All Chapters of I Love You My Secret Daddy: Chapter 41 - Chapter 50
89 Chapters
Karena aku masih sangat mencintainya
Jantung Zaara berdetak sangat kencang saat berada pada posisi yang sangat intim dengan pria yang selama ini sangat dirindukan, sekaligus menjadi pria satu-satunya yang ia cintai selama 3 tahun ini. Hembusan napas beraroma mint yang bisa tertangkap indera penciumannya, seolah membuatnya tidak bisa berpikir rasional dan ingin segera menghambur untuk memeluk sosok pria dengan pahatan sempurna di depannya.Netra pekat dengan silinder hitam yang tajam itu tengah menatapnya dengan tatapan intens dan seolah mengunci dan menyihirnya hingga tidak berkutik berada di antara kuasa lengan kekar Arkan. Begitu juga saat ia mendengar perkataan bernada ancaman dari pria yang wajahnya berada tepat di depannya.Bahkan jika ia bergerak sedikit saja, wajah pria yang sangat dipujanya itu akan menempel dan bibir tebal yang membuatnya tidak berkedip saat menatapnya, bisa mendarat dengan sempurna di bibirnya. Ia meremas celana panjangnya begitu mendengar ancaman dari Arkan yang masih mengunci
Read more
Jangan mencampuri urusan pribadi saya!
Arkan mengarahkan tatapan tajam dan menusuk pada Zaara yang saat ini berada dalam kuasanya. "Apa kamu mendengarku, Aisyahzaara Bellova!" Mengeratkan pelukannya hingga tubuh Zaara menghantam tubuhnya. Bahkan ia bisa merasakan dada sintal nan padat itu baru saja menabrak dadanya. Zaara yang lagi-lagi dibuat shock dengan perbuatan Arkan yang selalu menyentuh dan mendesaknya, semakin membuat perasaannya kacau balau. Akan tetapi, ia dengan sekuat tenaga menolak setiap sentuhan dari Arkan dengan cara mengarahkan tangannya ke dada bidang itu, untuk memberi jarak pada tubuhnya dan tubuh kekar yang hanya berjarak beberapa centi darinya. "Tolong lepaskan saya, Presdir!" Zaara benar-benar memohon agar pria yang masih menguncinya itu mau melepaskan cengkeramannya. "Jawab dulu perkataanku tadi, baru aku akan melepaskanmu!" Arkan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Zaara. Akhirnya Zaara yang meras
Read more
Bagaimana mungkin
Beberapa saat setelah Zaara berdiam diri cukup lama di dalam toilet, ia yang sudah berhasil menormalkan perasannya yang tidak menentu,  kini terlihat berjalan keluar dari sana. Kaki jenjangnya telah melangkah menuju ke arah ruangan pantry yang tidak jauh dari ruangan kerja presiden direktur.Awalnya ia merasa sangat aneh saat melihat ruangan tersebut di lantai atas dekat dengan ruangan pemimpin perusahaan. Namun, semua keanehan dan kejanggalan yang dirasakannya seolah musnah setelah mengalami kejadian sangat mengejutkan hari ini.Karena merasa sangat stres, Zaara membuat kopi untuk mencoba menenangkan diri. Sebenarnya ia sama sekali belum pernah minum kopi, tetapi karena ia merasa membutuhkan sebuah asupan untuk hatinya yang gundah gulana, membuatnya melampiaskan pada sebuah minuman."Jika ada anggur merah di sini, mungkin aku sudah meneguknya hingga habis." Mengaduk kopi susu yang baru saja ia buat. Hingga ia pun mendengar ketukan pintu dan suara bariton d
Read more
Memikirkan balas budi
Arkan menaikkan kedua alisnya saat mendengar pertanyaan dari Zaara yang seolah sama sekali tidak mempercayainya. Kemudian ia mengeratkan tangannya pada kedua sisi lengan itu dan mengunci tatapan dari wanita di depannya.  "Kenapa kamu tidak percaya padaku, Zaara? Apa kamu berpikir aku telah berbohong padamu? Dan apa tadi kamu bilang, menjadikanmu istri kedua? Astaga, pikiran konyol macam apa itu." Zaara menelan salivanya karena masih merasa gugup saat pria yang menurutnya semakin tampan itu tidak mengalihkan tatapannya. "Ini tidak konyol, Presdir. Bukankah dulu Anda bilang sangat mencintai wanita ular itu dan sudah menikahinya? Tolong lepaskan saya dan jangan seperti ini." Arkan sama sekali tidak menuruti keinginan dari Zaara, karena ia sangat suka berada pada posisi yang sangat intim dengan wanita yang bisa dilihatnya merasa sangat gugup. Bahkan ia bisa mendengar suara detak jantung yang tidak beraturan dari Zaara.
