Semua Bab CEO Nakal Kekasihku: Bab 41 - Bab 50
296 Bab
Ngapain Di Sini?
Zahwa nampak sangat kaget ketika membuka mata ada Damian di sofa yang sudah dia letakkan di samping ranjang Zahwa. Untung  saja dia tidak menjerit. Dia menepuk pipinya sebelah kanan, kemudian pipi sebelah kiri agak keras. “Au, sakit. Ini bukan mimpi? Kenapa Ingrid jadi Damian?” “Sudah, kau bisa memerah pipimu kalau kau pukul terus. Ini beneran aku. Bukan mimpi. Bangga ‘kan ditunggui pria ganteng seperti aku?” Zahwa membelalakan matanya. Dia kaget sekaligus kesal. Damian masih memejamkan matanya, tapi tahu aktivitas Zahwa. “Ngapain kamu di sini? Aku tidak butuh kamu! Kemana Ingrid? Kamu buang ke mana?” Zahwa sangat marah sekarang. Mentang-mentang bos mau seenaknya. Zahwa mencoba bangun. Dia lebih baik sekarang. “Dia pulang. Kamu ini memang tidak tahu terima kasih. Aku sudah bebaik hati menjagamu, tapi malah bangun tidur membangunkan dengan marah-marah,” ucap Zahwa
Baca selengkapnya
Seberengsek Apa Arsan?
Terdengar suara ketukan pintu. Namun karena mereka sedang berciuman sangat dalam tidak mendengarnya, sehingga sang pengetuk pintu tersebut masuk. Petugas menganga ketika melihat aksi mereka. Namun dia harus memberikan obat untuk disuntikkan di infus Zahwa malam ini. “Permisi!” Damian melepaskan tautan bibirnya. Zahwa bersemu merah karena kepergok orang lain. “Maaf, Nyonya dan Tuan saya harus memberikan obat ini sesuai jadwal. Tidak bermaksud mengganggu aktivitas kalian,” ucap suster. “Ah, baik, Sus. Lakukan agar istri saya cepat sembuh,” tukas Damian. Hal itu membuat Zahwa membelalakkan matanya. Bagaimana Damian bisa seenak jidadanya begitu? Siapa yang tidak kenal dia dan Cassandra. Seantero dunia tahu mereka. Sedangkan Zahwa? Dia akan dicap pelakor nanti. “Terima kasih pengertiannya, Tuan. Saya sudah selesai. Silakan dilanjutkan!” Suster tersebut tersenyum dan meninggalkan ruangan itu.
Baca selengkapnya
Kau Milikku (21+)
Hari itu Zahwa seakan bertarung dengan seluruh logika-logikanya. Di satu sisi, dia sangat marah dan benci dengan Damian. Di sisi lain Damian seperti memberikan kenyamanan untuknya. Dua sisi itu selalu menghujani pikirannya. Perkataan-perkataan Damian juga terus membayangi pikirannya. Bagaimana mungkin Arsan jahat? Selama ini hanya dia yang membantunya. Tapi perkataan Damian masuk akal juga. Berkali-kali Arsan mengajaknya pindah tanpa alasan. Seandinya waktu itu Zahwa tidak mencuri waktu melamar pekerjaan di Dawson juga mungkin masih bergantung pada Arsan. “Mungkinkah Mas Arsan sengaja membuatku bergantung padanya agar aku tidak bisa lepas? Arghhh ... Damian mau coba meracuniku. Tidak! Aku akan menikah tiga hari lagi. Jangan berpikir yang macam-macam. Zahwa membolak-balik badannya rasanya tidak nyaman. Semua posisi sudah dicoba tapi nihik. “Gelisah? Nungguin aku, ya?” Sebuket bunga nampak menghalangi pandangan Zahwa akan waj
Baca selengkapnya
Terlihat Egois
