All Chapters of Kisah cinta Naomi: Chapter 21 - Chapter 30
56 Chapters
21. Sok cuek padahal butuh
Fan Yin melahap habis makanannya. Ia selalu memuji masakan yang ku buat. Ya wajar saja ia memuji, bisa dibilang aku jago dalam memasak. Dulu untuk membantu ekonomi keluarga, aku selalu menjajakan makanan dan kue buatan ku sendiri. Beruntung banyak yang menyukai kue buatan ku. Sekarang demi membalas budi pada Zhou Tian, yang bisa kulakukan hanya memasak makanan untuk mereka dan membersihkan rumahnya.Aku bersyukur bertemu dengan orang seperti Zhou Tian dan Fan Yin. Sekalipun mereka bekerja di bidang yang berbahaya tapi hati mereka sangatlah baik.”Hei.. Nao, kau melamun?” tanya Fan Yin.”Aku memikirkan keadaan Zhou Tian. Sudah satu jam ia masih mengurung diri di kamar. Apa aku susul saja ke kamar? bagaimana menurutmu?”Fan Yin mengangkat bahunya. ”Aku tidak yakin. Tapi kau coba saja.”Lantas aku pun pergi
Read more
22. Aku tidak pernah mengira dia adalah aku
”Kau yakin aku harus pulang?” Tanyanya sekali lagi.Aku tersenyum padanya. ”Pergilah. Biar hatimu tenang.””Kau yang terbaik. Tapi aku tidak ingin jauh darimu.” Ucapnya sembari mengecup punggung tanganku.”Kau mengatakan itu seakan pergi berbulan-bulan lamanya.” Balasku.Kemudian ia tersenyum. ”Sehari serasa setahun bagiku.””Dasar. kau pandai sekali merayu.” Aku tertawa kecil. ” Kapan kau akan berangkat?””Sore nanti.” Jawabnya singkat dan membaringkan badannya di ranjang.”Jika ingin tidur pergilah ke kamarmu.” Aku mengguncang tubuhnya.Zhou Tian membuka sebelah matanya dan tersenyum. Lalu ia menarikku ke dalam pelukannya. ”Jangan mengusirku. Biarkan aku disini sebentar saja.”Beberapa saat ke
Read more
23. Sisakan sedikit ruang di hatimu untukku
Aku kelabakan. Tidak bisa mengelak lagi. Lalu ku berikan jurnal itu kembali padanya.”A-aku tidak sengaja menemukannya. Maaf aku udah lancang melihat jurnal milikmu.”Fan Yin tak bergeming. Ia diam saja berdiri disitu. Sorot matanya tetap saja dingin. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Aku yang merasa bersalah jadi salah tingkah. Tanpa pikir panjang aku segera melangkah keluar. Namun Fan Yin menarik tanganku dan menghentikan langkahku.”Kau mengetahuinya kan?” Ia mendekati ku dan menatapku dalam. ”Aku tidak bisa merahasiakannya lagi darimu. Selama ini aku sudah berusaha menahannya. Mungkin ini saatnya aku mengutarakan isi hatiku. Naomi, aku mencintaimu.”Aku kaget bercampur bingung. ”Fan Yin, kau seperti keluarga bagiku. Di hatiku sudah ada pria lain.”Ia semakin mendekati ku. Hingga
Read more
24. Kembali lagi setelah lima tahun(Zhou Tian POV)
