All Chapters of Romeo for Princess Swan: Chapter 31 - Chapter 40
97 Chapters
Hope No Regrets
Anne meminta putranya mengikuti menuju ruang menjahit. Hanya tempat tersebut yang paling aman untuk mengatakan apa pun.“Mama, ada apa?” tanya Moses seraya menutup pintu dengan hati-hati. Anne meminta Moses duduk di seberangnya.“Aku tidak bisa lagi menjalani hidup dengan ayahmu, Moses,” akunya Anne dengan bibir gemetar.Pemuda itu bagaikan tersengat listrik. Sesaat pikirannya kebas dan tidak mampu mengucapkan apa pun. “Hector sudah melampaui batas dan selama ini aku bungkam karena berharap dia tidak seburuk pria lainnya. Ternyata, jika menyangkut politik dan kedudukan, dia tidak ada bedanya!” tutur Anne dengan wajah kecewa.Moses berusaha menguasai diri dan menelan cairan mulutnya buru-buru.“Ma … bisakah menahan semua ini sebentar? Kita dalam situasi yang buruk dan papa butuh dukungan kita.” Moses memberanikan diri untuk meminta ibunya agar bersabar.Anne menunduk dan akhirnya te
Read more
Castle in Fire
Tidak butuh waktu lama bagi para penghuni kastil mawar untuk menyiapkan ruang bawah tanah yang selama ini untuk menyimpan hasil anggur mereka.Puluhan pegawai segera dengan sigap memastikan majikan mereka bisa menempati labirin tersebut dengan nyaman. Dusk meminta para pria memeriksa pintu keluar di ujung yang mengarah pada gorong-gorong kota.Begitu usai semua persiapan, Moses bersiaga dengan membekali para pria dengan senapan. Dusk mendatangkan delapan orang kawannya untuk membantu penjagaan malam itu.Setelah berkeliling dan memastikan kesiagaan masing-masing pos, Dusk bermaksud mengunjungi kastil utama.Pria itu tidak ingin ada yang tertinggal dan menyusahkan mereka pada saat penyerangan terjadi.Ketika ia membuka satu persatu pintu ruangan, semua tampak kosong. Hector pun tidak membantah sedikit pun ketika Moses memintanya mengungsi.Lelaki tua itu tahu, cepat atau lambat akan ada seseorang yang akan menghantam dan menyerang keluarganya
Read more
Crushed Down
Pagi hari itu, semua penghuni kastil mawar sibuk membereskan segala kekacauan yang masih tersisa. Moses beruntung bisa mendapatkan kontraktor yang segera bekerja membenarkan atap dan kerusakan yang ada.Total ada sekitar sepuluh kastil yang diserang tadi malam oleh para penyerang misterius. Semua pejabat, keluarga bangsawan dan juga anggota parlemen masih kebingungan motivasi di balik ini semua.Ratu Theodore memang memerintahkan penyidikan segera dilaksanakan, tapi ini akan membutuhkan waktu lama. Mengingat tidak ada satu pun anggota penyerang yang berhasil di tangkap dan mereka tidak meninggalkan jejak.Swan yang membantu para wanita membersihkan semua barang-barang di dalam yang digotong keluar, sedang mengelap bekas debu ketika Angus datang dengan wajah tergopoh-gopoh.Pria itu memeluk dengan sedikit memaksa. Swan hanya pasrah dan dengan sedikit risih, akhirnya mendorong Angus untuk menjauh.Dusk yang melihat mereka dari jauh membuang muka deng
Read more
Lexia Reveal Something
Tanpa memberitahu kemana tujuannya hari ini, Moses meninggalkan kastil sejak pagi. Pemuda itu menyetir sendiri kendaraannya menuju ke penjara, tempat Lexia masih dikurung hingga sekarang.Setelah melewati pengecekan yang ketat, Moses akhirnya menunggu di ruang kepala penjara.Lima menit menunggu, akhirnya Daniel Castow, kepala penjara, keluar menemuinya.“Maaf, Tuan Reinard, harus menunggu lama,” sapa Daniel dengan sopan.“Tidak apa-apa Tuan Castow. Aku hanya ingin menyampaikan ini,” sambut Moses padanya dengan sopan.Daniel menerima sepucuk surat dan segera membacanya. Lembaran kertas dengan stemple ratu Theodore memang cukup mengejutkan.“Surat pembebasan Lexia?” ulang Daniel merangkum isi surat tersebut.Moses mengangguk dengan senyum.“Kami turut berduka dengan sedalam-dalamnya atas kehilangan Nona Lauren Reinard,” ungkap Daniel yang mengenal keluarga mereka cukup baik.
