Zhou Tian POV
Saat mendengar kabar ibu sedang sakit, hatiku tak karuan. Aku sangat mengkhawatirkan ibu. Setelah lima tahun, ini pertama kalinya aku menjejakkan kaki di rumah ini lagi. Aku masih ingat jelas kenangan pahit di rumah ini. Dulu di balik jendela itu aku selalu melihat anak sebaya ku bermain dengan lepas di luar sana. Aku bahkan tidak memiliki seorang teman kala itu. Kadang aku merasa iri dengan mereka yang bisa melakukan hal yang disukai.
Di Sofa besar itu, sosok pria yang sangat ku benci duduk disana. Ya, itu ayahku. Sedari aku kecil, ia bahkan tidak pernah menyayangi ku. Dia hanya memerintah ku untuk melakukan hal yang di katakannya saja. Ibarat kerbau yang kena cucuk hidungnya.
”Akhirnya, kau kembali juga ke rumah ini.” Ayah menyambut ku dengan senyuman. ”Ayah senang melihat mu baik-baik saja.”
Aku tersenyum sinis. ”Berhentilah berpura-pura kita pernah d
Saat aku hendak melangkahkan kakiku naik ke atas tangga, Fan Yin menarik tubuhku dan merangkul dengan erat. Aku terlonjak kaget. Ku dorong tubuh Fan Yin sekuat tenaga, membuat tubuhnya kini terpaut jarak denganku."Mengapa?" Fan Yin bertanya, tangannya kembali menarik tubuhku mendekat dengannya sekali lagi. Tangannya yang lain menyibak rambutku ke balik daun telinga agar terlihat rapi. Fan Yin memiringkan wajahnya mendekat dan tersenyum manis."Kau membuatku muak." Aku berusaha mendorong tubuhnya untuk menjauh, tetapi Fan Yin menahan tanganku dan menghirup aroma rambutku."Aku tidak akan pernah menyerah Naomi. Sekalipun aku harus berpura-pura tegar di depan mu dan Zhou Tian, akan ku lakukan. Aku akan selalu mengejarmu Naomi.""Jawabanku tetap sama. Aku mencintai Zhou Tian. Ku mohon, menyerahlah." Tegasku padanya.Sinar mata Fan Yin meredup. Marah, sedih dan kesal menyatu dalam sebuah senyuman yang terlihat pahit. Aku jadi merasa susah hati. Dalam p
Pada suatu ketika di musim dingin, Zhou Tian sangat berisik di ruang kerjanya. Ia berteriak-teriak meminta ini dan itu. Pria itu kembali menyebalkan, ia terlihat sangat sibuk dengan masalah cabang Black kingdom yang ada di Macau.”Nao, aku mau segelas kopi.” Teriaknya.Setelah ku seduh, ia malah meminta secangkir cokelat hangat.”Ah, aku belum makan. Aku takut perutku kembung dengan kopi ini. Buatkan saja cokelat hangat untukku.” Ia mengatakan itu tanpa melihatku. Matanya hanya fokus dengan kertas yang ada di hadapannya.Entah mengapa aku merasa sangat kesal dengannya hari ini.”Kau buat saja sendiri. Aku lelah.” Suara yang keluar dari mulutku terdengar keras, membuat Zhou Tian terperanjat.Seketika raut wajah yang serius tadi berubah menjadi cerah. Ia bangkit berdiri menghampiri ku. Mendorong tubuhku duduk di atas me
Ketika aku terbangun dari tidurku, aku kaget mendapati Fan Yin yang terbaring di sebelah ku. Semenit kemudian aku baru mengingat kejadian semalam. Tidak terjadi apa-apa di antara kami. Dia hanya tidur di sana sambil memeluk erat-erat tubuhku.”Hei, Fan Yin! Bangun.” Teriakan ku menggema di dalam kamar.Fan Yin menyipitkan matanya. Ia masih terlihat malas. ”Nao, mengapa kau ada di kamarku?”Kamarnya? Si playboy ini pasti masih mabuk. Dia yang masuk ke zona ku, malah menudingku. Bibirku naik sebelah, mencibir omongan Fan Yin.”Aku? Sadarlah! Buka mata mu lebar-lebar. Ini kamarku. Kau yang nyelonong masuk kesini semalam.”Fan Yin menyingkap selimut bulu yang sedari tadi melingkupi tubuhnya. Lalu ia bangkit dan duduk di tepi ranjang. Ia memijat keningnya yang masih terasa pusing. Kemudian ia memandangi ke seluruh ruangan. Senyuman yang
