Semua Bab RIAN RAINA: Bab 71 - Bab 80
111 Bab
Part 70
"Kenapa ya susah banget dapatin Raina?" gumam Rian pelan."Karena lo dekatinnya gak romantis." Rian terkejut karena Andi tiba-tiba sudah berada di sampingnya."Lo ngapain di sini?" tanya Rian heran."Lo sendiri ngapain di sini? Bukannya masuk kelas.""Sekali-kali bolos," jawab Rian santai."Masalahnya lo bolosnya bukan sekali dua kali tapi berkali-kali.""Mendingan lo masuk kelas. Gak usah ikut-ikutan gue bolos.""Gue gak bolos. Gue udah izin sama Pak Warto ke toilet.""Ya udah, sana ke toilet.""Gue udah selesai ke toilet. Gue ke sini cuma mau kasih solusi buat lo biar bisa dapatin Raina.""Udah mendingan lo balik kelas. Solusi dari lo gak pernah berhasil buat gue," ucap Rian malas.Rian tahu kalau Andi memberikan solusi atau saran pasti tidak akan benar dan tidak akan berhasil."Walaupun lo gak mau dengarin gue tetap bakal kasih solusi. Caranya adalah lo ajak Raina ke lapangan terus lo kumpulin anak-anak di lapangan baru lo ungkapin perasaan lo ke Raina.""Ngaco lo."Seperti yang
Baca selengkapnya
PART 71
"Raina, sini dulu." Raina meneguk minumannya hingga tandas lalu menghampiri mamanya."Ada apa, Ma?""Kamu ngomong apa sama Rian sampai dia gak datang? Kamu pasti larang dia ke sini, kan?"Raina menggeleng. "Enggak. Raina gak ngomong apa-apa kok sama dia.""Kalau kamu gak larang dia kenapa dia gak datang?""Aku juga gak tahu, Ma. Intinya aku gak ada larang dia ke sini."Raina berbohong agar mamanya tidak marah padanya. Raina cukup senang karena ucapannya kemarin ternyata berhasil membuat Rian menjauhinya."Mama gak mau tahu pokoknya kamu harus telfon Rian."Baru saja Raina membuka mulut hendak protes, Dian kembali berucap, "Sekarang atau kamu gak dapat uang jajan selama sebulan.""Masa cuma gara-gara Rian Mama gak ngasih aku uang jajan. Yang benar aja," sungut Raina."Buruan Raina.""Iya Ma."*****Rian berdecak ketika ada panggilan masuk. Rian langsung menolak panggilan tersebut karena ia sedang bermain game.Panggilan masuk untuk kedua kalinya, Rian yang hendak menolak langsung menge
Baca selengkapnya
PART 72
"Makasih ya udah bantuin," ucap Raina pada Arka.Arka membantu Raina yang disuruh Bu Vina untuk membawa beberapa buku paket ke kelas."Sama-sama. Kalau gitu gue langsung ke kelas, ya."Raina mengangguk.Ketika Arka keluar dari kelas Raina, Arka berpapasan dengan Luna."Pagi Lun," sapa Arka tersenyum ramah.Bukannya membalas sapaan Arka, Luna malah memberikan tatapan sinisnya."Lun, tunggu."Luna berbalik menatap Arka masih dengan ekspresi datar."Lo kenapa akhir-akhir ini kayak gak suka sama gue? Gue ada salah sama lo? Kalau ada salah lo bisa bilang ke gue.""Gue gak suka lo dekatin Raina.""Emang kenapa? Bukannya lo gak pernah permasalahin? Kenapa baru sekarang?" tanya Arka sedikit bingung. "Kalau lo mau tahu alasannya, pulang sekolah temuin gue di cafe samping sekolah.""Sebenarnya dia kenapa, sih?"*****"Rian!" "Rian, kalau dipanggil balik dong."Rian menghentikan langkahnya."Nah, gitu dong. Kalau gak balik minimal berhenti gitu kan enak.""Ini masih pagi. Jangan ngerusak mood
Baca selengkapnya
PART 73
