All Chapters of You Are Mine, Maria: Chapter 11 - Chapter 20
90 Chapters
11. Kesal
Pagi-pagi sekali Jake sudah berangkat ke kantornya, dia sedang tidak ingin melihat Maria. Jake bahkan melewatkan sarapannya, dia juga berpesan pada pelayannya agar Maria jangan diganggu, biarkan dia bangun dengan sendirinya.Jake masih menyimpan rasa sesak di hati jika mengingat wanitanya berpelukan dengan lelaki lain. Amarahnya tak bisa dibendung yang mengakibatkan kejadian semalam terjadi. Padahal di bayangan Jake, dia bisa memiliki Maria dengan sangat lembut karena dia adalah gadis pertamanya.Entahlah, kejadian semalam di luar dugaannya. Tapi Jake masih mengingat dengan jelas kejadian itu. Dia juga menikmati setiap tangisan yang bercampur desahan dari Maria. Putihnya tubuh Maria dan betapa mulus kulit Maria masih bisa dia rasakan.Jake segera mengusir pikiran itu dengan menyibukkan dirinya bekerja. Tapi setiap kali Jake berpaling, maka bayangan itu semakin terlihat jelas. Hal itu malah membuat libidonya menjadi naik dan ingin segera pulang untuk menikmati Maria
Read more
12. Kepikiran Maria
Ponsel Jake berdering, dia mengambil handphonenya dari saku celana, melihat nama Aciel orang kepercayaannya, dia pun segera mengangkat panggilan tersebut."Hallo, ada apa?" tanya Jake, suaranya masih terdengar kesal."Ada tangkapan baru, salah satu kurir senjatamu ternyata seorang penyusup," kata Aciel. "Sial, di mana dia sekarang?" tanya Jake."Di tempat biasa bos, aku sudahmengurungnya." jawab Aciel."Aku akan kesana sekarang," ucap Jake lalu memutuskan panggilan telfonnya.Suasana hatinya sangat buruk dan itu karena Maria. Mungkin bermain dengan mainan yang baru ditangkap oleh anak buahnya bisa meredakan sedikit emosinya. Dia tersenyum sarkas.Jake keluar dari kamar mandi dan masih melihat Serren sedang duduk di kursinya. Dia menghembuskan nafas malas, mengabaikan wanita itu. Jake menghampiri meja Maria."Selesaikan semua pekerjaan ini, jika nanti malam belum selesai. Aku akan menghukummu seperti semalam lagi," ucap Jake b
Read more
13. Jebakan
Maria memegangi kepalanya, jam sudah menunjukan pukul 9 malam tetapi pekerjaannya belum selesai. Tinggal sedikit lagi, tetapi rasanya tubuh Maria sudah sangat lelah. Dia menutup semua dokumen dan membereskannya, dia akan menyelesaikannya besok. Biarlah dia diberi hukuman, Maria sudah tidak kuat.Dia berdiri, keluar ruangan dengan berjalan lesu. Wajahnya sayu, benar-benar terlihat lelah. Setelah keluar dari lift, dia mengendarai mobilnya pulang ke rumah.Maria langsung memasuki kamarnya ketika dia sampai di rumah. Membersihkan dirinya dengan singkat lalu memakai piyamanya, berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya yang lelah. Baru saja dia ingin menutup mata, perutnya terdengar keroncongan. Maria lupa dia belum makan malam tadi.Akhirnya dengan rasa malas dia berjalan turun menuju dapur. Tapi ketika dia sampai di pertengahan tangga, Maria melihat Jake yang berjalan menaiki tangga. Maria berhenti, membiarkan Jake melewatinya. Tapi saat Jake sudah sampai atas d
Read more
14. Ungkapan Perasaan Ashley
Suara dentingan sendok dan garpu beradu memenuhi ruang makan tersebut. Sepasang manusia yang sedang sarapan itu enggan untuk melakukan percakapan. Jake sibuk dengan handphonenya dan Maria terlihat seperti terburu-buru menelan sarapannya. Dia tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan Jake.Tanpa sepatah kata pun, Maria mengambil tas yang ada di sebelahnya, berdiri dan melangkahkan kakinya pergi dari ruang makan itu. Jake seolah tak peduli, dia bahkan tak mengalihkan pandangannya, hanya menatap handphone yang daritadi seperti menarik perhatiannya.Seperti biasanya, Ashley selalu menunggu Maria di parkiran. Dia berdiri menunggu mobil Maria datang. Tapi saat sudah datang, sampai 5 menit pun Maria tidak keluar dari mobil dan membuat Ashley penasaran, dia mendekat dan mengetuk kaca jendela mobil Maria."Hei keluarlah, kau ingin ketinggalan pelajaran." ucap Ashley.Maria terdiam, dia mencengkeram setir mobilnya. Dia tidak ingin bertemu dengan Ashley, bekas luka yan
