All Chapters of Semalam Bersamamu: Chapter 81 - Chapter 90
120 Chapters
Keluargaku
"Iya, Abah ...." Aku menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Dia marah waktu tahu kalau gue dipesan semalam." Nabas mengangguk. Dia melirik keberadaan ibunya yang masih berada dalam satu ruangan sementara kami berbicara dengan saling berbisik. "Lo mau ke mana abis ini?" "Belum tau." Arloji baruku masih melingkar di pergelangan. Pukul tiga lewat. Sudah mendekati sore, tetapi perutku belum juga diisi. Suara para cacing paduan suara sampai membuat kami tertawa. "Mandi dulu. Lo baunya udah enggak enak." Nabas meninju lenganku dari tempatnya duduk. Dagunya mengedik ke arah wanita tua yang tampaknya sibuk memasak. "Entar yang ada Ibu curiga." Aku melihat camilan dari tas kertas pembelianku tadi telah berpindah ke piring yang disodorkan Nabas ke tempatku duduk. "Thanks, ya." Kue kering dan roti berbagai isian tersaji. "Buat? Kuenya kan dari lo." Dia mengerjap, lucu. P
Read more
Kembali Padamu
"Mobil lo unik." Aku memecah kesunyian dengan mengetuk pinggiran kaca jendela di sampingku. "Beneran?" Kea berseru dalam artian senang, mungkin karena pujianku atau pertama kalinya dia membawa mobil sendiri setelah mendapatkan surat izin mengemudi. "Lucu sih, ya. Antik. Biar seken, tetep aja harganya buat tabungan gue ludes." "Tabungan? Wow!" Itu hal baru dalam pengalamanku mengenali para manusia kalangan menengah ke atas. Setahuku, para wanita kaya cenderung menghabiskan limit kartu kredit dibanding menabung. Mendengar pengakuan Kea, aku terkejut. "Bapak enggak kasih izin buat pakai kendaraan pribadi kecuali gue bisa nabung atau cari uang sendiri," jelasnya di antara lengang perjalanan di hari libur. "Ponsel gue juga beli sendiri." Entah buat apa dia bercerita. Menyombong atau memang blak-blakan cerita. Mending daripada sunyi. Pertemuan di rumah Nabas sebelumnya berakhir dengan
Read more
Resepsi Sederhana
Singkatnya, aku sama Sara baikan. Bukan cuma karena masalah aku pergi dan dia nyoba bunuh diri karena mengalami tekanan dari berbagai pihak, tapi yah ... kami saling membutuhkan. Intinya gitu aja. Tekanan dari orang tua Sara yang marah karena aku pergi dan mereka semakin yakin soal keburukanku di masa lalu, tekanan dari pihak yang kerja sama dengan berbagai gugatan dalam waktu singkat, dan tekanan dari aku yang enggak ada di sisinya. Ya, aku ngerasa bersalah karena memulai permasalahan dengan keegoisan. Kalau enggak Kea ngabarin soal keadaan Sara yang menyayat pergelangan tangan, mungkin aku enggak bakal percaya meski Sara sendiri mengirim fotonya padaku. "Maaf, Ra. Maaf." Berulang kuucap ketika memeluknya, ketika menenggelamkan wajah di bahunya. "Gue lepasin semua ini buat lo, Sa." Iya, dia menyerahkan segalanya, dan akhirnya Abah yang turun tangan menyelesaikan masalah dengan m
Read more
Hidup Kita
"Ini ...." Bisa kulihat lebarnya tatapan Sara saat menginjak halaman di depan rumah kayu tempat aku menghentikan laju motor. Dia melepaskan helm dan menyerahkannya padaku. "Rumah siapa, Sa?" "Rumah Ambu. Enggak besar, tapi punya banyak kenangan." Jenis rumah panggung dua lantai yang baru dipelitur. Setelah menurunkan penyangga motor dan meletakkan helm, kutuntun jemari Sara masuk dalam genggamanku. Dasi kupu-kupu yang terasa memasung kebebasan di leherku melonggar, hampir lepas setelah kancing teratasnya kuloloskan dari lubang kemeja. Aku membawa Sara meniti tangga menuju beranda rumah. Aku sempat berpikir mengenai anak-anak yang berlarian dari beranda ke koridor dalam. Mungkin menjelajahi jalan setapak di sekeliling rumah kalau hutan bambu dipangkas sebagian. Setelah membuka pintu masuk utama, langkah kami mengisi keheningan dalam ruangan. Kuturunkan semua penutup furnitur dan menyadari tampakn
Read more
Balasan Lain
"Elo perlu apa, Lingga?" Sepertinya si Nyonya kangen sampai sebutkan nama yang telah lama kulepaskan ketika memasuki kantornya. Usaha agensi sebagai pengecoh layanan jasa yang ditutupi. "Apa kira-kira yang lo pikir kalau gue dateng?" Nyonya langsung bangkit, menopang tubuh menggunakan meja ketika aku duduk di kursi besarnya. "Gue pikir elo enggak bakal balik abis dipiara artis. Atau abis dapet hukuman dari bokap lo yang ternyata ...." Sudut bibir kananku naik, tergelak dengan pendapat sepihaknya. "Lo tau?" Si Nyonya berpindah, duduk di pangkuan sambil membisik, "Apa yang gue enggak tau?" Sementara tangannya bergerilya masuk ke balik kaus yang kukenakan, bibirnya menjepit sudut telingaku. Sial! "Hei! Gue enggak ngelakuin itu, ya!" Aku memperingatkan ketika memindahkannya ke atas meja. Nyonya buang muka ke sisi lain sambil menertawakan. "Ternyata Ling
