Semua Bab Pura-Pura Buta: Bab 101 - Bab 110
140 Bab
28
 Cewek yang membuatku rela pindah sekolah biar bisa dekat dengannya malah menggelengkan kepala. Lalu pergi begitu saja meninggalkanku tanpa kata.   Aku tercengang. Hanya begitu? Tidak terpesona apa dengan ketampananku? Minimal ngajak kenalan. Kesal diabaikan, sejak saat itulah kuputar niatku yang ingin dekat dengannya menjadi mengusilinya. Hampir tiap hari ada saja tingkah Mengesalkanku padanya. Entah menghalangi jalannya, berpura tak sengaja menyiram air ke bajunya dan paling ekstrim, aku sengaja mengganggu sosok laki-laki sainganku untuk merebut hatinya--Fatih. Lelaki berwajah datar tanpa senyum. Aneh, orang seperti itu diidolakan, apa hebatnya?  Membuat masalah pada sosok yang membuatku iri adalah keharusan yang hakiki. Aku ingin merebut posisinya yang telah memberi ruang untuk Shanum. Banyak cewek-cewek yang mengidolakannya. Lewat sana dulu kucoba menghancurkannya, tapi sayangnya satu cewek pun tidak a
Baca selengkapnya
29
Setelah malam itu, aku dan Shanum mulai intens berinteraksi lewat ponsel. Di sekolah, kami bersikap biasa saja dengan menjaga jarak seolah tidak mempunyai hubungan apapun. Ini semua kami dilakukan untuk menghindari kehebohan atau jadi bahan pembicaraan lagi di sekolah. Apalagi gosip mengenai hubungan kami yang sebelumnya tidak juga reda. Kalau sampai terbukti kami memang mempunyai hubungan, maka yang kutakutkan dampaknya akan menimpa pada Shanum. Aku tidak peduli kalau mereka menjelek-jelekkanku, itu sudah biasa, tapi tidak untuk Shanum. Aku tahu dia selalu mendapatkan prestasi gemilang dan rekam jejak yang baik di sekolah ini, dan itu jauh dari gosip tak sedap.  "Selamat Bro, keren. Gue senang dengar kabar baik dari lo, kapan peresmiannya?"  "Hussstttt …." Isyaratku menyuruh Dino diam. Mataku mengedar ke seluruh sudut ruangan. Saat ini kami masih berada di lingkungan sekolah, tepatnya di kantin. 
Baca selengkapnya
30
POV Shanum  "Shanum!"  Refleks kepala menoleh ke belakang mencari asal suara yang memanggilku. Sita. Dia berlari mendekat.  "Kenapa ditinggal sih. Aku capek panggil-panggil dari tadi nggak didengar." Dengan napas ngos-ngosan ia ngedumel. "Kenapa nggak telepon, ponselku aktif kok." "Iya, ya. Kok nggak kepikiran?" Sita cengengesan sambil menggaruk kepala. Kugelengkan kepala melihat tingkahnya.  Aku dan Sita satu kampus dan satu jurusan yang sama. Memang waktu di SMA dulu kami sempat membicarakan dimana akan berkuliah. Aku dan Sita memilih universitas yang sama, sayangnya kami harus terpisah dengan Yolanda karena dia harus kuliah ke luar negeri atas permintaan orang tuanya. Sama seperti Alan, hidup Yolanda diatur juga oleh orang tuanya.   "Eh, hampir lupa, Kak Aldo ti
Baca selengkapnya
31
POV Alan.  Baru 17 jam lebih pisah dengan keluarga rasanya ingin segera pulang. Rasa rinduku lebih menggebu pada seorang gadis manis yang sudah mencuri hatiku sejak pandangan pertama--Shanum. Baru juga bersatu dalam ikatan pertunangan sudah dipisahkan kembali. Butuh perjuangan untuk bisa mendapatkannya. Sekarang harus terpisah jarak yang sangat jauh dengannya. Apa ini bagian dari rencanaMu Tuhan?  Aku masuk ke dalam apartemen yang sudah dipersiapkan oleh Kakek. Sepi, hanya aku sendiri yang tinggal di dalamnya. Baru merebahkan diri, hati sudah tidak sabar ingin menghubungi mereka yang jauh di sana.  Aku sudah mempersiapkan diri di depan laptop. Memanggil Mami tersayang lewat video virtual. Wanita teristimewa satu ini tidak bisa dinomor duakan. Dia pasti akan bertanya siapa orang yang lebih dulu kuhubungi setelah sampai sini.  Ditunggu beberapa detik,
Baca selengkapnya
32
Hari berlalu. Aku masih berkutat dengan kesibukan di kampus. Mencoba menyesuaikan diri di sini. Hampir setiap hari disela kesibukanku, tetap kusempatkan menghubungi Shanum. Walaupun harus aku yang selalu lebih dulu memulainya. Bertanya apapun atau menceritakan apapun. Tentangku dan juga tentangnya. Yang lebih memudahkanku tahu informasi tentang Shanum, karena ada Dino yang satu kampus dengannya.    ***  "Alan, ini kenalkan temanku, Elisa."   Aku menengok ke arah seorang perempuan yang sedang dikenalkan oleh Mike padaku. Mike adalah teman baruku di sini. Kami satu unit apartemen. Dia blasteran Indonesia-inggris. Walaupun lancar bahasa Indonesia, tapi setiap mengobrol, ia akan menggunakan bahasa Inggris. Dia lebih memilih tinggal di apartemen walaupun mempunyai rumah sendiri. Mungkin karena ingin lebih dekat dengan kampus atau karena ingin mandiri.
