All Chapters of RIAN RAINA: Chapter 91 - Chapter 100
111 Chapters
PART 90
Setelah mengetahui lokasi preman tersebut, Rian, Andi, dan Liam langsung pergi mencari preman tersebut. Rian tidak memberitahu Raina karena ia tidak mau membuat cewek itu khawatir. “Yam, lo serius lokasinya di sini?” tanya Andi melihat sekelilingnya. Tempat yang mereka datangi terlihat cukup sepi. Membuat Andi cukup takut. Bukan takut dengan hantu, lebih tepatnya takut kalau tiba-tiba ada orang yang menyerang mereka. Apalagi mereka cuma bertiga.Mungkin Rian jago bela diri, tapi bagaimanapun Rian masih sakit. Kondisinya belum benar-benar stabil.Liam mengangguk, “Lokasi yang gue dapat dari Om gue emang sesuai kok sama lokasi ini.”“Tapi kok tempatnya agak serem, ya. Gue jadi takut kalau preman-preman itu datang terus nyerang kita.”“Kalau lo takut balik aja. Gue gak papa kok kalau cuma sama Liam,” kata Rian.“Bukan gitu, gue gak mau lo dipukul lagi. Luka lo yang kemarin aja belum sembuh. Masih untung lo cuma pingsan kalau kali ini mereka bikin lo lebih parah gimana?”“Justru itu gu
Read more
PART 91
“Raina!” Luna segera mengejar Raina yang kebetulan hendak ke kelas.Raina menghentikan langkahnya menunggu Luna.“Rain, gue punya kabar terbaru.”Raina mengerutkan keningnya, “Kabar terbaru? Gosip maksud lo?”“Ih, bukan gosip. Ini tuh fakta. Lo tahu ternyata firasat gue itu benar. Kalau ternyata Arka adalah orang yang buat Rian babak belur.”“Yang benar aja lo? Masa Arka ngelakuin itu sama Rian?” tanya Raina tidak percaya.Mungkin Arka memang mempermainkan perasaan cewek, tapi Raina cukup ragu kalau Arka adalah orang yang membuat Rian babak belur.“Bener Rain. Gue dapat infonya dari Andi langsung. Gak mungkin dia bohong. Atau kalau lo gak percaya tanya aja langsung sama Rian.”“Lo berdua ngapain di sini? Bukannya langsung ke kelas.” Keduanya menoleh pada Risa.“Lo mau tahu gak gue ada kabar terbaru.”“Males gue dengar lo gosip mulu.”“Bukan gosip, Sa, ini fakta. Jadi orang yang sewa preman buat nyerang Rian itu adalah Arka.”“Yang benar lo?”“Iya, beneran.”“Ya udah, lanjut ngomongnya
Read more
PART 92
“Kok lama banget sih? Gara-gara lo gue ditinggalin Luna sama Risa,” omel Raina ketika Rian tiba di kelasnya.Rian memang menyuruh Raina untuk menunggunya di kelas agar mereka bisa pulang bersama.“Sorry, tadi masih ngobrol bentar sama Arka.”Raina seketika mengerutkan keningnya. Sedikit kaget dengan ucapan Rian. Apa ia tidak salah dengar?“Ngobrol sama Arka? Maksudnya gimana?” Raina bertanya.“Dia minta maaf sama gue dan ngakuin kesalahannya.”“Kok tiba-tiba? Maksud gue gak mungkin kan orang bisa berubah secepat itu?”Rian mengendikkan bahunya, “Gue juga gak tahu. Intinya gue nerima permintaan maaf dia dan gak mau curigaan.”“Oh iya, dia nitip ini ke gue. Katanya suruh kasih ke lo.” Rian memberikan sepucuk surat yang dititipkan Arka untuk Raina.“Buat gue?” Rian mengangguk. Dengan ragu Raina menerimanya.“Kenapa dia gak kasih langsung ke gue?”“Katanya dia takut ketemu lo. Soalnya lo kan galak banget.”Raina tak segan memberikan tatapan tajamnya pada Rian.“Enak aja lo! Ayo pulang.”*
Read more
PART 93