Zhou Tian POVSaat mendengar kabar ibu sedang sakit, hatiku tak karuan. Aku sangat mengkhawatirkan ibu. Setelah lima tahun, ini pertama kalinya aku menjejakkan kaki di rumah ini lagi. Aku masih ingat jelas kenangan pahit di rumah ini. Dulu di balik jendela itu aku selalu melihat anak sebaya ku bermain dengan lepas di luar sana. Aku bahkan tidak memiliki seorang teman kala itu. Kadang aku merasa iri dengan mereka yang bisa melakukan hal yang disukai. Di Sofa besar itu, sosok pria yang sangat ku benci duduk disana. Ya, itu ayahku. Sedari aku kecil, ia bahkan tidak pernah menyayangi ku. Dia hanya memerintah ku untuk melakukan hal yang di katakannya saja. Ibarat kerbau yang kena cucuk hidungnya. ”Akhirnya, kau kembali juga ke rumah ini.” Ayah menyambut ku dengan senyuman. ”Ayah senang melihat mu baik-baik saja.” Aku tersenyum sinis. ”Berhentilah berpura-pura kita pernah d
Read more
25. Melepas kerinduan
Saat aku hendak melangkahkan kakiku naik ke atas tangga, Fan Yin menarik tubuhku dan merangkul dengan erat. Aku terlonjak kaget. Ku dorong tubuh Fan Yin sekuat tenaga, membuat tubuhnya kini terpaut jarak denganku."Mengapa?" Fan Yin bertanya, tangannya kembali menarik tubuhku mendekat dengannya sekali lagi. Tangannya yang lain menyibak rambutku ke balik daun telinga agar terlihat rapi. Fan Yin memiringkan wajahnya mendekat dan tersenyum manis."Kau membuatku muak." Aku berusaha mendorong tubuhnya untuk menjauh, tetapi Fan Yin menahan tanganku dan menghirup aroma rambutku."Aku tidak akan pernah menyerah Naomi. Sekalipun aku harus berpura-pura tegar di depan mu dan Zhou Tian, akan ku lakukan. Aku akan selalu mengejarmu Naomi.""Jawabanku tetap sama. Aku mencintai Zhou Tian. Ku mohon, menyerahlah." Tegasku padanya.Sinar mata Fan Yin meredup. Marah, sedih dan kesal menyatu dalam sebuah senyuman yang terlihat pahit. Aku jadi merasa susah hati. Dalam p
Read more
26. Winter without snow
Pada suatu ketika di musim dingin, Zhou Tian sangat berisik di ruang kerjanya. Ia berteriak-teriak meminta ini dan itu. Pria itu kembali menyebalkan, ia terlihat sangat sibuk dengan masalah cabang Black kingdom yang ada di Macau. ”Nao, aku mau segelas kopi.” Teriaknya. Setelah ku seduh, ia malah meminta secangkir cokelat hangat. ”Ah, aku belum makan. Aku takut perutku kembung dengan kopi ini. Buatkan saja cokelat hangat untukku.” Ia mengatakan itu tanpa melihatku. Matanya hanya fokus dengan kertas yang ada di hadapannya. Entah mengapa aku merasa sangat kesal dengannya hari ini.  ”Kau buat saja sendiri. Aku lelah.” Suara yang keluar dari mulutku terdengar keras, membuat Zhou Tian terperanjat. Seketika raut wajah yang serius tadi berubah menjadi cerah. Ia bangkit berdiri menghampiri ku. Mendorong tubuhku duduk di atas me
Read more
27. Kembali bertemu dengan terkasih
Ketika aku terbangun dari tidurku, aku kaget mendapati Fan Yin yang terbaring di sebelah ku. Semenit kemudian aku baru mengingat kejadian semalam. Tidak terjadi apa-apa di antara kami. Dia hanya tidur di sana sambil memeluk erat-erat tubuhku.  ”Hei, Fan Yin! Bangun.” Teriakan ku menggema di dalam kamar. Fan Yin menyipitkan matanya. Ia masih terlihat malas. ”Nao, mengapa kau ada di kamarku?”  Kamarnya? Si playboy ini pasti masih mabuk. Dia yang masuk ke zona ku, malah menudingku. Bibirku naik sebelah, mencibir omongan Fan Yin. ”Aku? Sadarlah! Buka mata mu lebar-lebar. Ini kamarku. Kau yang nyelonong masuk kesini semalam.” Fan Yin menyingkap selimut bulu yang sedari tadi melingkupi tubuhnya. Lalu ia bangkit dan duduk di tepi ranjang. Ia memijat keningnya yang masih terasa pusing. Kemudian ia memandangi ke seluruh ruangan. Senyuman yang
