Semua Bab Romeo for Princess Swan: Bab 51 - Bab 60
97 Bab
Hell or Heaven, I'll Through It
Celana panjangnya terlihat dekil. Warnanya yang biru tua bahkan tidak bisa menyembunyikan bekas debu yang menempel, juga serpihan jerami. Blusnya yang berwarna biru muda juga mulai bau dan Swan benar-benar terlihat kacau.Hector melarang semua pagawainya untuk mendekat kecuali memberi makan. Swan tidak pernah menyentuh sedikit pun makanan yang pegawainya kirimkan.Hanya air minum saja yang ia ambil, untuk menjaga supaya tubuhnya tidak melemah dan menjadi pingsan.Rambutnya terkepang satu ke samping tidak lagi terlihat rapi. Mata Swan bengkak sementara cahayanya mulai meredup. Swan mulai kehilangan harapan baik. Tidak ada yang menjadi pegangan hidupnya saat ini.Moses tidak pernah muncul dan Swan tahu penyebabnya. Ayah mereka memang keras dan tidak suka dibantah. Namun Swan tidak pernah menyangka jika ayahnya bisa sekeji ini terhadap putri kandungnya sendiri.Swan tidak mampu lagi menangis. Penyesalan karena harus menjalani hidup yang begitu miris,
Baca selengkapnya
Walk to Freedom
Sudah selama tiga jam Lexia mengendarai mobilnya meninggalkan kota Barner. Jarum bensin mulai bergerak menuju ke garis merah dan ini saatnya mengisi bahan bakar.Lexia mengarahkan kendaraannya menuju ke pom bensin dan mengantri selama beberapa menit. Usai mendapatkan bensin penuh dan mengisi dua drum sebagai cadangan, Lexia menepikan mobil dekat dengan toilet umum. Ia membuka bagasi dan mengambil baju ganti Swan serta peralatan mandi.Dengan lembut ia membangunkan Swan.Gadisi itu membuka mata dan menatap Lexia dengan pandangan lemah. Lexia mengangsurkan kotak susu dan biscuit.“Makan ini sebelum kita membersihkan tubuhmu,” pinta Lexia masih terdengar tegas.Swan berusaha untuk bangkit dan duduk. Dengan sabar, Lexia membantu.Kunyahan itu sangat perlahan, sesekali Swan berhenti untuk mengatur napas. Bahkan makan pun menghabiskan tenaganya.“Apakah kita sudah terbebas?” tanya Swan mulai terdengar memiliki kekuat
Baca selengkapnya
Feels Like a Thousand Roses 1
Papan selamat datang itu bertuliskan; SELAMAT DATANG DI DESA VERNE.“Kita akan menetap di sini?” tanya Swan dengan takjub.Lexia tersenyum dan mengangguk.Hamparan ladang jagung dan gandum menjadi pemandangan indah yang menyambut mereka. seperti kembali ke zaman dahulu, mereka bahkan menemukan orang yang memakai gerobak untuk membawa hasil panen.Sore baru saja merangkak. Lexia dan Swan memutuskan untuk tinggal di desa tersebut karena lokasinya cukup jauh dan bukan pusat perkotaan yang mudah dijangkau.Tempat sempurna untuk pelarian. Ketika tiba di pusat desa, mereka menemukan satu-satunya losmen yang menyediakan kamar untuk mereka menginap sementara.Semua penghuni desa yang mereka temui sangat ramah dan bersahabat. Bagi Swan dan Lexia yang merupakan orang asli negara Northery, terlalu mudah mengenali bahwa sebagian dari mereka bukanlah penduduk asli. Mungkin imigran yang sudah lama menetap dan mendapatkan hak warga negara dari
Baca selengkapnya
Feels Like a Thousand Roses 2
Tidak seharusnya jalan yang akan mereka tempuh menjadi sulit dan tidak bisa dihadapi dengan tegar. Setelah menempuh perjalanan dalam pelarian, Swan dan Lexia kini harus mulai berjuang untuk hidup dari nol.Setiap uang yang mereka punya digunakan sebijak mungkin untuk berhemat.“Kasur dan tempat tidur baru sangat mahal. Kita bisa mendatangi toko yang menjual barang bekas dan membeli dari sana. Siapa tahu? Ada perkakas lain yang bisa kita dapatkan?” saran Swan.Lexia mencatat dan menyetujuinya.“Kau benar, aku lihat ada toko garage sale di deretan toko roti,” imbuh Lexia. “Bagaimana dengan bibit tanaman? Kita memiliki tanah yang bisa kita olah dengan baik. tidak luas, hanya kurang lebih sekitar tujuh ratus meter, tapi kurasa cukup untuk menanam sayuran.”“Kita utamakan menanam sayur dan umbi saja, Lex. Jika memilih gandum, akan lebih sulit karena kita harus membajak tanah lebih dulu,” ucap Swan.
