Lahat ng Kabanata ng CEO Nakal Kekasihku: Kabanata 21 - Kabanata 30
296 Kabanata
Lebih Dari Itu
Esok hari yang di nanti tiba. Sekarang sudah pukul tujuh malam karena Arsan memang langsung berkendara dari kantor. Dia langsung pulang ke rumah Zahwa tidak mampir ke rumahnya dulu. Suara dentang bel berbunyi menandakan seorang Arsan yang sudah sampai.“Key, minta tolong bukakan pintu. Kayaknya itu Om Arsan deh.” Keano membukakan pintu. Tapi bukan Arsan yang datang melainkan Andra. Maka dengan tidak sopan Keano menutup pintunya kembali bahkan tidak memberi kesempatan pada Andra untuk bicara. Anak laki-laki itu memang selalu frontal jika tidak suka dengan seseorang.“Mana Om Arsannya?” tanya Zahwa sambil meletakkan sayur di atas meja.“Bukan Om Arsan tapi hanya ornag gila.” Zahwa paling tahu Keano. Dia berbohong. Itu pasti bukan orang gila. Astagfirullah ... pasti Pak Andra. Demikian batin Zahwa. Dia bergegas ke depan. Bukan apa-apa, dia masih membutuhkan pekerjaan. Maka Zahwa membuka pintu setelah sampai meraihnya.&ldq
Magbasa pa
Terserah Kamu
Zahwa pasrah kalau Arsan sudah bilang seperti itu. Dia pasti akan kalah.Keano tidak akan menggubrisnya. Setelah makan, Zahwa memilih untuk ke ruang kerjanya yang berada tidak jauh dari mereka berdua bermain. “Kalian mau minuman? Aku buatkan sebelum fokus bekerja.” Mereka sudah tidak menggubris omongan Zahwa karena sudah asik dengan dunia games. Zahwa mendengus kalau sudah begini. Zahra membuat susu rendah kalori untuk keduanya. Berdua memang hampir sama kesukaannya. Setelah itu mengupas buah apel dan memotong dadu. Keduanya juga menyukai buah itu. “Jangan curang, Kay. Om sudah lebih dulu sampai.” “Nggak curang, ya?” Keano terlihat antusias memainkan stik PS-nya. “Ini minuman kalian. Bisa-bisanya kalau maen begitu. Mas, sudah malem nggak mandi? Entar masuk angin!” Zahwa memperingatkan. “Sebentar lagi. Aku punya baju di sini nggak?” tanya Arsa
Magbasa pa
Bayangan (21+)
Arsan bangkit dan meraih susu rendah kalori yang ada di meja kemudian menenggaknya. Dia kembali ke kursi yang tadi didudukinya. “Kau ingin pernikahan sederhana? Bukankah ini sekali seumur hidup? Kau tidak ingin membuat semua ornag terkesan?” Zahwa menggeleng. Dia tidak ingin jadi bahan pergunjingan. Baginya cukup sakit ketika mendapati dirinya jadi bahan olok-olok saat di Surabaya dulu karena pulang kerja dari rantau bukannya membawa banyak uang tapi membawa janin.  Tatapan nyalang itu tidak pernah akan hilang dari pikirannya. “Baiklah kalau begitu kita menikah di KUA saja. Minggu kita akan fitting baju pengantin. Aku pulang dulu. Terima kasih untuk melewati hidup bersamaku.” Satu kecupan singkat mendarat di bibir Zahwa, sehingga wanita itu membatu karena gerakan singkat dari calon suaminya tersebut. Zahwa mengerjap-ngerjapkan matanya, ketika menyadari hanya punggung Arsan yang terlihat di matanya karena lelaki i
Magbasa pa
