All Chapters of Adoration: Chapter 21 - Chapter 30
108 Chapters
Akwan
Tidak banyak yang harus Sam kerjakan, karena semua telah selesai di tangan Baswara. Meskipun Baswara masih berstatus pasien di rumah sakit Kenanga, namun semua itu hanya alasan agar Kana terus mengunjunginya. Hingga tidak heran, kalau ia bisa terus bekerja menggunakan laptopnya dengan Sam sebagai pionnya.Beberapa pertemuan dengan klien ditunda, namun ada pula yang bersedia menemui Sam sebagai perwakilan. Hal ini lantas semakin membantu kelancaran siasat Baswara. Namun tidak dengan Sanjaya, sepertinya ia sangat kesal akan sikap anak tunggalnya yang sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah dan tidak pula masuk ke kantor.“Pak, Bapak dipanggil Tuan Sanjaya,” pinta Sekretaris Sam.“Aduh! Pasti dia mempertanyakan keberadaan Baswara. Kenapa dia datang di saat Baswara tidak hadir, sih?” gerutu Sam yang kini mempersiapkan diri menemui Sanjaya di ruangannya.Ketukan Sam segera disambut hangat. Seorang pengawal Sanjaya mempersilakannya mas
Read more
Bocah
Suasana riuh berganti hening, menyadari suasana kikuk setelah kedatangannya, Kana melangkah anggun dan bersikap tenang seakan tak mendengar apapun.“Hai Sam, apakah kau sudah lama tiba?” tanya Kana yang juga turut tersenyum ke arah Baswara.“Ya, jika bukan di kantor ya di sini. Di mana ada Baswara, maka disitu ada aku,” ledek Sam sembari melirik ke arah Baswara yang benar-benar terlihat kaku sambil menyembunyikan wajah.“Benarkah? Aku begitu iri melihat kedekatan kalian berdua. Sudah begitu lama, namun masih awet saja.”“Ya, semua itu karena aku memiliki sifat sabar. Jika tidak, mungkin aku tidak berada di sini,” ucap Sam santai, namun Baswara terlihat tidak senang mendengarnya. Tetapi ia tetap menutup rapat kedua bibirnya.“Oh ya, apa kau ingin makan sesuatu Kana? Aku ingin ke kantin sebentar,” ucap Sam yang sepertinya begitu mengerti akan keinginan Baswara untuk berdua dengan Kana.
Read more
Brongta
“Ada apa, Sam? Mengapa kau berlari-lari seperti itu?” tanya Kana dengan pandangan bingung.“Aku mencarimu,” ucap Sam dengan napas yang terengah-engah. Dadanya begitu sesak dan kini ia berusaha mengontrol napas, berdiri dengan tangan kanan berpegangan pada dinding.“Mencariku?” tanya Kana yang kini terlihat semakin bingung.Sam hanya menggoyang-goyangkan tangannya, karena tak ingin memperpanjang situasi yang membingungkan ini.“Mengapa kau berada di sini, Kana?” tanya Sam yang perlahan terlihat lebih tenang dan kini memilih duduk di samping Kana.Kana tersenyum, pandangan menatap ke arah langit yang terlihat cerah. Wajahnya terlihat senang dan sedikit malu-malu dan itu disadari benar oleh Sam yang sedang memandangnya dari dekat.“Oh ya, apa yang ingin kau katakan padaku?” tanya Sam kembali, dengan nada penasaran.Tatapan Kana kini beralih pada Sam, melebarkan senyuman lalu kem
Read more
Cepeng
“Sam, aku akan masuk kantor pagi ini. Kau tak perlu menjemputku, karena aku sudah menyelesaikan semua biaya administrasi rumah sakit.”Sebuah pesan yang cukup mengejutkan Sam. Dengan mata terbelalak, Sam kembali membaca pesan yang berada di layar ponselnya.“Ck,ck, ck, mengapa dia begitu bersemangat? Apa yang terjadi semalam? Aku yakin, pasti mereka sudah membicarakan sesuatu dan Baswara tak mengatakannya padaku,” gumam Sam yang kemudian mulai kehilangan kantuknya.“Ya Tuhan ... apakah aku harus senang dengan kemandirian Baswara atau malah pusing akan urusan percintaannya. Betapa malang nasibmu, Sam. Bahkan kau tak lagi bisa menikmati setiap detikmu,” gerutu Sam yang kini merasa kesal karena harus terbangun pagi dan tak bisa tidur lagi.***Baswara terlihat rapi dan gagah dengan kemeja yang saat ini ia gunakan. Segala sesuatu telah ia bereskan dan kini ia siap berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil online. Se
Read more
Gejolak
Baswara dengan wajah kesal memasuki ruangannya, begitu pula Sam yang mengikuti di belakang. Terlalu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, aksi nekad wanita tadi cukup mengganggu dan Sam tak ingin kejadian yang sama kembali terulang.Baswara memilih berdiri sambil menatap dinding kaca, suasana kota yang ramai selalu menjadi andalannya. Namun, tidak dengan Sam yang memilih duduk sambil terus memandangi punggung pemimpinnya. Rasa penasaran terus mendorong dirinya untuk segera menemukan jawabannya. Namun, keadaan emosional Baswara yang sedang tak stabil membuat Sam menahan niatannya.“Aku tahu ada yang ingin kau tanyakan,” ucap Baswara sembari membelakangi Sam.“Ya, mengapa kau berada di depan ruanganku? Apakah kau menunggu?” tanya Sam yang berkilah dari apa yang sebenarnya ingin ia ketahui.“Aku hanya menginginkan salinan data laporan,” ucap Baswara dengan napas yang memburu. Sepertinya ia sedang menahan amarah.