Damian dan Arsan mengikuti Satpam itu, kali ini juga dengan Zahwa sebagai pihat penengah yang bertikai. Mereka menuju ruang satpam. Sambil jalan, mereka juga masih saling berdebat. “Stop! Kalian berdua. Kalian mau esok hari viral? Aku heran sama kalian berdua. Pemimpin perusahaan besar tapi kelakuan minus.” Mereka sudah sampai di ruangan Satpam. “Saya tidak tahu apa yang terjadi antara kalian. Kemarin berantem di tempat parkir. Hari ini di ruangan bahkan main pukul. Sebenarnya apa masalahnya? Tolong dibicarakan. Kalian berdua sudah dewasa. Kalau tidak salah kalian sudah mengunjak usia tiga puluh lebih bukan? Hufff, apa kira-kira kalau sampai khalayak tahu tidak memalukan?” ujar kepala Satpam. “Baik, Pak. Saya minta maaf. Memang saya yang salah. Saya seharusnya mendamaikan mereka. Tapi nyatanya tidak bisa. Karena ini urusan keluarga, bisakah kami selesaikan secara keluarga?” ucap Zahwa sambil membetulkan ka
Baca selengkapnya
Menikahlah Denganku (21+)
Sepertinya ada rahasia yang sudah terjadi antara Arsan dan lelaki yang bernama Steve itu. Terlihat Arsan tergagap. Jangan lupa, Keano adalah anak-anak yang sudah tercetak menjadi dewasa. Dia bisa berpikir layaknya orang dewasa. “Oh, dia sahabat, Om. Kenapa?” Arsan mencoba senetral mungkin agar Keano tidak curiga. “Oh, ya sudah kalau belum mau cerita.” Arsan merasa kurang nyaman sekarang. Dia pamit untuk pulang. Untung saja Damian parkir agak jauh. Dia juga bersembunyi di balik tembok. Damian akan menyelidiki siapa Steve tersebut. Damian mengetuk pintu kemudian Keano membukanya. Dia ingin menutupnya tapi Damian menahannya. “Kau yakin? Ada raport di tanganku.” Keano terpaksa membiarkan masuk. “Bisakah kita gencatan senjata? Keano, yang bersalah padamu adalah Gladis. Bukankah tidak adil jika kamu juga membenciku?” Damian mengikuti Keano dari belakang. &ldq
Baca selengkapnya
Ambisi Damian
Damian membawanya ke sebuah rumah miliknya. Tidak ada yang tahu rumah itu kecuali dirinya sendiri. Damian menghentikan mobilnya kemudian membuka pintu. Dia mengangkat tubuh Zahwa yang kali ini memang sengaja di buat tidur oleh dirinya. Rupanya Damian sudah tidak ingin menunggu lagi. “Keano, minta tolong dibuka.” Maka Keano masih melakukannya. Entah apa yang ada di pikiran anak itu. Dia mirip sapi di padang rumput yang mengikuti perintah Damian. Padahal biasanya dia pemberontak yang ulung. “Kamu tidur di sini, ya?” Satu kecupan mendarat di kening Zahwa. Keano hanya dapat melihat saja. Dia belum menyadari jika saat ini Damian bermaksud menyekap mereka berdua dengan cara halus. “Keano, sebelah sana kamar kamu. Aku di sini. Kalau perlu apa pun jangan lupa membangunkan aku.” Keano mengangguk. Sedangkan Damian mulai masuk ke kamarnya. Demikian juga dengan Keano. Zahwa akan bangun sekitar lima jam lagi. Damian me
Baca selengkapnya
Perubahan Keano
Pagi hari Damian sudah siap bernagkat ke kantor. Dia mengetuk pintu kamar Keano. Lelaki remaja itu bangkit dan membuka pintunya.” Ada apa?” tanya Keano. “Aku akan pergi ke kantor. Sudah ada sarapan di meja, tadi aku sudah mengudang pelayan ke mari. Kalau mamamu bangun, jelaskan padanya kondisinya. Telepon aku kalau butuh bantuan atau mau jalan-jalan. Aku akan mengirim supir. Sebab di sini tidak ada angkot atau kendaraan umum. Kunci pintunya baik-baik. Jangan biarkan siapa pun masuk, kalau aku tidak mengatakannya.” Keano membelalakan matanya. Kenapa tidak ada? Anak laki-laki itu mulai berpikir jika Damian memang mencoba mengasingkan mereka. “Oh, baik.” Keano hanya memendam kecurigaannya pada pikirannya saja. Damian berbalik dan berlalu. Keano hanya memandang punggung lelaki berjas itu hingga tenggelam karena pintu yang mulai tertutup. Keano masuk ke kamar mamanya yang terletak bersebelahan dengan kamar Dami