Read more
Mengorbankan perasaan dan kebahagiaanku
Zaara terlihat meremas celana panjang berbahan katun yang dipakainya untuk menormalkan kegugupannya. "Saya tidak bisa, Presdir. Karena saya sudah menikah dan tidak ingin menyakiti hati abang Willy." Arkan kembali dibakar api cemburu saat Zaara menolaknya mentah-mentah. Tentu saja ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita yang sangat ingin dinikahinya itu tidak mau menerimanya dan langsung menolak tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Sehingga ia mencoba untuk mengubah pikiran dari Zaara agar mau mengubah pendirian dan menerimanya. "Zaara, aku merasa sangat yakin bahwa kamu masih sangat mencintaiku. Kamu tidak merasa bahagia hidup bersama pria itu, kan? Jadi, jangan menyiksa dirimu sendiri. Kamu bisa hidup berbahagia bersamaku, Gadisku." Tanpa bisa menahannya, bulir bening air mata lolos dari wajah Zaara saat mendengar kata-kata dari Arkan yang memang benar adanya. Dengan suara bergetar dan serak, ia mencoba untuk meny
Read more
Ayo, pulang
Waktu jam pulang kantor sudah tiba dan semua orang yang bekerja di perusahaan, mulai satu persatu keluar setelah selesai merapikan meja kerjanya. Begitu juga dengan Zaara yang sudah selesai bekerja dan mulai mengganti seragam kerjanya dengan pakaian biasa. Setelah kejadian tadi pagi, saat ia menyuruh Arkan untuk menjauhinya sementara waktu. Sejak saat itu, Arkan belum datang lagi mengganggunya. Bahkan saat jam makan siang pun tidak memanggilnya. Zaara berjalan melewati ruangan kerja presiden direktur yang tertutup dan sama sekali tidak melihat sekelebat orang yang berada di lantai paling atas itu. Hingga ia berkata sendiri saat berjalan menuju ke arah lift. "Sepertinya daddy Arkan sangat sibuk, hingga belum keluar dari ruangannya." Kaki jenjangnya mulai melangkah masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke dalam loby. Namun, saat ia berbalik badan untuk menghadap ke depan, matanya membulat sempurna saat melihat Arkan sudah berlari ke arahnya
Read more
Bagaimana bisa
Setelah menatap sekilas interaksi dari wanita paruh baya bersama dengan seorang balita laki-laki yang sedang asyik bermain dan tidak ingin pulang tersebut, Arkan mendorong pintu kaca di depannya dan melangkahkan kaki panjangnya menuju ke arah minuman. Ia langsung mengarahkan tangannya untuk membuka mesin pendingin itu di depannya dan mengambil air isotonik untuk mengembalikan ion tubuhnya yang banyak hilang karena memikirkan Zaara seharian ini.Tanpa membuang waktu, ia sudah membuka botol minuman kemasan tersebut dan langsung meneguknya hingga tinggal separuh. Namun, ia langsung tersedak saat kakinya di pukul ringan oleh balita laki-laki yang sudah berada di bawahnya. Sehingga ia saat ini tengah mengamati ulah balita tersebut yang sudah berjalan berbicara tidak jelas kepadanya."Ecim ... ecim."Endang Susanti tadi merayu Arza dengan membelikan es cream agar bocah balita itu mau diajak pulang. Saat ia tengah memilih es cream yang berada di freezer, d