Read more
15. Kecewa?
Maria menghabiskan harinya di makam sang ayah. Entah kenapa hatinya menjadi tenang ketika dia di sini, meskipun harus kepanasan, Maria tak peduli, yang penting ia bisa mencurahkan semua isi hatinya saat ini. Hanya pada ayahnya lah dia bisa jujur tentang semua hal, meskipun tak ada jawaban sama sekali dari gundukan tanah di depannya itu. Hari sudah siang dan Maria seperti enggan untuk datang ke kantor Jake, biarlah, saat ini Maria tidak ingin melihat Jake. Akhirnya Maria memutuskan untuk datang ke rumah, sudah lama dia tak bertemu dengan ibunya. Rasanya dia sangat merindukannya.Maria melajukan mobilnya ke rumahnya, untung saat ini ayahnya belum pulang jadi dia bisa leluasa mempunyai waktu dengan ibunya."Ibu terlihat pucat, mau ku antarkan ke dokter?" tanya Maria. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tengah."Tak apa, Ibu baik-baik saja." ucap ibunya.Maria tahu ibunya itu sedang tidak enak badan, tapi selalu saja ibunya itu mengelak. Hal itu mem
Read more
16. Marah
Maria mengemudikan mobilnya. Entah sudah berapa kali dia berputar-putar di jalanan itu, membuat dia bosan. Dia menghentikan mobilnya di depan minimarket, dia menundukkan kepalanya ke arah setir. Entah kenapa dia merasa sangat marah, dia kecewa dengan apa yang dilihatnya tadi. Tapi alasan apa untuk Maria marah dan kecewa? Dia bukanlah siapa-siapa bagi Jake.Maria ingin kembali tapi dia merasa gengsi, jika dia pulang ke rumah yang ada nanti diceramahi oleh ayah tirinya. Akhirnya Maria berinisiatif menelfon Ashley, hanya lelaki itu yang ada dipikirannya saat ini."Hallo," ucap Maria begitu sambungan telfon itu tersambung. "Kau di mana?" tanyanya."Aku sedang di suatu tempat, ada apa? Kemana saja kau seharian tidak bisa dihubungi?" tanya Ashley. "Bisakah kau beritahu lokasimu, aku ingin menyusulmu," ucap Maria."Menyusulku? Eh jangan, kita ketemuan di tempat lain saja," ucap Ashley sedikit panik karena saat ini dia ada di bar miliknya."Sudah, b
Read more
17. Hukuman Maria
Maria terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa pusing, bahkan sangat pusing karena semalam dia terlalu banyak meminum alkohol. Matanya mengerjap perlahan, sinar matahari menyapanya, membuat dia menutup matanya kembali karena silau. Dia berguling ke kanan, merasakan betapa nikmatnya pagi harinya kali ini.Akhirnya dengan malas Maria membuka kedua matanya, menatap kesekelilingnya, kamar yang begitu asing, di mana dia? Pikirnya.Pintu terbuka membuat perhatian Maria teralihkan, dia melihat Ashley masuk membawa nampan berisikan makanan. Maria bangun, menyenderkan tubuhnya di sisi ranjang, menatap sahabatnya yang perlahan mendekatinya."Aku ingin membangunkanmu, ternyata kau sudah bangun duluan," ucap Ashley meletakkan nampan di nakas meja samping ranjang.Maria hanya mengangguk, dia memegangi kepalanya, pusingnya belum hilang juga."Makanlah dan segera minum obat pereda mabuk. Kau terlalu banyak minum tadi malam," ucap Ashley menatap Maria.Maria men
Read more
18. Sikap Yang Aneh