Baca selengkapnya
33
POV Shanum.  Dering ponsel tidak berhenti berbunyi. Getarannya terasa karena disimpan dalam celana jeans.  Cukup sekali kulihat siapa yang menghubungiku, tapi tak berniat untuk mengangkatnya.  "Wajahnya jangan ditekuk kayak gitu. Aku kan jadi sedih lihatnya," protes Sita dengan memeluk erat tubuhku.  Tetiba air mata mengalir begitu saja dari kedua netra. Sedih, sakit, semua jadi satu. Kekecewaan terbesarku baru saja menyergap relung hati. Rasanya sulit mempercayai kalau Alan berselingkuh di belakangku, tapi perempuan yang mengangkat panggilan tadi membuatku jadi ragu. Setiakah ia di sana?  "Tuh kan nangis. Sudah, apa perlu aku yang menghubungi Alan? Biar kubejek-bejek tuh lelaki tak tahu diri itu, kurang ajar!" Tangannya mengepal sempurna siap untuk ditonjokan.  Kugelengkan kepala m
Baca selengkapnya
34
  "Menjaga jarak? Maksudnya?" tanyaku ingin tahu penjelasannya.  "Selama ini aku merasa kamu tidak cinta sama aku. Sepertinya kamu masih terpaksa menjalankan bertunangan ini. Jadi saat kulihat foto kamu dengan Fatih, aku meragu dan ingin menenangkan diri dulu tidak ingin terbawa emosi makanya jarang menghubungimu, apalagi selama ini aku terus yang menghubungimu jadi kukira kamu tidak serius dengan hubungan ini."  "Drama … woi … drama, ketahuan selingkuh sih, makanya cari masalah dengan nuduh Shanum, basi, udah kebaca Lan, Shanum nggak bodoh." Sita berteriak di sampingku menyindir Alan.   Alan menghela napas lagi.  "Sudah kubilang kalau aku tidak selingkuh, apa buktinya dan kenapa kamu, Sit, menuduhku begitu? Kamu juga membenarkan apa yang dituduhkan Sita, Num?"  Kukirimka
Baca selengkapnya
35
Pov Alan.  Syukurlah semua kesalahpahaman diantara aku dan Shanum sudah berakhir. Kukira di sana Shanum memang genit dan suka menebar pesona seperti foto yang dikirimkan seseorang ke nomor pribadiku, ternyata itu semua tidak benar. Ada seseorang yang menginginkan Shanum terlihat buruk di mataku. Seharusnya aku tidak langsung percaya begitu saja dan meragukan kesetiaan Shanum. Dari sikapnya saja tampak sekali dia adalah cewek baik-baik dan bodohnya aku hampir ingin membatalkan pertunangan ini karena fitnah seseorang. Sita benar, tanpa Shanum tebar pesona pun, laki-laki akan terpesona dengan sendirinya dan berlomba-lomba untuk menarik perhatian Shanum. Seperti aku yang jatuh cinta pada pandangan pertama.  Sekarang aku sangat penasaran dengan nama cowok yang sempat disebut Sita. Cowok yang nekat mendekati Shanum walau dia tahu Shanum adalah tunanganku. Siapa dia? Akan kuminta Dino mencari tahu siapa lelaki tersebut.
Baca selengkapnya
36
"Kami senang bisa mengundang keluarga besar Atmanegara makan di rumah kami yang sederhana ini." Pak Boni tersenyum sumringah saat mengatakan sanjungan pada kami, tepatnya kepada Papi dan Mami.  Pak Boni adalah bawahan Papi di kantor. Dia mengundang kami karena hari ini ulang tahun pernikahannya. Yang mengherankan kenapa harus diundang secara pribadi dan kenapa cuma keluarga kami saja. Aku mencium bau-bau "penjilat". Kenapa juga Papi mau? Secara Pak Boni hanya bawahannya Papi, itu aneh.  "Selamat anniversary pernikahan Keyla, ini yang ke berapa?" Mami tersenyum ramah sembari memberikan bingkisan kado besar ke arah istrinya Pak Boni. Aku lupa bertanya apa isinya. Biasanya Mami tidak sembarangan memberikan hadiah. Tumben Mami mau repot mencari hadiah.  "Ah kamu pura-pura tidak tahu. Sudah berapa tahun kita berteman."  Oh, pantas. Ternyata teman Mami.
Baca selengkapnya
37
Pov Alan  Aku bergegas keluar dari apartemen menuju kampus. Ada orang yang harus kutemui sekarang juga, dia punya utang penjelasan. Elisa.  Tiba di kampus netraku mengitari seluruh sisi kampus mencari sosok cewek yang sudah membuat kegaduhan dalam hubunganku dengan Shanum.  "Hai bro, ada apa?" Bryan menyapaku.  "Kamu lihat Elis?"  "Tidak?" jawabnya dengan menggeleng.  "Why?"  "Nggak papa' kok. Kalau lihat dia, hubungi aku, ya."  "Sip," balasnya dengan mengangkat satu jempol. Raut wajahnya menyiratkan keheranan. Namun sekarang bukan saatnya untuk menjelaskan.  Permasalahan yang kuhadapi ini serius, kalau tidak diselesaikan dengan cepat dapat mengancam hubunganku dengan Shanum, dan di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status