Read more
Daleh
Setelah satu jam pingsan, akhirnya Baswara siuman. Ia tersadar dengan Kana duduk di sebelahnya.“Bas, jangan memaksakan diri jika kamu masih merasa pusing,” ucap Kana yang dengan lembut menyentuh tangan Baswara.“Sam, bagaimana keadaan Sam, Kana?” tanya Baswara sambil menunjukkan wajah kacaunya.“Dia sudah sadar dan sedang beristirahat. Aku sudah memastikan keadaannya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kamu Bas? Mengapa kau bisa sampai terjatuh di lorong rumah sakit?” tanya Kana dengan tatapan hawatir.“Entahlah! Belakangan ini aku sulit mengontrol emosi, bahkan aku sering merasakan sakit di kepala bagian belakang,” jelas Baswara dengan tatapan lelah.“Apa karena kamu terlalu memaksakan diri? Sebaiknya kamu tidak mengulanginya lagi, Bas. Itu tidak baik. Ada baiknya kamu mengambil beberapa hari untuk beristirahat atau liburan.”Baswara tersenyum, dengan tatapan penuh ide ia berkata, &
Read more
Pandelengan
Baswara mendekati tubuh Sam yang masih terbaring di atas ranjang. Kedua tangannya kini telah berada tepat di leher Sam, mengapit erat seakan hendak mencekik Sam. Membuat dahi Sam mengernyit dan segera membuka matanya.“Kau gila, Bas?” tanya Sam dengan nada sedikit berteriak. Dadanya sesak dengan tatapan takut.Bukannya marah atau takut, Baswara malah tertawa terbahak-bahak melihat reaksi berlebihan yang diperlihatkan sahabatnya-Sam. Sepertinya ia begitu puas melihat wajah takut Sam.“Apa kau takut aku benar-benar melakukannya?” tanya Baswara tanpa rasa bersalah.“Sialan! Bercandamu terlalu mainstream, Bas!” ucap Sam kesal yang kini mencoba mengontrol kembali napasnya.“Jangankan membunuhmu, Sam. Bahkan jika kau terluka atau tersakiti, justru aku yang akan lebih dulu maju untuk melindungimu, Sam. Kau bukan sekedar bawahan ataupun sahabat. Kau lebih dari itu,” ucap Baswara kali ini menunjukkan wajah kes
Read more
Gerdajita
Ketukan pintu menyadarkan Baswara dari lamunan. Ternyata sekretaris Sam datang menemuinya.“Maaf, Tuan. Tuan Sanjaya menitipkan pesan,” ucapnya yang kemudian menyerahkan sebuah amplop coklat.Masih dengan wajah tenang, Baswara mulai membuka amplop yang tertutup dengan rapat. Sebuah jadwal keberangkatan, beserta tiket pergi dan semua tujuan yang harus Baswara kunjungi terdapat di sana.“Sialan!” ujar Baswara dengan kepalan menghantam kuat ke atas meja. “Andai saja, Sam tidak dirawat. Aku pasti memintanya menggantikanku, setidaknya menemaniku di sana,” ungkapnya sembari menghempaskan tubuh pada sandaran kursi.Tertera jelas jam keberangkatan Baswara yang tidak lain esok siang tepat pukul sebelas. Terang saja ini membuat emosi Baswara kembali tidak terkontrol. Ia benar-benar tidak siap untuk berangkat, terlebih ia tahu akan bersama siapa kelak saat berada di sana.“Jean, dia lagi! Haruskah aku berangkat?&rdquo
Read more
Geger
“Bas, maafkan aku. Apa aku mengganggumu?” tanya kana yang seakan tersadar akan sikapnya. Ia merasa begitu malu ketika melihat angka yang ditunjukkan jarum jam. “Ya ampun, apa yang kau lakukan Kana? Mengapa kau begitu nekad menghubungi Baswara di jam segini? Mengapa kau begitu yakin kalau itu Baswara?” gumamnya sambil menunjukkan ekspresi kalut dan begitu kacau.“Ah, tidak. Apakah aku boleh menemuimu?” tanya Baswara dengan jantung yang berdetak begitu cepat, hingga memaksa dirinya menekan kuat bagian dada untuk menenangkan diri.“Bertemu? Maksud kamu besok?”“Tidak, Kana. Sekarang, yah sekarang ini. Aku sudah berada di depan rumahmu.”Mendadak kedua mata Kana terbelalak, jantungnya seakan berhenti beberapa detik yang kemudian ia kembali berusaha untuk bernapas normal.“Mobil merah yang ada di depan rumahku?”“Ya.”“Sudah berapa lama kamu di sana?&
Read more
Jamuga
Kana terlihat cantik dengan gaun merah marunnya. Ia tersenyum manis di depan cermin. Sepertinya ia bersiap-siap hendak menemui Baswara di airport. Waktu menunjukkan pukul sembilan. Ia merasa lebih baik datang diawal untuk memberikan kejutan pada Baswara. Namun, sesaat kemudian gawai Kana berdering, ternyata itu panggilan dari guru private Soga yang hendak mengabarkan kalau Soga akan pulang lebih awal.Sontak saja hal ini membuat Kana menjadi bimbang. Jika ia nekad menemui Baswara di airport maka sudah pasti ia tidak akan sempat menjemput Soga. Sedangkan dirinya sendiri begitu ingin menyaksikan Baswara berangkat dengan pesawatnya.“Huh! Mengapa aku jadi seperti ini? Mengapa aku sampai merasa kecewa begini enggak bisa menghantar Baswara,” gumamnya dengan raut wajah penuh kekesalan.Dering kembali berbunyi, kali ini Arya yang menghubunginya.“Kana, Soga akan pulang pukul berapa hari ini? Saat ini aku berada di kafe yang tak jauh dari sekola
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status