All Chapters of Hello, My EX: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Saingan Baru
Universitas Dharma Jaya menjadi salah satu universitas terbaik yang sejajar keunggulannya dengan Universitas Suryadharma. Kedua kampus tersebut sering terlibat kerja sama dalam berbagai acara."Semua stand by di posisi. Tamu kita sebentar lagi datang," ucap Gilang melalui sebuah smartwatch yang akan terhubung di masing-masing earring anak buahnya.Agenda BEM hari ini adalah menyambut perwakilan BEM Dharma Jaya untuk event penggalangan dana korban Suriah dan Palestina.Di sebelah Gilang sudah ada Arsan, Kavi, dan Rea sebagai penyambut tamu. Mereka dan beberapa anggota BEM terpilih dari semua BEM F akan ikut rapat untuk event gabungan mereka."Kav, Re, kalian langsung ke ruang rapat aja. Gue sama Arsan mau ke depan dulu." Setelah mengatakan itu, Gilang dan Arsan berlalu pergi. Tingallah Kavi dan Rea."Re, yuk." Kavi menarik ujung lengan baju Rea. Gadis itu menurut dan mereka berjalan berdampingan menuju ruang rapat
Read more
Sehari Bersama Raga
Minggu pagi di akhir bulan April. Cuaca sedang hangat hari ini, cocok sekali untuk menghabiskan waktu dengan orang terkasih, mengajaknya jalan-jalan atau hanya minum teh bersama di halaman depan rumah.Seperti Rea yang pagi ini sudah siap dengan setelan baju lengan panjang berwarna pink yang ujung baju bagian depannya dimasukkan ke dalam celana jeans biru dongkernya. Rea memoles lipstik pink di bibir tipisnya dan membubuhkan sedikit bedak tipis di wajahnya. Setelah memastikan riasannya tak berlebihan, gadis itu langsung menyambar tas kecil, memeriksa kembali balasan pesan dari Raga dan segera keluar kamar.Ya, Rea dan Raga sudah janjian bertemu di Dufan. Gadis itu juga membawa roti sandwich buatannya untuk mereka makan di sana. Sebenarnya, Raga yang memaksa Rea membuatkan makanan ringan untuk mereka.
Read more
Sehari Bersama Papa
Rea dan Kavi duduk di bangku taman tak jauh dari rumah Rea. Sepi, sejuk, dan remang. Entah bagaimana, perumahannya lebih sepi dari biasanya seakan mengerti keadaan Rea dan Kavi yang butuh privasi."Gimana jalan-jalan hari ini? Kamu senang?" tanya Kavi. Tidak ada nada marah atau kesal. Itu membuat Rea entah kenapa merasa bersalah."Senang. Kita banyak ngobrol dan naik wahana.""Kamu naik bianglala?" tebak Kavi. Rea mengangguk. "Gimana rasanya naik bianglala?""Nggak sehangat saat Bunda masih ada. Tapi rasanya masih menyenangkan. Kav, dari jam berapa lo di rumah gue?""Dari habis maghrib. Aku habis dari rumah Riko, kebetulan ketemu Om Ardi lagi beli ketoprak di dekat rumah Riko. Dia ng
Read more
Mulut Ember Arsan
Rea tampak mendorong keranjang belanjanya. Matanya menelusuri berbagai bumbu dapur. Dua hari sejak acara barbekyu dadakan, kini Rea harus rela ditinggal ayahnya ke Kalimantan untuk tugas dokternya. Katanya sih, ada seminar gitu. Berhubung bahan makanan di kulkas sedang habis, Rea mau tidak mau berbelanja sendiri. "Paprika udah, bawang putih bubuk udah, oh! kaldu jamur." "Edrea." Rea menoleh ke belakang, mengernyit bingung saat Arsan berjalan menghampirinya. "Lho, San? Tumben di daerah sini. Rumah lo kan di komplek Guava." "Iseng aja jalan-jalan ke komplek sebrang. Gue lihat lo di parkiran tadi, trus gue buntutin aja." Rea langsung mundur selangkah, "Lo ... agak mengerikan, ya?"