Baca selengkapnya
Everyone Try to Survive
 Swan mulai menjalani kehidupan sebagai petani dan menyukai semua hal yang ia jalani saat ini. Menolong dengan bekal sebagai putri Reinard yang banyak membaca mengenai cara bercocok tanam yang tepat pada beberapa tetangga mereka.Meskipun demikian, permulaan tidaklah pernah mudah bagi siapa pun.Rasa lelah yang mereka rasakan di tubuh, mungkin akan menjadi pengingat yang manis akan kerja keras. Akan tetapi apa yang mereka hadapi sekarang ini, benar-benar membutuhkan komitmen yang tinggi. Bagaimana tidak? Bangun sebelum matahari terbit dan selesai setelah matahari terbenam.Keduanya harus bekerja keras untuk mengupayakan tanaman di kebun mereka bisa berhasil.Lexia membalikkan kentang yang di panggang di atas bara api perapian mereka.Swan menunggu dengan sabar. Bahkan menikmati kentang dan sepotong kecil daging asap keras saja merupakan suatu hal yang mewah.Makan menjadi penghematan dan tidak membuang uang hanya untuk menikmati
Baca selengkapnya
She Can't Replace Her
Siang itu Rose masih terbaring di kasur Losmen, sementara Dusk merawatnya.Luka bekas jahitan harus selalu diganti dan dengan sukarela, pria itu mengganti perban. Rose melihat jika Dusk sesungguhnya adalah pria baik yang memakai kedok menjadi lelaki brengsek.Tidak ada lagi sikap ketus dan arogan. Meski Dusk juga tidak banyak bicara.“Kate sudah mengirim seseorang untuk membereskan barang-barang kita di penginapan Barner. Dia setuju untuk sementara waktu kita tidak muncul lebih dulu. Jika Weston melihat luka di perutmu, maka kecurigaan itu akan mencuat,” tutur Dusk dengan pelan.“Apakah dokumen yang kita dapatkan dari rumah Weston masih aman?” tanya Rose khawatir.Dusk mengangguk seraya membereskan perban, alkohol dan semua alat-alat untuk membersihkan luka Rose.“Aku sudah mengirimkan pada Kate dan Loreta. Mungkin mereka sudah menerimanya.” Dusk kemudian mencuci tangan di kamar mandi.“Sebent
Baca selengkapnya
Suck It, Good or Bad!