Rencana Keano
Pagi hari selalu sibuk dengan aktivitas di rumah Zahwa. Dia harus bangun pagi hari sekali untuk menyiapkan sarapannya Keano dan dirinya. Juga untuk bekal tentunya. Maka Zahwa sudahmemasak pagi ini. “Keano, habiskan sarapanmu, Sayang.  Setelah itu kita berangkat.” Keano mulai melahap roti bakar kesukaannya, ditemani dengan soup yang nikmat. Sesekali dia menyeruput susunya untuk mendorong makanan agar sampai ke lambungnya. Zahwa sudah rapi. Hari ini dia memakai bazer warna biru. Dia sudah menguncir rambutnya separuh di bagian atas, dengan menyapukan make-up yang agak gelap agar kulit awajahnya terlihat sedikit dekil. Jangan lupa kaca mata tebalnya berbingkai warna emas membuat penampilannya jauh dari kata seksi. Bajunya satu ukuran di atas ukuran miliknya. Tidak lupa, jika yang lain berbau khas lily atau vanila, kalau parfum kantor Zahwa berbau melati layaknya orang tua.   “Keano sudah selesai makananmu?” tanya Zahwa. Dia memakai sepatu hitamnya yang
Magbasa pa
Ayo! Cium Sepatuku
Seperti yang tadi sudah disepakati, kini Keano dan juga Galdis dan papanya bertemu di kafe kemarin mereka bertemu. Mungkin sepuluh menit cukup sebelum Zahwa dang ibu datang untuk menjemputnya. Keano sudah ada terlebih dulu di kafe tersebut. Dia sudah memesan es kapucino kesukaannya. Dia menyeruput sedikit minuman itu. Tidak berapa lama, Gladis dan papanya Damian datang. “Silakan duduk!” Keano dengan sopan mempersilakan mereka duduk.   “Nggak perlu! Kamu mau ngomong apa sebenarnya? Mau mengemis jangan dipenjarakan? Big no! Gue terlanjur kesel sama kamu!” Galdis berdiri sambil bersedakap. Sedangkan Damian duduk di depan Keano.   “Gladis! Duduk!” perintah Damian.   “Tapi, Pa ....” Galdis menyanggah.   “Duduk Papa bilang!” Gladis akhirnya duduk walau wajahnya ditekuk. “Jadi, apa yang ingin kamu sampaikan, Anak Muda?” Damian mencondongkan badannya untuk lebih mendekat ke arah Keano.  
Magbasa pa
Mama Percaya
Keano menangis melihat mamanya mencium sepatu Gladis. Keano tidak bisa melakukan apa-apa mamanya dihina didepan matanya. Tangannya mengepal sangat kuat ingin rasanya memporandakan Galdis yang sudah demikian keterlaluan. Tapi nanti akan membuat semua makin kacau.   “Ma, Please!” Keano menarik bahu sang mama dan memeluknya.   “Dengar, Tuan Damian! Beri tahu putri Anda! Tidak selamanya Anda berada di atas. Jika cara mendidik yang Anda lakukan ini masih sama membiarkan putri Anda merendahkan orang lain, maka tidak mustahil jika kelak dia juga akan meninggalkanmu dan menginjak kepalamu!” Damian terdiam. Dia melihat mata itu, mata yang sama dengan milik Rara. Dia tidak mungkin melupakannya. Walau sudah sebelas tahun berlalu, masih tetap sama mata itu menghantuinya. Mata yang merasa terluka karenanya, mata yang membuatnya tidak melupakan malam itu. Damian hanya terpaku melihat Keano dan juga Zahwa berlalu.   “Mau kemana kalian?