Ayah menangis menumpahkan semua kesedihan dan kerinduan yang menumpuk di dalam hatinya. Ayah semakin kurus, wajahnya terlihat lebih tua. Biasanya Ayah selalu terlihat tampan tapi kali ini aku bisa melihat semua penderitaan dari sorot matanya yang sayu.”Ayah, setiap malam aku merindukan Ayah. Aku selalu ingin pulang..” Aku semakin larut dalam tangisanku yang mendayu.Pria yang selalu ku rindukan ini tersenyum, ibu jarinya menyeka air mataku.”Maafkan Ayah, Nak. Bila Ayah tidak meminta mu menikah dengan Adrian, kau tidak akan menderita begini. Maafkan Ayah..””Ayah, ini bukan salah Ayah. Mungkin ini sudah suratan takdir ku seperti ini, Ayah. Aku bahagia bisa bertemu Ayah lagi.” Ku lepas rangkulanku dan ku bawa ayah duduk di sofa.Lalu ku alihkan pandanganku ke arah Zhou Tian. Ia tersenyum melihatku yang tampak menyelidikinya.”Bukankah kemarin kau mengatakan pergi ke Maca
Fan Yin POVLangit hari ini berwarna biru cerah, tapi mengapa hatiku selalu mendung. Setiap saat selaju hujan badai di dalam sana, lubuk hati terdalam. Pada akhirnya, aku seperti ini. Berantakan tak tentu arah. Hanya beberapa kaleng bir yang menemani di siang terik ini. Terlalu dini untuk mabuk-mabukan. Aku bahkan tidak peduli dengan cibiran orang-orang yang melihat ku. Tidak masalah selama aku bisa mengatasi hatiku yang sakit. Tidak masalah selama aku bisa melupakan sejenak rasa sesak ini. Saat ini aku hanya ingin melampiaskan semua yang terpendam. Tak pernah ku rasakan mencintai seseorang bisa sesakit ini. Entah mengapa aku tetap bertahan mencintainya, walau ku tahu ia tak pernah mengizinkan ku berlabuh di hatinya meski cuma sebentar.Sekarang aku tidak pernah lagi betah berlama-lama di rumah. Cemburu dan amarah yang selalu bergumul dalam hati. Aku tidak sanggup melihat Naomi dan Zhou Tian selalu bermesraan. Serasa terbakar hingga ke tulang. Bahkan sekara
”Ayah, istirahat saja dulu. Biar ayah tidak kelelahan.” Ujarku, tanganku meraih lengan ayah dan membawa ayah ke kamar tamu.Fan Yin mengikuti kami seperti anak kucing yang patuh. Lalu aku menoleh kepadanya.”Apa kau juga harus ikut?””Apa salahnya, aku hanya ingin dekat dengan calon mertua saja.”Aku memandang Fan Yin dengan mata melotot, ”calon mertua? Wah, kau percaya diri juga ya.””Tentu saja. Untuk mendapatkan putrinya sudah pasti harus mendapatkan hati ayahnya juga. Bukankah begitu paman?” Fan Yin melirik ayah. Mimik mukanya terlihat meyakinkan.Ayah membalas Fan Yin dengan senyuman, ”Ya, itu benar. Aku suka dengan sikapmu yang berterus terang.”Fan Yin tersenyum lebar hingga sudut mata dan bibirnya bergaris.”Terima kasih, Paman. Tapi
Jelas sekali ia sedang cemburu, hampir saja aku tertawa melihat mimik wajahnya yang sedang merajuk itu. Ia terlihat sangat menggemaskan bila sedang cemberut.”Kau cemburu?” Aku memajukan wajahku ke depan mukanya, menelisik bola matanya itu.Zhou Tian menjauhkan wajahnya, ”tidak. Aku hanya merasa kesal saja. Sejak kapan Fan Yin menyukaimu, Nao?” Ia melirik.Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Zhou Tian lalu kulingkarkan tanganku di lengannya.”Aku tidak tahu sejak kapan ia menyukai aku. Tapi, aku tahu ia memiliki perasaan terhadapku, saat aku secara tidak sengaja membaca jurnalnya. Dan sekarang ia terang-terangan mendekati aku.”Zhou Tian tak bergeming, pandangannya lurus ke depan. Bibirnya sedikit manyun. Entah apa yang tengah ia pikirkan, tapi dari raut wajahnya aku bisa menduga-duga kalau ia masih memikirkan kejadian tadi. Lalu, aku perla
Aku tidak pernah mengira Fan Yin akan mencintai Naomi juga. Sejak kapan ia menyukainya? Mengapa hatiku terasa sakit? Saat ia mencium Naomi tadi, ingin sekali aku membunuhnya detik itu juga. Aku tidak mau milikku disentuh orang lain sekali pun itu Fan Yin. Yah, aku harus bertanya kepada Fan Yin dan menegaskan posisinya. Hatiku seperti terbakar dan sangat sesak. Amarah yang tertahan justru semakin membuatku terbakar. Bantal yang tak bersalah itu menjadi sasaran kemarahanku. Patah hati. Sahabat baik yang sudah seperti adik bagiku, menusukku dari belakang. Setelah sejam bergelut dengan pikiran dan hatiku, aku keluar kamar dan mendapati mereka tengan asik berbincang. Naomi tersenyum saat melihat aku, tapi Fan Yin diam saja. Tidak seperti biasanya suka mengganggu. Aura kecanggungan ini membuat aku tidak nyaman. ”Hmm, Fan Yin bukankah ada berkas yang ingin kau laporkan kepada