Ada tiga peraturan yang menjadi prinsip hidup Dusk selama ini. Jatuh cinta hanya sekali, menikah hanya sekali dan tidak akan menjadi penjilat untuk siapa pun.Hingga detik ini, cintanya pada Swan tidak tergoyahkan. Semakin lama ia menjauh dan tidak bertemu dengan Swan, perasaan ini belum berubah sedikit pun.Setelah Rose sembuh dan kondisi lebih baik dari sebelumnya, Polin mengabari keduanya untuk kembali ke markas mereka. begitu Rose ia serahkan pada Polin, Dusk pergi dengan buru-buru.“Ia mencari Swan dan Lexia.” Rose mengatakan dengan mata redup.Polin menghela napas panjang lalu memintanya untuk beristirahat.“Keluargamu akan menjemput sebentar lagi,” ucap Polin tidak berusaha menanggapi kalimat kecewa sahabatnya.Rose hanya duduk bergeming di sofa dengan mata menatap lurus ke depan. Perhatian Dusk untuknya sudah berakhir, haruskah ia kecewa? Ia berharap semua itu tetap untuknya. Rose menikmati kelembutan Dusk sew
Baca selengkapnya
Bitterness
Pemakaman itu tampak gersang  tanpa bunga yang ditaburkan di atas tanah merah. Nisan itu hanya bertuliskan satu nama tanpa tambahan nama keluarga. NERO.Mungkin inilah nasibnya nanti. Mati kesepian dan tidak akan ada satu pun kerabat atau orang yang mengunjunginya. Pemakaman untuk para imigran memang terkenal sebagai kuburan yang paling hina.Tempat tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak terdaftar sebagai warga resmi Northery atau penjahat tanpa identitas dan keluarga.Betapa kelas social di negara ini sangat jelas terlihat kesenjangannya. Dusk sebetulnya ingin mundur dari kiprah politiknya selama ini. Membantu Polin dan Loreta membuatnya jauh dan Swan terlepas dari rengkuhannya.Namun saat melihat kenyataan pahit yang ada di hadapannya sekarang, Dusk mulai berpikir kembali. Dia akan mati dengan kehormatan keluarga yang akan ia bentuk nantinya. Nama keluarganya memang tidak sudi ia pakai sebagai nama yang akan terukir di batu nisannya, t
Baca selengkapnya
Revenge for the Pain
Berita mengenai Dusk yang akan menumbangkan Crane demi membalas dendam atas kematian Nero, akhirnya terdengar oleh Loreta. Menteri wanita itu segera mengunjungi Polin yang baru saja mengabarinya.“Kau yakin akan berita itu, Polin?” tanya Loreta dengan terkesima.Polin yang tidak menyangka Loreta akan menemuinya mengiyakan dengan tegas.“Jika semudah itu Dusk mendapat dukungan untuk menumbangkan Crane, kenapa kau tidak pernah memberitahuku?!”“Nona Deiz, kupikir kau tahu siapa Dusk sesungguhnya!”“Tidak sedikit pun! Aku tidak tahu jika dia memiliki massa yang dengan mudah ia kumpulkan dan memberikan bakti juga sumpah setia untuknya! Kau tahu apa artinya ini?” Loreta tampak bersemangat dan keceriaan jelas terukir di wajahnya.“Dusk akan menjadi pelindung organisasi kita!”“Tepat sekali! Dengan begitu, tidak akan ada yang menyentuh kita! Sekalipun itu Daniel Weston!”
Baca selengkapnya
Delicate Post Massacre
Ketika Dusk kembali ke markas Polin, semua memandangnya dengan penuh penasaran sekaligus takut. Apa yang telah Dusk perbuat pada Crane menimbulkan kekaguman yang mengerikan.Pria yang sekilas tampaknya tidak mungkin melakukan hal yang keji, kini membuka mata semuanya serta mengubah cara pandang orang yang tidak mengenal Dusk sebelumnya.Loreta sudah menyambut dengan wajah sumringah dan terlihat tidak sabar menggali informasi dari Dusk.“Luar biasa! Kau benar-benar menakutkan, Dusk! Bagaimana bisa, polisi tidak menyelidiki sedikit pun pembantaian yang kau lakukan?” tanya Loreta tampak tertarik dengan strategi yang Dusk lakukan.“Kau harus menjadi bajingan untuk itu, Nona Deiz!” sahut Dusk seraya menerima gelas minuman dari Rose.“Maksudmu, mencari kambing hitam yang tepat?” sindir Rose yang ternyata cukup mengenal cara kerja Dusk selama ini.Pria itu melirik dan tersenyum samar. Tidak pernah ia sangka jika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status