Entah sudah berapa kali Jake menyentuh tubuh Maria. Sehingga membuat wanita itu enggan untuk memikirkannya. Dia selalu diam ketika Jake melakukan hal itu pada dirinya, tanpa bersuara, tanpa mendesah, bahkan tanpa menikmatinya. Maria pasrah, dia yang selalu diancam menggunakan ibunya membuat dirinya tak bisa berkutik.Hari ini, lagi dan lagi Maria terbangun dengan keadaan telanjang. Dia melirik ke arah samping dan ternyata Jake tidak ada di tempatnya. Maria berusaha bangun, tubuhnya kaku, setiap kali bercinta Jake selalu bersikap kasar padanya hingga meninggalkan beberapa bekas lebam di tubuhnya."Kau sudah bangun?" tanya Jake yang keluar dari arah kamar mandi. Dia masih menggunakan handuk yang melilit, menutupi kejantanannya.Maria hanya mengangguk tak bersuara, dia beringsut mundur sampai tubuhnya terbentur sisi ranjang ketika Jake mendekatinya."Jangan menghindariku Mary, aku tak suka itu," ucap Jake dingin ketika melihat sikap Maria. Ya, meskipun dia sudah
Read more
19. Pertanyaan Ashley
"Ashley," ucap Maria tampak kikuk ketika melihat Ashley yang menatapnya berbeda. Meskipun masih ada kelembutan di sana, tapi sorot mata tegas penuh dengan pertanyaan terpancar di matanya. "Hai, aku kira kau belum datang." imbuhnya."Kali ini jangan mengelak Maria, aku butuh penjelasanmu," ucap Ashley yang menarik tangan Maria."Hei, mau kemana? Sebentar lagi ada jam mata kuliah. Aku tidak ingin membolos," ucap Maria berontak.Ashley hanya diam, dia tetap menggandeng tangan Maria. Tujuannya bukan ke kelas, apalagi ke kantin. Ashley membawa Maria ke gedung bangunan sekolah paling belakang. Gedung yang sudah tak terpakai, hanya terbengkalai dan dijadikan gudang.Maria yang melihat keadaan sekitar merasa takut. Dia lebih takut jika tiba-tiba ada hantu yang menghampirinya daripada penjahat."Kita mau kemana? Ini tempat sepi," ucap Maria tercekat. Dia menelan ludahnya kasar.Ternyata meskipun bangunan di sini terbengkalai, tapi ada sebuah taman yang ind
Read more
20. He's Back
Jaccob keluar dari area kampus, pagi ini dia sedang dalam suasana yang baik. Tidak ada pertengkaran dengan Maria. Beberapa hari ini juga Maria tidak mencari masalah dengannya.Dia melirik jam di tangannya. Dia berniat untuk pergi ke Mansion Ratory sebelum datang ke kantor. Mumpung tidak ada jadwal meeting apapun hari ini. Jake mengambil handphonenya, sambil menyetir dia menekan layar handphonenya, mencari nama Kenzo lalu memanggilnya."Hallo bos," suara Kenzo terdengar tak lama setelah telfon itu berdering."Aku ingin mengecek pekerjaan di Mansion, kemungkinan sampai sore. Jadi kerjakan semua pekerjaanku. Nanti jika Maria datang, suruh dia untuk mengerjakan proyek yang ada di kota Nancy." ucap Jake."Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepada Maria." jawab Kenzo.Setelah itu Jake memutuskan panggilan tersebut, dia melemparkan handphonenya pada bangku kosong di sebelahnya. Tak sengaja matanya menatap spion tengah yang ada di dalam mobil tersebu
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status