia atau gengster atau semacamnya mereka tak akan membunuh orang yang tak bersalah. Lagipula jika seseorang bersalah bukan mereka saja yang akan membunuh, aku pun akan melakukan hal yang sama jika orang lain mengusikku." Gabriella melipat ked
Magbasa pa
Chapter 96: Marco's Planning
Happy reading ;)-------------Tara tersentak saat groomsman yang harus ia gandeng adalah Vin. Seingatnya pria itu adalah kakak sepupu Cindy, Matt. Dengan santai pria itu menekukkan sikutnya.Ia tersenyum simpul seakan tak ada yang terjadi di antara mereka. Berbeda dengan hatinya yang berdegup tak karuan. Vin menghela nafas panjang saat tangan sehalus sutra itu mulai bergelayut dalam lengannya.Ia menepuk punggung tangan Tara sebelum berjalan mengiring pengantin. "Bagaimana kabarmu?" tanya Vin mencairkan suasana."Baik," jawab Tara singkat. Jika saja Vin memiliki kekuatan, ia akan menghentikan waktu sekarang juga. Ia seakan menemukan tempatnya kembali jika berdampingan dengan wanita ini walau jawaban yang ia dengar terlampau singkat, setidaknya ia tak di abaikan penuh olehnya.Sementara Tara hanya terdiam tak menggubris belaian halus di punggung tangannya sedari tadi. Tak munafik Tara merindukan momen saat bersama Vin, selama ini ia tak berh
Magbasa pa
Chapter 97: Make Love
Happy reading ;)--------------"Ah, kau sudah selesai?" tanya Tara canggung. Ia kemudian memberanikan diri untuk menatap Vin yang juga memandang nya datar.Tara tersenyum kaku, Vin tak menjawab atau bahkan menggubrisnya sedikitpun. "Kau akan pulang? Aku-" Tara terdiam kala Vin justru melangkah mengikis jarak.Pandangan mereka terikat seolah bersuara atas rindu dan cinta yang tak pernah pudar. Ketersiksaan mereka seolah menggulung dirinya bersama kepahitan selama ini.Entah siapa yang memulai, Vin dan Tara kembali merasakan kehangatan pada bibir mereka yang saling membelai penuh kasih. Mereka benar benar luruh, cinta telah mendobrak benteng pembatas diri."Maafkan aku," lirih Tara di sela sela ciumannya. Vin tak membalas permintaan maaf Tara ia hanya terus membelit lidah mereka saling mengadu menghantar panas.Vin mengisi rongga mulut tara dan berakhir dengan sesapan lembut di bibir bawahnya. "Aku mencintaimu," ujar Vin seraya menyatu
Magbasa pa
Chapter 98: The Old Love
Happy reading ;)-------------Keduanya tersenyum lembut saling mengisi diri dengan pelepasan yang menerjang menembus batas. Vin tekekeh menyadari hal yang memalukan sekarang. Bercinta di dalam mobil? Oh God! Sebegitu tak bisakah ia menahannya hingga ke apartemen?"Aku tak menyangka melakukannya disini," ujar Tara sembari membenarkan gownnya yang tersingkap hampir terlepas. Tak pernah sekalipun kejadian ini terekam di otak pintarnya. Namun, percintaan setelah perdebatan itu memang gila.Mereka seakan mencoba memahami dan mengampuni satu sama lain atas kesalahannya bahkan keegoisannya. Mereka membuktikan maaf dengan cara indah dan terpatri di setiap lenguhan keras saat itu.Keikutsertaan sebuah janji untuk saling mengisi diantara ketersiksaan juga merupakan hal yang luar biasa dalam bercinta. Tara semakin mengetahui rasa cinta mereka memang tak terbatas. Bahkan tak dapat di ukur dalam kategori waktu.Sumpah dalam erangan adalah hal yang nyata
Magbasa pa
Chapter 99: Hold Shy
Happy reading ;)--------------"Hai Laura, kau terburu buru?" tanya Tara saat Laura menghentikan lift yang sempat tertutup oleh satu tangannya. Wanita itu merapikan jas dokter dengan nafas terengah."Aku ada pasien di penjara seorang wanita, ia harus melahirkan.""Berapa minggu?""32 weeks. Dokter Tara menurutmu bagaimana membujuk pasien itu agar mau operasi sesar?"Tara mengerutkan dahi. "Membujuk? Something wrong?"Laura menggigit bibir bawahnya. "Sel darah menurun, hatinya sedikit tak berfungsi.""Lalu?""Jika tak dilakukan operasi keduanya akan mati."Tara mengangguk. "Katakan saja seperti itu," jawab Tara enteng. Laura hanya mendesah lesu, Tara memang brilliant tapi ia seorang yang kadang tak berperasaan seperti sekarang. Tidak, bukan hanya sekarang."Mengapa tak kau berikan pada obsetri?""Sudah ku hubungi berkali kali tapi mereka tengah mempersiapkan laporan kasus untuk metode baru tentang pe
Magbasa pa
Chapter 100: You Crazy?
Happy reading ;)------------"Ada apa?" tanya Gabriella heran. Laura melipat bibirnya menahan tawa. "Aku harus segera pulang, see you next time. Jangan lupa pesanku," kekeh Laura dan bergegas keluar dari caffe.Tara mengerjap menetralkan suasana. Sial! bagaimana bisa ia melupakan itu? Tara mengusap wajahnya malu. Sedangkan Gabriella hanya menatap curiga."Oh God, bagaimana aku tak menyadari ini?" Tara terperangah tak percaya. Kini ia sedang memeriksa bagian jok mobil yang ternyata masih terdapat bekas siss percintaan mereka. G string yang hilang pun kini muncul di bawah kursi kemudi."Mengapa baru terlihat?" lirih Tara seraya menggenggamnya erat."Tara?" sapa Gabriella tepat di belakang Tara. Wanita itu segera beranjak dan kembali melempar g stringnya ke bawah jok."Ah, ya?" Tara menghela nafas dalam dan tersenyum di buat buat. "Aku numpang mobilmu, mobilku di-""Tidak, eh maksudku aku buru buru tak bisa mengantar
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status