Read more
Love is Pain
Dalam perjalanan pulang, Moses terus termenung dan hampir saja melewatkan belokan menuju kastil mawar. Untunglah Lexia segera mengingatkan.“Apa yang kau pikirkan, Moss? Rencana Loreta tidak kau sukai?” tanya Lexia dengan santai.Moses menghela napas dan memutar kemudi dengan lincah.“Mungkin bukan tidak suka, tapi lebih kepada ragu akan berhasil,” sahut Moses dengan suara pelan.“Di mana titik lemahnya?” tanya Lexia yang tidak begitu saja menerima.Moses memasuki halaman kastil dan akhirnya tiba di lobi.“Jika tidak terkoordinasi dengan baik, pemberontak yang berniat rusuh akan mendompleng dan semua rencana kalian kacau! Kedua, menuntut untuk persamaan hak wanita? Bukankah ada hal yang jauh lebih penting dari pada hak kalian? Misalnya hapus segala hal yang menjadi sumber dari semua ini, ganti jajaran parlemen secara menyeluruh! Barulah seluruh yang kalian inginkan akan menjadi kenyataan.”
Read more
Unbelievable Unfortunate Event
Kehidupan yang Swan tidak menunjukkan perbaikan seiring dirinya dewasa.Tuntutan tradisi Northery yang kian mengikat, membuat Swan harus menerima takdir dari perjodohannya dengan Angus.Rupanya itu belum cukup memberikan hempasan terburuk pada mental gadis berusia delapan belas tahun tersebut.Pagi itu semua terlihat berjalan dengan rutinitas yang seperti biasa. Tidak ada yang bisa menduga jika Hector menerima kabar dari Angus mengenai laporan yang mencoreng nama baik Dusk selama ini. Tunangan Swan merasa terancam dan membuktikan ucapannya tempo hari.Pria licik itu mengadukan sesuatu yang belum tentu benar pada Hector. Hanya karena diliputi rasa cemburu yang berlebihan, Angus membuat kesan Dusk yang merekayasa penyerangan malam itu.“Kau jangan membuat laporan yang bisa menjebloskan Dusk ke dalam penjara, Angus!” Hector tidak percaya begitu saja.“Tanyakan saja pada budakmu, Tuan Reinard! Aku yakin dia tidak akan bisa menj
Read more
Lost Everything at Once
Swan tergagap dan tidak percaya akan peristiwa yang terjadi pagi itu di kantor ayahnya. Moses menceritakan dengan ekspresi kecewa sekaligus terluka mengenai Dusk.“Moss, mustahil Dusk melakukan itu,” bela Swan dengan suara bergetar. Pria yang begitu ia cintai ternyata seorang penipu?“Kenyataannya dia tidak menyangkal, Swan! Lupakan pria itu dan lanjutkan hidupmu!” sergah Moses dengan tegas.Lexia membeku di tempat duduknya sementara Moses menceritakan mengenai Dusk pada mereka berdua.“Siapa yang membuat laporan awal pada ayahmu?” tanya Lexia setengah menyelidik.“Angus,” sahut Moses singkat.“Dia mengatakan jika Dusk yang ada di balik penyerangan malam itu?” tanya Lexia lagi.“Ya! Mengenai hal itu, Dusk memang tidak ikut campur, Lex! Tapi dia mengiyakan dengan jelas bahwa Dusk memiliki rencana buruk pada Papa. Pada Tuan Hector Reinard! Sebabnya? Hanya dia dan Tuhan sa
Read more
Sneek Up