Raina menahan malu ketika sampai di sekolah. Bagaimana tidak malu, saat mereka turun dari motor hingga berjalan melewati koridor Rian terus menggenggam tangannya. Cowok itu enggan melepas tangan Raina. Membuat murid-murid yang melihat langsung menggoda mereka.“Yan, lepasin. Gue malu diliatin orang,” ucap Raina pelan.Rian menggeleng. “Gue gak mau. Biar mereka tahu kalau gue udah balikan sama lo.”Jika Raina malu, maka Rian sebaliknya. Cowok itu menunjukkan kalau ia sangat senang karena bisa kembali mendapatkan Raina. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.“Rian!” Wanda berlari menghampiri mereka. Raut wajahnya terlihat kesal ketika melihat Rian menggenggam tangan Raina.“Lo jadi cewek gak usah kecentilan dong. Pegang-pegang tangan Rian aja.” Wanda hendak melepaskan tangan Raina dari Rian, namun Rian segera menahannya.“Jangan ganggu gue sama cewek gue.”Wanda tampak terkejut. “What? Lo balikan sama cewek kayak dia?”Rian mengangguk. “Kenapa? Ada masalah?”“Ya masalah, lah. Lo it
Read more
PART 94
Rian mengejar Raina yang berjalan lebih dulu.“Rain, udahan dong ngambeknya. Gue kan gak sengaja. Nanti gue ganti deh yang lebih bagus,” ucap Rian.Tadi, Raina menyuruh Rian untuk menaruh buku di dalam tasnya. Saat Rian ingin menutup tas Raina, Rian tidak sengaja merusak gantungan tas milik Raina. Sehingga Raina marah.Raina menghentikan langkahnya membuat Luna dan Risa juga ikut berhenti.“Ganti? Lo gak akan bisa ganti karena itu pemberian dari Oma gue.”“Terus gue harus gimana? Gantungannya udah gak bisa diperbaiki lagi.”“Salah lo. Kalau lo lebih hati-hati gak mungkin bisa rusak kayak gitu.”“Ya udah, oke, gue minta maaf. Jadi sekarang gue harus ngelakuin apa biar lo bisa maafin gue?”“Ya elah, bisa gak sih gak ribut? Ini baru satu hari lo kalian balikan. Bahkan, belum sampai sehari, tapi berantemnya udah dua kali. Dan itu semua cuma masalah kecil,” sahut Luna.Raina menatap Luna dengan ekspresi cukup kesal, “Ini gantungan satu-satunya peninggalan dari Oma gue. Dan sekarang rusak.
Read more
PART 95
“Lun, maafin gue soal yang kemarin, ya. Gue gak bermaksud marah sama lo.” Raina meminta maaf pada Luna karena kejadian kemarin.Luna tersenyum, “Gak papa kok, Rain. Gue maklumin.”“Makasih.” Raina tersenyum lega karena Luna memaafkannya.“Btw, lo berdua mau dengar kabar terbaru gak?” ucap Luna bersemangat.Dengan ekspresi datar Risa menggeleng. “Palingan juga gosip gak jelas.”“Yee, lo pikir gue tukang gosip apa. Gue itu nyebarin berita sesuai fakta yang gue dapat.” Luna beralih menatap Raina. “Na, mau dengar gak?”“Boleh deh.”Luna tersenyum, “Emang lo paling ngerti gue, deh.”“Jadi ada berita apa?” Raina bertanya.“Arka pindah sekolah.”“Pindah sekolah?” Raina cukup terkejut. Tidak menyangka Arka akan pindah.Luna mengangguk, “Gue dengar dari teman gue yang sekelas sama dia. Katanya dia bakal pindah besok.”“Udah gue duga info dari lo gak pernah penting.” Risa menyahut.“Diem lo. Gak ada yang ngajak lo ngomong.”“Eh, Na, mau ke mana lo?” Luna bertanya karena Raina sudah bangkit ber
Read more
PART 96
Raina mengembuskan napas lega setelah selesai membantu mamanya membuat kue.“Ma,” panggilnya.“Iya?” Dian masih sibuk menata kue.“Mama belum dapat orang yang mau bantuin mama?” Raina bertanya.“Belum. Agak susah nyarinya. Mama udah upload ke sosmed juga belum ada yang respons.”“Kalau kayak gini terus kasihan mama. Apalagi makin hari orderan mama makin banyak.” Tentu saja Raina kasihan pada mamanya. Meskipun ia senang karena banyak yang pesan kue mamanya, tapi ia juga kasihan melihat mamanya kewalahan bekerja sendiri.“Kamu gak usah khawatir, mama bakal tetap nyari kok. Rian juga lagi bantuin mama buat nyari.”Raina manggut-manggut. “Mudah-mudahan aja bisa segera dapat.”“Kalau gitu aku mau mandi dulu, ya, Ma.”“Iya.”*****Rian terbangun dari tidurnya. Tadinya ia hanya berbaring sebentar, tapi ia malah ketiduran. Rian menatap jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore. Ia pun beranjak dari kasur untuk mandi.Tak butuh waktu lama, Rian sudah selesai mandi. Setelah berpakaian, ia tu
