Semua Bab Hello, My EX: Bab 1 - Bab 10
29 Bab
Prolog
Seorang gadis tampak membuang napasnya. Bola matanya bergerak acak memandangi aula kampus yang terlihat ramai pagi ini. Namanya Edrea Lovata yang akrab disapa Rea, mahasiswa semester tiga jurusan arsitektur, anggota BEM F departemen Kominfo. Gadis itu bersandar pada tembok sambil mengamati para mahasiswa baru yang mondar-mandir mencari kelompoknya. Hari yang sibuk, pikirnya. Jika bisa, ingin rasanya dia pergi ke tengah aula, berteriak membubarkan kerumunan massa, dan dia bisa cepat pulang lalu tidur. Sayangnya, dia belum segila itu. Tidak sekarang, mungkin nanti. Di matanya, para mahasiswa baru yang melaksanakan Ospek hari ini tak lebih dari sekadar nasi tumpeng berjalan. Lihat saja topi kerucut berwarna kuning yang mereka kenakan, benar-benar seperti nasi tumpeng. Melihatn
Baca selengkapnya
Mantan
"Hoy! Ngelamun aja. Nggak ke Ormawa?" Ara, gadis kuncir kuda yang menjadi sahabat Rea sejak SMP menepuk pundaknya cukup keras."Nggak dulu, lah. Suntuk.""Kenapa? Takut ketemu mantan? Yaelah, hari gini gagal move on? Tenggelam aja ke laut."Rea memukul lengan Ara. Menjejal mulut bocor sahabatnya itu dengan saus tomat yang memang sudah tersedia."Nggak usah sok tahu. Gue nggak ada jadwal piket atau rapat hari ini.""Nggak perlu nyocolin saus ke mulut gue juga kali. Pedes, nih.""Mulut lo emang pantes dicocolin. Masih untung saus tomat, bukan sambel."Rea berdiri, menya
Baca selengkapnya
Pulang Sama Siapa
"Hari ini pulang jam berapa, Sayang?" tanya Ardi. Ia sudah sampai di kampus putri kesayangannya. Kegiatan rutin yang selalu dia lakukan yaitu mengantar anak gadisnya ke kampus."Selesai kelas jam tiga, nanti langsung pulang.""Ya sudah, tunggu Ayah, ya?""Aku bisa naik bus atau ojek online, Yah. Kasihan kalau Ayah harus jemput aku dan balik lagi ke kantor.""Justru Ayah lebih tenang kalau kamu Ayah antar jemput. Kejahatan sekarang ada di mana-mana, Re. Ojek online sekalipun."Rea hanya diam, percuma saja membantah ayahnya. Tetap tidak akan menang."Atau ...," sambung Ardi. Melirik Rea yang kini menatapnya.
Baca selengkapnya
Rumah Masa Depan
Rea ingat—jelas ingat—tiga puluh menit yang lalu motor matic Kavi meninggalkan area kampus bersama Kina. Namun, kini laki-laki itu sudah ada di hadapannya lagi. Kemana Kina?"Lo ngapain di sini?""Tukang ojeknya bilang nggak bisa jemput kamu," jawab Kavi. Di pangkuannya sudah ada helm yang tadi Kina pakai."Hah?""Kamu tadi bilang pulang sama ojek, kan?"Bego banget, sih, Re! Lo kan tadi bilang begitu."Oh i-iya, ini lagi nungguin tukang ojek.""Ya sudah, yuk, pulang.""Hah? Nggak usah. Gue
Baca selengkapnya
Rea: Posisi Mantan
Kavi baru saja selesai latihan paskibra dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Rea. Rutinitas mereka berdua adalah Rea yang selalu menemani Kavi latihan paskibra, begitu pun Kavi yang selalu menunggui Rea saat pertemuan PMR."Ini apa?" tanya Kavi saat Rea memberikan selembar kertas padanya.Rea tersenyum. "Buka, dong. Nanya mulu."Kavi tersenyum tipis, membuka lembaran tersebut dan terkejut saat melihat sebuah sketsa rumah minimalis. "Ini kamu yang gambar?""Iya, dong, masa Ayah. Ayah nggak bisa gambar. Bikin garis lurus aja harus percobaan lima kali.""Bagus banget! Rea pinter ih, gambar rumah. Ini tipe aku banget, Re. Minimal
Baca selengkapnya
Terciduk