Sementara Dusk beringsut dari ruang pertemuan di tengah, Polin mendekati Rose."Dia mengetahui banyak sekali informasi mengenai kekacauan Northery." Rose bergumam dengan pelan.Polin yang mengenal Dusk sejak lama tersenyum."Dia manusia yang memiliki mata dan telinga seribu. Siapa pun ingin menjadi temannya. Aku yakin, kalau saja Dusk berada di ketiak Reinard tadinya, pasti sudah diincar para pejabat yang membuat kekacauan." Pernyataan Polin memang ada benarnya. Kekuatan Dusk sebagai manusia berpengaruh di dunia hitam memang cukup besar. "Dia bisa menjadi kawan yang menguntungkan sekaligus lawan yang berbahaya!" Polin menyambung kalimatnya. "Dia memang sering kudengar namanya akhir-akhir ini. Di kalangan teman-teman kita sendiri. Kupikir aku tidak mengenal dia cukup baik," tanggap Rose. Polin menoleh dan menatap gadis bangsawan yang nyentrik tersebut. "Kharisma Dusk memang sangat sulit untuk diingkari,
Read more
Bad Chapter
"Lockey?!" pekik Dusk setengah emosional. Polin bergeming dan memutar kunci mobilnya dengan ekspresi ceria. "Kau mengenalnya?" tanya Rose. Dusk melirik sekilas tanpa minat menjelaskan pada Rose. Wanita itu seketika mendongkol melihat sikap Dusk yang acuh. "Polin benar, kau memang bukan kawan yang menyenangkan!" cibir Rose mendadak sensitif dan jengkel sekali. "Bisakah kau menghilangkan sikap bangsawanmu? Inilah dunia yang kini kau pilih untuk jalani, Rose! Tahan mental dan jangan cengeng!" cecar Dusk tajam tanpa perasaan. "Aku tidak pernah menghadapi manusia yang tidak tahu menghormati orang lain sepertimu! Bahkan untuk menjawab pertanyaan saja, kau harus menunggu situasi hatimu!! Kau pikir sehebat apa dirimu?!" teriak Rose meluapkan isi hatinya yang tersinggung atas sikap Dusk. Pria itu mendekat dan tinggal satu langkah berhenti. "Dengar, aku mungkin pria termanis yang bicara padamu. Yang lain t
Read more
She Might Just an Ordinary Girl
Hampir setengah jam lebih, Swan duduk dengan hati kebas dan benak membeku. Tidak mampu berpikir apalagi merasakan duka.Kepergian ibunya yang mendadak membuat Swan terpukul begitu dalam.Dengan gamang, gadis itu bangkit dan berdiri. Lututnya terlihat goyah dan tidak mampu menopang tubuh yang menggigil dalam kegelisahan yang hampir meluap.‘Tuhan, kuatkan aku. Jangan lepaskan pegangan tanganMu,’ keluh Swan dengan mata terpejam.Buku-buku jarinya sampai memutih saat mencengkeram kursi.Perlahan namun pasti, Swan bisa menguasai diri. Ketika hatinya mulai tenang, gadis itu berjalan dengan langkah lebih ringan meninggalkan kamar.Tidak seharusnya dia mengalami situasi ini. Selain karena masih muda dan tidak memahami arti dari semua kekacauan ini, Swan juga belum mampu mencari solusi yang tepat.Siapa yang akan mengajari dirinya menempa diri?Lexia muncul dan melihat sikap Swan yang aneh dan terlihat limbung.&ldqu
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status