Read more
28. Bahagia yang tak terucapkan
Ayah menangis menumpahkan semua kesedihan dan kerinduan yang menumpuk di dalam hatinya. Ayah semakin kurus, wajahnya terlihat lebih tua. Biasanya Ayah selalu terlihat tampan tapi kali ini aku bisa melihat semua penderitaan dari sorot matanya yang sayu.”Ayah, setiap malam aku merindukan Ayah. Aku selalu ingin pulang..” Aku semakin larut dalam tangisanku yang mendayu.Pria yang selalu ku rindukan ini tersenyum, ibu jarinya menyeka air mataku.”Maafkan Ayah, Nak. Bila Ayah tidak meminta mu menikah dengan Adrian, kau tidak akan menderita begini. Maafkan Ayah..””Ayah, ini bukan salah Ayah. Mungkin ini sudah suratan takdir ku seperti ini, Ayah. Aku bahagia bisa bertemu Ayah lagi.” Ku lepas rangkulanku dan ku bawa ayah duduk di sofa.Lalu ku alihkan pandanganku ke arah Zhou Tian. Ia tersenyum melihatku yang tampak menyelidikinya.”Bukankah kemarin kau mengatakan pergi ke Maca
Read more
29. Balada hati (Fan Yin POV)
Fan Yin POVLangit hari ini berwarna biru cerah, tapi mengapa hatiku selalu mendung. Setiap saat selaju hujan badai di dalam sana, lubuk hati terdalam. Pada akhirnya, aku seperti ini. Berantakan tak tentu arah. Hanya beberapa kaleng bir yang menemani di siang terik ini. Terlalu dini untuk mabuk-mabukan. Aku bahkan tidak peduli dengan cibiran orang-orang yang melihat ku. Tidak masalah selama aku bisa mengatasi hatiku yang sakit. Tidak masalah selama aku bisa melupakan sejenak rasa sesak ini. Saat ini aku hanya ingin melampiaskan semua yang terpendam. Tak pernah ku rasakan mencintai seseorang bisa sesakit ini. Entah mengapa aku tetap bertahan mencintainya, walau ku tahu ia tak pernah mengizinkan ku berlabuh di hatinya meski cuma sebentar.Sekarang aku tidak pernah lagi betah berlama-lama di rumah. Cemburu dan amarah yang selalu bergumul dalam hati. Aku tidak sanggup melihat Naomi dan Zhou Tian selalu bermesraan. Serasa terbakar hingga ke tulang. Bahkan sekara
Read more
30. Api Cinta vs Api Cemburu
”Ayah, istirahat saja dulu. Biar ayah tidak kelelahan.” Ujarku, tanganku meraih lengan ayah dan membawa ayah ke kamar tamu. Fan Yin mengikuti kami seperti anak kucing yang patuh. Lalu aku menoleh kepadanya. ”Apa kau juga harus ikut?” ”Apa salahnya, aku hanya ingin dekat dengan calon mertua saja.” Aku memandang Fan Yin dengan mata melotot, ”calon mertua? Wah, kau percaya diri juga ya.” ”Tentu saja. Untuk mendapatkan putrinya sudah pasti harus mendapatkan hati ayahnya juga. Bukankah begitu paman?” Fan Yin melirik ayah. Mimik mukanya terlihat meyakinkan. Ayah membalas Fan Yin dengan senyuman, ”Ya, itu benar. Aku suka dengan sikapmu yang berterus terang.” Fan Yin tersenyum lebar hingga sudut mata dan bibirnya bergaris. ”Terima kasih, Paman. Tapi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status