Read more
Sayang Kamu
"Ye, maaf."   "Sakit nih di sini."   "Kamu juga masuk pake ngendap-ngendap nggak nyalain lampu."   Bagaimanapun beralibi, tetep suami pasti yang salah. "Sakit nih, Yang."   Sara menuntunku duduk di kursi, memilah helai rambut untuk ditiup. Lucu aja kalau dia bawa tongkat bisbol buat jaga-jaga. Syukur bukan katana yang digantung di ruang utama.   "Lagian kenapa juga sering pulang pagi? Entar balik ke kantor lagi?"   Aku menggeleng. "Aku resign." Kebiasaaan semenjak tahu kalau menyusup buat menghancurkan perusahaan dari dalam ternyata menyenangkan selama enggak ada yang tahu kalau pemilik perusahaan terbesar adalah abahku. Toh, yang kulakukan hanya menghabisi lawan atau perusahaan yang secara finansial merugikan korporasi Abah.   "Loh? Enggak apa-apa?"   "Capek tau, Yang. Kamu sendiri bilang suruh cari kerja ya
Read more
Orang Lain
"Aksa ...." "Hemm?" "Baru pulang?" Aku menggumam lagi. Turut masuk dalam selimut yang Sara gunakan setelah membersihkan diri. Sempat melirik ponsel untuk melihat jam. Hampir pagi. "Enggak sengaja ketiduran." "Lembur lagi, ya?" Aku mengangguk, memaksa diri untuk memeluknya, menyisiri tiap helai rambut kelamnya. Nggak tidur, cuma merenungi tiap hal yang telah kulakukan di luar. "Namanya juga baru mulai lagi." "Dikerjain karyawan lagi?" "Hemm ...." "Enggak ada kerjaan yang lain?" "Apa yang bisa diharepin dari orang yang sma aja enggak lulus?" Aku merendahkan diri meski bisa dibilang nilaiku lebih dari cukup mengikuti ujian kesetaraan dan kuliah jarak jauh. Sara menatapku dalam gelap. Kilau netranya kentara. Ujung kukunya terasa menggores perlahan di wajah.
Read more
Percaya Aku
"Kenapa, Ra?" Sara terlihat bingung. Kedua matanya berkaca saat menerima panggilan di ponselnya. Aku segera menariknya menyingkir dari kerumunan. Rumah Abah masih ramai dengan tamu yang datang. "Papa, Sa .... Papa syok, masuk rs, Sa!" Sara langsung meledak, berteriak dan menangis di hadapanku begitu pintu kamar yang kami gunakan ditutup. Aku diam, membisu, menunggu respon berikutnya. Ponsel di tangan Sara menunjukkan panggilan sudah berakhir. Mungkin Mama yang menelepon. "Mama bilang Papa bangkrut, Sa." Aku menggaruk sudut pelipis. Nggak tahu harus berbuat apa. Cuma nanya, "Kamu mau ke sana?" "Boleh?" "Aku antar." "Tapi, keluargamu?" "Nanti aku bilang sama Abah." Sara masih sesenggukan ketika kuraih tubuhnya dalam pelukan. Tidak ada ka
Read more
Diusir Bini
"Eh? Aksa?" Aku menoleh pada pintu yang terbuka. Buku di tangan langsung kukembalikan pada rak di dinding saat melihat gadis yang kukenal sebagai saudari beda ibu masuk ke dalam rumah. "Sudah lama?" "Lumayan." Kea langsung menyampirkan tas selempangnya di sofa dan mengambil air mineral dari lemari pendingin untuk dituang pada gelas kosong. Sesekali jemarinya menggeser layar ponsel yang digeletakkan di atas meja. "Bapak bilang elo nginap. Tumben?" "Diusir bini." Tawa Kea pecah seketika. Sedetik kemudian, tatapannya menyipit. "Lagi?" Aku mengangguk. Saat dekat, kurebut gelas dari tangan Kea untuk diminum. "Punya gue, njir. Ambil sendiri ngapa." "Seret atuh. Diambilin mah gratis. Nih." Kubalikin gelasnya Kea dalam keadaan kosong sampai dia mendengkus, lalu menyerapa
Read more
* Intermezo *
Hai! Salam kenal!   Terima kasih sudah mampir di "Semalam Bersamamu" untuk 80 bab terakhir.   FYI, aku mau revisi banyak bab sebelumnya karena ternyata ada beberapa rentang waktu yang enggak sesuai.   Selain itu, aku cuma mau ngabarin nih kalau ada beberapa cerita lagi yang aku rewrite di Goodnovel. Bisa cek judul "Dokter Tampan Pemikat Wanita" tentang Nathanael Abraham si dokter kaya yang ketemu cinta pertamanya lagi. Atau bisa juga mampir ke "Born Eau Commander" buat yang suka fantasi-aksi.   Dua judul tadi bukan plagiat ataupun fiksi penggemar. Catat, ya. Penulisnya aku juga, tetapi dengan nama pena yang lama.   Tinggal kisaran 20 ribu kata lagi, kita akan berpisah dari Aksa. Mohon kritik, saran, atau kesannya buat cerita ini, ya.   Terima kasih.
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status