Read more
PART 97
“Angkat telfonnya, Yan. Mau sampai kapan lo biarin gitu?” ujar Andi ketika ponsel Rian berdering.Rian hanya diam tidak berniat menjawab panggilan dari nomor tak dikenal tersebut.“Menurut gue lo jawab aja, Yan. Siapa tahu penting,” kata Liam.Rian menggeleng. “Gak penting.”“Kalau gitu lo matiin aja hp lo. Biar dia gak telfon lagi.”Benar juga yang dibilang Andi. Kenapa tidak terpikirkan olehnya? Rian pun menolak panggilan tersebut, lalu menonaktifkan ponselnya.“Rian!” Rian menoleh. “Raina.” Rian tersenyum ketika Raina menghampirinya. Sedangkan Raina malah menunjukkan ekspresi kesalnya.“Kenapa lo gak jawab telfon gue?”Rian mengerutkan keningnya, “Telfon? Emang lo ada telfon gue? Daritadi gue pegang hp, tapi gak ada telfon dari lo.”“Gue telfon pakai nomornya Risa.”“Oh, jadi yang tadi nomor Risa? Gue pikir orang iseng makanya gak gue angkat.”“Nih, sarapan buat lo. Ingat dihabisin. Awas aja kalau lo kasih ke orang.” Raina memberikan kotak bekal pada Rian.Rian mengembangkan senyu
Read more
PART 98
“Rian!”Rian menoleh ke sumber suara. Seketika tubuh Rian kaku, ketika melihat perempuan yang memanggilnya.Perempuan yang selama ini ingin ia lupakan dan berharap tidak akan pernah bertemu lagi, kini malah muncul di hadapannya.“Aku gak nyangka kita bisa ketemu lagi.” Cewek itu tersenyum pada Rian.“Oh, iya, tadi aku sempat telfon kamu, tapi gak diangkat. Aku chat juga gak dibales. Tahunya malah kita ketemu di sini. Kayaknya emang takdir, ya.”“Kok kamu kayak gak senang kita ketemu lagi?”Senang? Untuk apa Rian senang bertemu dengan orang yang meninggalkannya tanpa alasan? Dan tiba-tiba saja muncul kembali di hadapannya seperti tidak terjadi apa-apa.“Kenapa kamu diam aja? Apa kamu kaget karena ketemu aku? Atau kamu udah lupa sama aku?”“Permisi.” Keduanya menoleh pada Raina yang sudah kembali.Raina menatap cewek itu bingung. Karena ia belum pernah melihatnya.“Temannya Rian, ya?”“Iya.” Raina mengangguk sembari tersenyum.“Kenalin gue Sofhie.” Saat Raina hendak menjabat tangan Sofh
Read more
PART 99
“Udah sana ke kelas.” Rian menggeleng sembari terus menggenggam tangan Raina. “Gue masih mau liat lo. Biar gue makin semangat belajarnya. Kan lo penyemangat gue.”Raina memutar bola matanya malas. “Masih pagi, Yan. Gak usah aneh-aneh.”“Aneh gimana? Gue serius. Buktinya semenjak balikan sama lo gue udah gak pernah bolos lagi, kan? Gue juga gak berantem lagi.”“Oke, tapi bisa ke kelas lo sekarang? Karena gue gak mau jadi pusat perhatian orang-orang. Lo gak malu diorang-orang?” Raina merasa malu karena beberapa murid yang melewati kelasnya menatap mereka.“Buat apa malu? Lagian gue kan megang tangan pacar gue sendiri.” Seperti biasa Rian dengan sikap cueknya.“Haduh, pagi-pagi udah disuguhkan adegan romantis dari pasangan bucin ini.” Keduanya menoleh pada Luna.“Makanya punya pacar,” ujar Rian.“Ya elah, mentang-mentang udah balikan gaya banget. Ntar, kalau putus aja nangis tujuh hari tujuh malam.”“Kali ini gak akan mungkin putus.”“Liat aja nanti. Paling Raina bakal putusin lo.”“Eh,
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status