Read more
Bertengkar
Rea menautkan kedua alisnya saat menemukan Kavi sedang duduk di bangku panjang depan ruangan BEM sambil menghisap sebatang rokok dengan tenangnya.Gadis itu menghampirinya. Kavi menoleh, menurunkan rokok yang tinggal seperempat itu hingga abunya berjatuhan."Lo ngerokok?" tanya Rea.Kavi mengangguk kecil. Menyundutkan rokok tersebut bangku berbahan semen tersebut. "Kuliahmu udah selesai?""Sejak kapan?" tanya Rea tanpa menjawab pertanyaan Kavi.Cowok di hadapannya itu malah tersenyum tipis. "Pertanyaanku belum kamu jawab, lho, Re. Mata kuliahmu udah selesai?""Iya. Sekarang jawab gue."Kavi mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Rea. Satu kakinya dia tekuk, menopang pada kaki yang lain. "Aku nggak yakin kamu bakal percaya sama jawabanku."Rea diam tak menyahut. Matanya masih menuntut jawab. Kavi menikmati pemandangan di hadapannya. Kapan lagi
Read more
Bakti Desa
Mobil Rea tiba di depan gerbang kampusnya. Hari ini, Ardi mengantar putri kesayangannya itu untuk melakukan kegiatan Bakti Desa selama tiga hari."Kamu ingat kata Ayah semalam? Jangan lupa—""Iya, Ayah, iya. Rea ingat semua petuah Ayah sejak dua hari kemarin. Rea nggak boleh lupa pakai lotion anti nyamuk, nggak boleh lupa salat, nggak boleh begadang, dan jangan lupa untuk terus keep contact sama Ayah."Ardi tersenyum, "Tapi kamu lupa satu hal sama Ayah.""Hah? Apa lagi, Yah? Kan cuma itu.""Ada lagi, dong. Kamu jangan jauh-jauh dari mantan calon menantu Ayah, ya? Karena dia bakal jadi mata Ayah selama kamu di sana.""What—apa? Apaan, sih, Yah?" Wajah Rea memerah. Ardi menoel pipi anaknya itu."Ciee... salting, ya? Salting tuh pasti. Salting aja lah, Re.""Nggak ada salting-salting. Rea turun. Assalamu'alaikum.""E
Read more
Kopi yang Dirindukan
Keeksokkan paginya, BEM Kominfo mukai menjalankan proker mereka. Arsan menghampiri Rea yang sibuk mondar-mandi membereskan bekas sarapan teman-temannya."Edrea," panggilnya.Rea menoleh dan mengernyit saat Arsan mengambil alih setumpuk piring kotor yang dia bawa. "Biar gue aja.""Tumben baik," celetuk Rea."Pedes banget, sih, Re. Gue emang selalu baik sama lo. Lo aja yang nggak pernah sadar.""Gue nggak ingat lo pernah baik, San. Lo terlalu rese buat gue."Arsan tertawa kecil. Kemudian membantu Rea mencuci piring. Rea makin mengernyit. "Lo kesambet jin pantai apa gimana? Gue merinding deket lo, San. Udah sana, biar gue yang nyuci.""Apa susahnya nerima bantuan orang, sih, Re? Gue tahu lo capek nyiapin sarapan dari subuh tadi. Mengoordinir orang itu nggak gampang."Rea kemudian mengalah, memilih duduk di kursi kayu sambil melihat Arsan mencuci piri
Read more
Pulang
"Re, maaf, Ayah kayaknya nggak bisa jemput karena harus ke Singapura, ada meeting mendadak. Ini Ayah lagi di jalan mau ke Bandara."Rea bisa mendengar suara samar deru kendaraan lain. Lahir sebagai anak seorang pengusaha dengan segudang aktifitasnya membuat Rea mulai terbiasa dengan pekerjaan ayahnya yang sibuk."Yaudah. Ayah lagi nyetir, kan? Hati-hati di jalan. Nggak ada yang ketinggalan, kan?""Nggak ada, Sayang. Ayah tutup, ya? Baik-baik kamu di rumah. Jangan begadang, jangan telat makan, jangan bawa masuk cowok tanpa izin Ayah. Termasuk mantan calon menantu Ayah.""Ayah," rengek Rea sebal, "Cowok mana yang jadi mantu Ayah?""Siapa lagi? Mantan kamu, dong. Atau udah ada yang baru? Siapa kemarin yang nyulik anak Ayah sampai jam sepuluh malam baru dibalikin? Untung nggak lecet.""Ayah, jangan rese, deh. Aku sama Raga cuma temen."Ardi tertawa di ujung
Read more
Raga dan Komik
"Gila! Ini gambar lo? Nggak percaya gue, Ga. Bohong, kan, lo? Hmmpp—"Raga reflek membekap mulut Rea saat gadis itu berseru kencang sambil memelototinya."Duh, toa banget, sih, suara lo, Re. Gue lepas, asal jangan teriak. Deal?" tawar Raga. Rea mengangguk. Raga langsung melepaskan bekapannya."Gila, ya? Kalau tangan lo kotor gimana? Jerawatan, nih, muka gue.""Gaya banget, Re. Sejak kapan lo peduli sama yang namanya glowing, shining, shimmering, splendid? Fyi, ya, tangan gue bersih dari kuman. Udah gue olesin hand sanitizer.""Ba to the cot. Jawab, Ga, ini komik lo yang gambar?""Gimana? Bagus, kan? Udah kayak comic artist, kan? Gue udah bilang, lo nggak bakal nyesel ikut gue." Raga tertawa sombong dengan tangan bersidekap.Raga membawa Rea ke sebuah danau buatan yang untunglah cukup sepi. Cowok itu ingin menunjukkan salah satu hobinya sejak kecil, menggambar.
Read more
Sogokan Arsan
Arsan tersenyum menjumpai sosok Rea yang masih sibuk memaksakan matanya untuk terus terjaga. Sebotol susu dia pegang dengan erat dan berjalan menghampiri gadis itu."Oops! Untung kepegang ini kepala. Selamat pagi, Edrea. Nih, susu," sapa Arsan sambil menyanggah kepala Rea yang nyaris terantuk tembok karena hampir tertidur.Rea langsung duduk dengan tegak saat Arsan tiba-tiba muncul di sampingnya. Cowok itu tersenyum kecil sambil menyodorkan susu yang sudah siap minum."Nggak dingin," keluh Rea sambil meminum susu tersebut. Arsan duduk di sebelahnya, memeriksa kembali surat rekomendasi dari kampus atas nama dirinya dan Rea. "Masih pagi nggak usah minum es. Tidur jam berapa? Ngantuk banget kayaknya.""Gue langsung tidur setelah lo nelpon gue, tapi sialan banget muka lo muncul di mimpi gue, bikin males tidur.""What? Seriusan?" Arsan kaget, kemudian tertawa terbahak. 
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status