Baca selengkapnya
Rahasia Arsan
“Ma, malam sebelum mama sakit, Om Arsan mendapatkan telepon. Aku mendengarnya bahwa dia menyebut snag penelpon adalah Steve. Apa mama tahu rencana Om Arsan?” Zahwa menggeleng dengan pertanyaan Keano tersebut. Keano melepaskan napasnya sedikit lelah. “Aku tidak meyangka, bahwa dia ingin membunuh Om Damian. Saya tahu, Om Damian pernah jahat tapi bukan berarti dengan mudah nyawanya dihilangkan.” Zahwa mendengarkan dengan seksama. “Apa kau yakin tidak salah paham?” Zahwa tidak ingin putranya tersebut menyimpan dendam yang belum tentu kebenarannya. “Aku mendengar dengan jelas, Ma.” Zahwa juga nampak terkejut. Memang Damian tidak adil karena membuangnya ke Bandung dan tentu membuatnya sakit hati. Tapi bukan berarti dapat dengan mudah menghilangkan nyawa seseorang. “Lupakan itu, Boy. Kita fokus ke hidup kita. Bagaimana kita bisa pergi dari sini.” Zahwa memegang kedua l
Baca selengkapnya
Kau Milikku (21+)
Seharian Keano hanya bermain vidio game saja. Sedangkan Zahwa mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya bisa keluar dari rumah itu. Damian memang sengaja memutus akses internet dan sinyal saat dia pergi. Baru setelah dirinya kembali akan dinyalakan lagi. Suara mobil terdengar memasuki pekarangan. Jangan bertanya bagaimana marahnya Zahwa. Dia keluar dari kamar itu dan menyambut Damian. “Kau nampak lebih cantik, Sayang. Aku merasa sangat spesial disambut kekasihku saat pulang kerja.” Tidak terbendung kemarahan Zahwa. Dia menyorotkan api permusushan di matanya. Damian terkekeh melihatnya. Mungkin baginya sangat lucu. Tapi tidak dengan Zahwa. Dia sangat marah sekarang. “Sebenarnya, apa maumu?” tanya Zahwa. “Kau tidak akan menyesal, menanyakan mauku?” Damian maju ke arah Zahwa, sehingga wanita itu mundur, mundur dan akhirnya mentok ke dinding. Damian mengungkung tubuh Zahwa dengan kedua ta
Baca selengkapnya
Rasanya Masih Sama
Zahwa melemas di  atas ranjang. Pikirannya pergi entah ke mana. Kenapa ini terjadi lagi? Damian menodainya lagi. Kesalahan itu terulang lagi. Dia sangat membenci Damian. Sangat! Kenapa lelaki itu begitu jahat padanya. Mungkin Arsan memang jahat seperti yang dikatakannya, tapi Arsan tidak pernah memaksanya untuk melayaninya. Air matanya luruh. “Jangan menangis, kita menikah besok. Maafkan aku!” Damian menggendong Zahwa ke kamar mandi super mewahnya. Dia meletakkan tubuh sang kekasih untuk di mandikan. Zahwa seperti manekin yang menurut saja. Ada rasa sesal dalam dada Damian. Seharusnya dia bisa mengendalikan diri. Setelah selesai memandikannya, Damian menyelimuti Zahwa dengan handuk, kemudian menggendongnya kembali keluar. Damian meletakkan tubuh Zahwa di ranjang dan bangkit untuk mengambil baju Zahwa. Dia memakaian baju setelahnya. Lelaki tinggi tegap itu kemudian mandi. Dia mengguyur tubuhnya di bawah shower. Dia mendapatka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
30
DMCA.com Protection Status