Read more
Tahun ini akan menikah
Arkan yang saat ini tengah memandangi wajah balita yang berada di pangkuannya dan tidak berhenti bergerak, karena bocah laki-laki itu sangat aktif. Entah mengapa, ia merasa sangat menyukai balita itu karena sibuk mencium pipi gembil Arza. Saat ia sibuk menatap tingkah Arza, suara dari wanita paruh baya yang duduk di belakangnya, membuat ia menoleh. "Nah, gang di depan itu, belok kanan, Pak." Endang yang dari tadi jadi penunjuk jalan, langsung mengatakan arah yang merupakan gang masuk tempat tinggalnya. "Setelah itu, rumah nomor 10, kiri jalan dengan cat tembok berwarna biru dengan halaman luas, itu rumah saya."  "Baik, Bu," jawab sang supir yang kembali fokus menatap beberapa rumah dan mencari yang cocok dengan ciri-ciri tersebut. Arkan mengerutkan keningnya begitu merasa sangat tidak asing dengan ciri-ciri rumah yang disebutkan oleh wanita tersebut. Sehingga ia mengamati jalanan di depannya yang merupakan gang masu
Read more
Siapa pria itu
Zaara yang saat ini tengah membungkuk untuk  menaruh cangkir di atas meja dan bisa didengarnya, suara dari wanita paruh baya yang ada di sebelah kanan ia berdiri. Refleks ia langsung ber-sitatap dengan netra pekat milik pria yang saat ini seolah ingin memberinya sebuah kode bahwa kekasih yang dimaksud tak lain adalah dirinya. "Sebenarnya apa yang tadi dikatakan oleh daddy Arkan pada ibu? Dia tidak membicarakan tentangku, bukan? Sepertinya dia benar-benar sangat percaya diri, karena berpikir kami akan menikah. Astaga, rasanya aku ingin pergi ke ujung dunia untuk melarikan diri dari semua beban ini," gumam Zaara yang berjalan meninggalkan orang-orang di ruang tamu tersebut. Tentu saja ia tidak ingin kembali berinteraksi dengan Arkan yang sudah seharian ini mengguncang jiwanya. Sehingga ia memilih menghindar dengan niat bersembunyi di dapur, berpura-pura untuk menghangatkan makanan. Namun, baru saja kaki jenjangnya melangkah, suara dari Willy membuat ia m
Read more
Ayo kita selingkuh
Kalimat ambigu yang keluar dari bibir tebal Willy, berhasil membuat tubuh Zaara bergetar karena ketakutan. Sebuah hal yang dari tadi ditakutkannya adalah saat melihat 2 pria yang sama-sama berarti di hatinya itu akan berkelahi untuk memperebutkan dirinya. Sehingga ia ingin menyembunyikan tentang sebuah kenyataan sebenarnya mengenai Arkan demi kebaikan. "Entah berapa lama aku bisa menyembunyikan tentang daddy Arkan dari abang Willy. Aku harus mengulur waktu sampai menemukan jalan keluar dari masalah ini," gumam Zaara yang saat ini melihat sosok pria yang berdiri menjulang di sebelah ia berbaring. Zaara bangkit dari ranjang dan saat ini ia berdiri di hadapan Willy yang dikuasai oleh amarah. Tentu saja niatnya adalah ingin menenangkan perasaan pria yang sudah meluapkan emosi akibat perbuatannya. "Abang Willy, maafkan aku. Aku tahu Abang tidak akan sampai berbuat seperti ini, jika aku tidak keterlaluan. Aku memang wanita tid
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status