Semua Bab Pura-Pura Buta: Bab 31 - Bab 40
140 Bab
Kabar baik dan buruk
"hah!" Tersentak kaget sampai aku harus bergeser ke samping, saat mendengar suara ketukan di kaca jendela mobil.   Pak Samsul ternyata. Aku mengelus dada meredakan degup jantungku yang berdebar karena terkejut.   "Kenapa berhenti?" Kepala Pak Samsul menyembul setelah kaca jendela kubuka.   Aku dan Yanto saling pandang. "Segera ke rumah Pak, ada masalah penting," ucap Yanto memberitahu. Pak Samsul menoleh ke arahku. Dengan gugup kuanggukkan kepala membenarkan perkataan Yanto. Pak Samsul terlihat mengernyitkan alisnya. Heran.   "Baik, jalan dulu, saya tetap di belakang," ujarnya memberi perintah. Mobil dilajukan kembali oleh Bani--bodyguard-ku satunya.   "Om, bisa ke rumah sekarang?" Kuhubungi Pak Darwin agar beliau datang ke rumah.   "Kenapa Del, ini Om
Baca selengkapnya
Dikira Berlian
POV Heru.  Pak Heru, keluar." Panggilan dari petugas polisi membuatku segera bangkit dari duduk di pojokan. Kuhela napas berat saat berjalan keluar dari kurungan jeruji besi ini.   Entah apa lagi yang diinginkan mereka. Beberapa kali aku dipanggil untuk melengkapi berkas terlaporku sebagai calon penghuni lapas. Status tersangka pun sudah tersemat di diriku walau belum diputuskan pengadilan. Harapanku masih bisa bebas dari sini. Apa pun itu akan kulakukan asalkan terhindar dari jeratan hukum.    Sudah lima hari berada di sini. Sempat sakit karena tidak terbiasa dengan suasananya. Cuma demam biasa, sudah diberi obat penurun panas dan sekarang sudah mendingan. Aku tertawa getir bila mengingatnya. Di sini cukup diberi obat penurun panas. Tidak ada perawatan atau memanggil petugas kesehatan. berbeda dengan dulu, saat masih bebas dan bersama Delia. Masih kuingat jelas bagaimana pan
Baca selengkapnya
Ternyata Dia Biang Keroknya
  "Halo?" Sapaku setelah terdengar suara di seberang sana.   "Del, Dilan ketemu. Sekarang dia berada di rumah sakit. Lukanya cukup parah." Aku yang terkejut refleks segera duduk dari posisi rebahan. Kabar yang kudapat dari Pak Darwin membuatku hampir tidak percaya. Mataku berbinar bahagia.   "Yang benar Om, bagaimana kejadiannya?"    "Bukankah Pak Samsul sudah cerita, kalau anak buah Komar yang ketangkap akhirnya mau buka suara dan mau menunjukkan lokasi markas mereka. Nah dari situlah kepolisian dapat menemukan keberadaan Dilan," jelas Pak Darwin.   "Oh, iya Om. Hampir lupa. Delia masih nggak percaya. Terus bagaimana, apakah penjahat lainnya juga ketangkap? Mengingatkan waktu di video call itu ada dua orang yang Delia lihat."  "Om kurang tahu. Cuma sekarang pihak polisi minta kamu ke k
Baca selengkapnya
Bagiku, Dia Menyebalkan
 "Tidak perlu Om. Paling bentar lagi mau kok." Mendengar penolakan dokter Ryan aku pun melanjutkan langkahku.   "Ya sudah. Saya pamit ya Om," tukasku.   "Tunggu Del!" Aku berbalik, kulihat Pak Darwin mengambil paksa kunci mobil dokter Ryan yang tergantung di dalam, lalu mendorong tubuh dokter Ryan ke arahku. Hampir saja tubuhnya menubrukku.   "Om, apaan," gerutu dokter Ryan rada kesal.   "Sudah sana! Del, titip ponakan Om. Maklumi ya, orangnya rada pemalu," kelakarnya. Aku terdiam dan bingung melihat apa yang dilakukan Pak Darwin pada dokter Ryan. Namun aku tidak ambil pusing, lebih baik masuk ke dalam mobil.   "Om, kembalikan kunci mobilnya," rengeknya dapat kudengar dari dalam mobil.  "Bu, apa kita jalan sekarang?" Tanya Yanto. &n
Baca selengkapnya
Orang Kantor Jadi Tahu
 Tiba-tiba gelap. Ada tangan yang menutup kedua mataku. Kusentak kasar tangan tersebut.   "Dokter Ryan," gumamku.   "Nggak usah dilihat, takut patah hati." Aku mengernyit mendengarnya.    "Siapa yang patah hati?" Dokter Ryan malah menatapku lekat.    "Awww." Aku menjerit karena kaget. Dokter Ryan menyentil keningku. Lagi. Apa ini kebiasaannya? Jelek sekali. Kuusap keningku pelan.   "Apaan sih, Dok, pake disentil segala. Sakit," keluhku dengan masih mengusap bekas sentilannya.   "Cuma mau ngetes aja, ada isinya nggak tuh otak. Masa nggak ngerti apa yang kumaksud. Bukankah kamu cerdas, apalagi waktu SMA, masuk sebagai siswa berprestasi, masa mencerna apa yang kukatakan barusan nggak bisa?"   Waktu SMA?