Magbasa pa
Persaingan Tertutup Tiga Bersaudara
Keano termenung. Tapi mamanya ada benarnya. Memang wanita harus selalu diutamakan. Begitu kata Arsan. Iya, anak itu selalu menurut dengan Arsan tanpa bantahan. Mereka sudah sampai rumah. “Keano, mama minta maaf, ya? Kita lupakan hari ini, oke? Om Arsan besok pulang week and. Kita akan jalan-jalan.” Keano mengangguk. “Jangan lupa tutup pintu kunci, hati-hati. Mama mencintaimu.” Zahwa setengah berteriak karena Keano semakin menjauh. Dia menggeleng kemudian kembali fokus menyetir. Jalanan begitu sangat padat. Zahwa tidak begitu buru-buru. Dia sudah memiliki bekal untuk dimakan, sehingga tidak perlu antri di kantin. Zahwa memarkirkan mobilnya. Dia setengah berlari. Masih ada seperempat jam. Dia menoleh ketika ada yang melihat. Sehingga kakinya menabrak pot. Dia mengaduh. Andra yang melihat dari kejauhan ingin menangkap tubuh itu. tapi tidak bisa. Lelaki i termenung. Perasaan apa ini? Dia menatap lurus tajam ke depan. Semua karena Arsan. Dia a
Magbasa pa
Hatiku Hanya Untukmu
Damian menenggak minumannya kemudian meletakkannnya kembali di meja. Lelaki itu memandang lekat ke arah adiknya tersebut. Dia seakan tidak percaya dengan adiknya tersebut. “Hahaha, mana mungkin, Kak. Rara begitu aduhai. Sedangkan dia? Culun dan nggak banget.” Damian melihat ke arah sang adik kembali. Dia menjadi ragu dengan analisanya sendiri, bahwa Zahwa adalah Rara. Tapi kemudian dia hanya membatin saja. Dia akan tetap mencari tahu siapa Zahwa sebenarnya. Jika dia benar Rara, maka tidak akan melepaskannya. Apa pun akan dia lakukan jika Zahwa tidak menginginkannya, maka dia akan memaksanya. Sementara itu, siang ini akan ada rapat internal seluruh perusahaan, karena ulah Damian. Termasuk Arsan akan pulang ke Jakarta saat ini. Dengan mendengar berita itu, maka Andra makin mudah tidak usah menunggu akhir minggu untuk menanyai seorang Arsan. Bagaimanapun Arsan ada di bawahnya. Maka dari itu, dia akan tetap dapat menekannya. Kali ini Andra akan merebut k
Magbasa pa
Jangan Julit
“Hahaha, resiko punya calon suami ganteng. Tapi hatiku hanya untukmu. Kalau senyum doang mah sebagai hadiah dan ibadah.” Zahwa melirik saja. Mereka sampai di kantin. Kantin sudah penuh sesak dengan para karyawan yang ingin makan siang. sudah ada yang menyuap soto, gado-gadoi, nasi pecel dan lain sebagainya. Ada yang masih pesan juga. “Zahwa!” Ingrid melambaikan tangan. Dia sudah berada di meja bersama Lina dan juga yang lainnya. Zahwa membalas lambaiannya dengan senyum, kemudian jalan untuk memesan makanan. “Mas mau pesan apa?” tanya Zahwa yang berada di depan. “Aku nasi padang saja. Kau duduklah, biar Mas yang antri.” Zahwa mau menuruti. Lelaki itu berganti yang mengantri, sedangkan Zahwa melanggang untuk duduk bersama teman-temannya. “Ais, Zahwa, benarkah kalian pacaran?” tanya Dina. Zahwa hanya tersenyum sembari membetulkan kaca matanya.
Magbasa pa
Siapa Zahwa?
“Gue yang perlu sama lo. Katakan! Siapa Zahwa?” Arsan memandang nyalang ke arah Damian. Jantungnya  berdetak demikian kuat. Semoga saja mereka berdua tidak mendengarnya. “Dia calon istriku, kenapa? Andra sudah mengadu. Yang perlu kalian tahu, jangan pernah campuri urusan pribadiku. Kalian sudah membuatku menderita dulu. Jadi jangan pernah mencampuri kali ini.” Arsan emngepalkan tangannya. “Hahaha, apa tidak kebalik? Kau menolak bertanggung jawab dengan kehamilan Cassandra. Dan lihatlah! Siapa yang menjadi korban. Apa kau tahu, gue tidak pernah menyukai Cassandra. Hingga hari ini, aku tidak menyentuhnya. Sebelumnya, memang aku mencoba mengerti kesibukannya. Aku mencoba untuk jadi suami yang baik. tapi tahu kenapa? Dia tidak pernah hadir untukku.” Arsan tertawa mengejek. Matanya menyorot tajam. “Aku tidak lari. Tapi dijebak. Aku tahu ini ulah kalian,” pekik Arsan.
Magbasa pa
PREV
123456
...
30
DMCA.com Protection Status