"Pagi, Papa Ardi Diwanggani," sapa Rea dengan ceria. Wajahnya tersenyum kala menatap Ardi yang masih sibuk dengan penggorengannya."Pagi, Sayang. Gimana tidurnya semalam?" Ardi mencium kening Rea dengan lembut. Rea terlihat mengangguk sambil mencicipi tumis kangkung buatan papanya."Nyenyak seperti biasa. Agak insomnia, Yah. Hmm... enak." Rea bertepuk tangan sambil mengacungkan kedua jempolnya.Ardi adalah koki andalan di keluarga kecil mereka. Mamanya bisa memasak, tapi, tidak seenak buatan papanya. Malah, papanya lebih sering memasak untuk mereka, baik saat sarapan atau makan malam. Toh, Ardi memang suka memasak. Berbanding terbalik dengan mamanya yang baru masak setelah Rea lahir."Mikirin apa, sih? Pasti mikirin Ayah, kan? Kangen
Baca selengkapnya
Keripik Kentang
Rea memasang wajah jengkel saat Ara masih menertawakan kebodohannya di ruang Ormawa tadi sore. Salahnya juga langsung berteriak panik begitu ada suara yang mengagetkannya. Untung lah cuma Ara yang melihatnya, semalu-malunya Rea, hanya dia dan sahabatnya saja yang tahu. Ara juga tidak mungkin menyebarkan aib Rea. Bayangkan jika orang lain yang melihatnya tadi. Atau yang lebih parah adik kelasnya. Bisa malu sampai ke ubun-ubun, kan?"Udah sih, Ra. Ketawa mulu lo. Kesel banget gue," omel Rea. Tawa Ara sudah mereda, tidak seperti tadi. Meskipun sulit, Ara berusaha untuk meredamnya.Ya, orang yang berdiri di depan pintu tadi adalah Ara, pelaku penyebab teriakan konyol Rea."Lagian lo ngapain, ha? Kayak orang idiot aja teriak-teriak sendiri."
Baca selengkapnya
Kenalan Baru
Hari ini, Rea bersama dua orang temannya berangkat ke Yogyakarta untuk presentasi lomba yang mereka ikuti. Setelah melewati berbagai diskusi sampai pembuatan karya, mereka akhirnya lolos ke tahap selanjutnya bersama empat tim lain untuk tampil mempresentasikan hasil kerjanya."Ingat, selalu berdoa dan jaga diri di sana. Apapun hasilnya, kalian sudah melakukan yang terbaik. Bisa masuk lima besar saja sudah merupakan pencapaian yang besar." Rea, Paska, dan Desi tersenyum mendengar arahan dari dosen mereka. Seharusnya memanga da yang mendampingi, hanya saja Pak Agus hanya bisa menyusul ke sana."Siap, Pak, mohon doanya untuk kami. Semoga di sana lancar, syukur-syukur bisa juara," ucap Paska selaku ketua tim."Ya sudah, kalian langsung berangkat saja. Pesawatnya sebentar lagi take
Baca selengkapnya
Kemenangan
Sejak pagi, Rea, Desi, dan Paska sudah disibukkan dengan materi presentasi mereka. Semalam, mereka begadang video call dengan dosen mereka, meminta saran untuk lomba hari ini.Mereka sudah sampai di Universitas Atmajaya dan sedang menunggu dimulainya kompetisi."Hai," sapa cowok lesung pipi. Rea melebarkan matanya."Lo di sini? Ikut lomba juga?" tanya Rea. Desi tampak memerhatikan cowok tersebut kemudian menjentikkan jari."Ah, cowok kafe itu, kan? Yang lihatin Rea mulu."Raga mengusap belakang lehernya sambil tersenyum malu. "Ketahuan, deh. Gue Ragasta, panggil aja Raga.""Gue Desi dan ini Paska." Desi menunjuk c
Baca selengkapnya
Kavi, Gitar, & Lagu Kenangan
"Gue kira kita bakal langsung pulang bukan malah melipir ke tempat entah apa ini namanya."Selepas kuliah, Kavi sudah mencegat Rea dan memaksanya untuk pulang bersama. Rea menerima ajakan Kavi tanpa tahu rencana cowok itu."Gue mau ke suatu tempat dulu. Udah lama gue nggak mampir ke sana." harusnya Rea curiga ketika cowok itu menawarinya tumpangan menggunakan mobil.Malas berdebat lagi, Rea memilih diam, lalu mulai menyamankan posisinya. Tak sampai lima menit, Rea sudah tertidur pulas. Kavi tersenyum melihat betapa mudahnya Rea tidur tanpa khawatir siapa dan bagaimana kondisi sekitarnya. Apa jadinya jika Kavi adalah cowok brengsek, hm?Menempuh jarak yang tidak dekat, keduanya sampai di sebuah rumah yang ada di sebuah desa. Kavi menga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status