Baca selengkapnya
Nasib Malang Lastri
   Aku segera meluncur ke rumah sakit Bunda Asih tempat Lastri berada. Kata Pak Darwin, Lastri tertangkap di terminal bus. Sepertinya dia memang ingin melarikan diri, karena dari tiket yang dipesannya adalah tempat yang jauh dari kota ini. Aku membenarkan informasi dari Pak Darwin, karena setahuku, keluarganya pun tidak ada yang tinggal di sana.    "Jadi Lastri sudah ketemu Bu?" Tanya Bani. Dia yang sekarang menemaniku. Melajukan mobil ini ke rumah sakit tempat Lastri dirawat. Sedangkan Yanto kuminta di rumah saja. Menurutku situasi juga sudah aman. Selain Lastri, dua orang teman Pak Rustam juga sudah tertangkap. Pak Edi dan Pak Karsa. Mereka berdua ketangkap atas informasi dari keluarga mereka masing-masing. Syukurlah keluarga mereka kooperatif tidak berniat sama sekali untuk melindungi keberadaan mereka.    "Iya." Aku menjawab singkat. 
Baca selengkapnya
Bertemu Dengannya
 Sekarang kita kemana, Bu?" Bani yang sedang menyetir di depan mencoba bertanya padaku. Mungkin dia bingung melihatku yang gegas masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan kemana tujuan pergi.   Hm … ke kantor polisi," jawabku tanpa menoleh ke depan. Aku asyik menatap jalanan yang ramai oleh kendaraan roda empat maupun roda dua. Bukan menikmatinya tapi hanya mengalihkan pikiran dari sekelumit permasalahan yang ditimbulkan Lastri. Masih terngiang permintaan ibunya di benakku. Mengingatnya, selalu membuatku menghela napas panjang.    Kuraih ponsel dari dalam tas yang berada di sampingku duduk. Mencoba menghubungi seseorang.   "Sis, bagaimana jadwalku hari ini?" Aku menghubungi Siska--sekretarisku. Langsung bertanya tanpa berbasa-basi mengucap salam.   "Hari ini ada yang ingin membuat janji ketemu sama Ibu. Mereka klien
Baca selengkapnya
Dokter Ryan
 POV. Dr. Ryan  "Delia?" Aku bergumam sendiri.    "Kenapa Dok, kamu kenal?" Ternyata dokter Richard mendengar gumamanku.   Aku kaget saat membaca rekam medis seseorang bernama Delia. Apalagi saat melihat nama ayahnya. Sangat kukenal, bukan kenal lagi, tapi hafal sampai di luar kepala.   "Namanya seperti familiar, Dok," jawabku tersenyum.   "Tahu Angkasa group, pasti pernah dengar kan?" Aku mengangguk.    "Nah, Delia ini anak dari pemilik perusahaan tersebut," jelas dokter Richard.   "Oh," balasku.    Berarti aku tidak salah, ini benar Delia.   Di SMA Tunas Bangsa, siapa yang tidak kenal Delia. Gadis cantik berambut panjang lurus, d
Baca selengkapnya
Ada Apa Denganku dan Dia
 "Sore Pak, dengan Bapak Yudhatama?" Siska bertanya saat kami sudah berada di depan meja atas nama Yudhatama.   Aku hanya diam saja. Kubiarkan Siska yang berbicara memulai percakapan. Mataku fokus menatap sosok yang kukenal berada di depanku. Dia tidak membalas tatapanku, padahal aku menatapnya terus tanpa berkedip.   Ada yang berbeda dari penampilan dokter Ryan saat ini. Dia memakai jas menutupi kemeja putihnya. Pakaiannya terlihat lebih formal. Apa yang dilakukannya di sini? Siapa yang dia temui sehingga pakaiannya begitu formal?   "Ya sudah, gue pergi dulu Bro, ntar kita sambung lagi," ucap dokter Ryan bangun dari duduknya, sambil merangkul laki-laki di sampingnya, yang kuduga pasti Pak Yudhatama. Mereka tampak seumuran, teman atau ada hubungan keluarga, aku tidak tahu.  "Sip, bisa diatur," balas Pak Yudhatama. 
Baca selengkapnya
Di kamar Rawat Dilan
  "dokter Ryan?" Aku berseru pelan.   "Dunia ini terlalu sempit ya sampai harus ketemu kamu lagi," tuturnya membuatku menautkan alis.   "Kamu pikir aku sengaja ngikutin Dokter sampai ke sini? Dokter kepedean," jawabku mencebik kesal padanya tidak mau kalah.   "Lalu ngapain kamu ke sini?" Netranya menatapku dari bawah ke atas. Seperti sedang menguliti penampilanku. "Nggak mungkin 'kan kamu sholat," imbuhnya lagi mematahkan keberadaanku di sini.   Apa sesempit itu pemikirannya tentangku? Apa orang kayak aku mudah ditebak tingkat ibadahnya? Hingga dari penampilan saja dia bisa menilainya.   "Kenapa diam? Benar 'kan?" Tudingnya lagi tanpa rasa bersalah.   Entah kenapa ada rasa sesak saat komentar itu keluar dari mulutnya. Bibirku terkatup rapat. Tenggo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status