"Karena lo udah nyakitin teman gue.""Gue? Nyakitin Raina? Maksud lo apa?" tanya Arka tidak mengerti.Apalagi Arka merasa tidak pernah berbuat jahat pada Raina.Luna menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya. Tepatnya foto seorang cewek.Arka tampak terkejut ketika melihat foto tersebut."Tiara Larasati," ucap Luna."Salah satu teman gue yang pernah jadi pacar lo, tapi dikhianati sama lo.""Lo salah paham. Gue sama sekali gak pernah khianati dia."Luna tertawa sinis. "Salah paham? Jelas-jelas Tiara ngeliat lo selingkuh sama cewek lain, tapi lo bilang gak pernah khianati dia? Gila lo!"Arka mengembuskan napasnya. "Oke, gue ngaku salah. Tapi gue juga ngelakuin itu biar bisa putus sama dia. Berulang kali gue minta putus, tapi dia gak pernah mau. Cuma dengan kayak gitu dia bisa pergi dari gue.""Makin ke sini makin yakin gue kalau lo emang gak pantas buat Raina.""Gue yang sekarang gak kayak dulu, Lun. Gue gak akan kayak gitu ke Raina. Karena gue sayang sama Raina.""Cukup Tiara yang
Baca selengkapnya
PART 74
Raina mengernyitkan kening ketika melihat sekuntum bunga mawar merah dan sebungkus coklat yang ditaruh di mejanya."Elis," panggil Raina.Teman kelasnya yang bernama Elis menoleh."Lo tahu siapa yang naruh bunga sama coklat ini?" Raina bertanya sembari menunjukkan bunga dan coklat tersebut."Gak tahu. Waktu gue datang udah ada di situ.""Oh gitu. Makasih ya.""Ada surat?" Raina mengambil sepucuk kertas yang diikat dengan pita pada coklat tersebut.'Pagi Rain! Gue bawain bunga sama coklat buat lo biar semangat belajarnya. Ingat ya dimakan coklatnya. Bunganya juga disimpan. Jangan dikasih ke teman-teman lo. Apalagi sampai dibuang. Walaupun gue gak ada di kelas lo, gue bisa ngawasin lo.'Raina mengembuskan napasnya ketika membaca isi surat tersebut.Walaupun tidak tertera nama pengirim bunga dan coklat tersebut, tapi Raina sudah bisa menebak siapa pelakunya. Apalagi dari isi surat dan juga tulisannya."Cie, cie. Pagi-pagi udah dapat bunga sama coklat aja, nih. Dapat dari siapa?" Luna yan
Baca selengkapnya
PART 75
“Lo janjian sama penjualnya jam berapa? Kita udah nunggu hampir sejam loh di sini,” ucap Raina jenuh.Raina menemani Luna pergi ke kafe untuk menemui penjual sepatu yang dipesan Luna secara online.“Jam 4. Tadi gue udah sempat hubungin dia, tapi nomornya gak aktif. Mana duitnya udah gue transfer. Kalau sampai gue ditipu bisa mati gue dari nyokap.”“Coba lo telfon lagi. Siapa tahu kali ini diangkat,” suruh Raina.Luna kembali menghubungi sang penjual, namun tetap sama. Tidak ada jawaban. Luna semakin gelisah. Jangan sampai ia ditipu.“Rain, kalau gue ditipu gimana? Harusnya gue curiga apalagi harganya murah.”“Tenang dulu. Kita tunggu aja lagi.” Sebenarnya Raina sudah malas menunggu, tapi melihat Luna yang gelisah membuatnya berusaha untuk membuat Luna tenang.“Mbak Luna, ya?” Keduanya menoleh pada seorang cowok yang berdiri di hadapan mereka.“Iya, saya Luna.”“Saya Alex penjual sepatu yang Mbak hubungin. Maaf ya, Mbak, nunggu lama soalnya saya kena macet. Saya mau telfon Mbak, tapi h
Baca selengkapnya
PART 76
“Rian! Gue mau ngomong sama lo.” Luna menghampiri Rian yang baru saja tiba di parkiran sekolah.Rian mengerutkan keningnya karena raut wajah Luna yang tampak kesal.“Mau ngomong apa?” Rian sudah melepas helmnya. Kemudian merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya.“Cewek kemarin siapa? Cewek baru lo? Lo gimana sih katanya mau perjuangin Raina kenapa malah jalan sama cewek lain? Lo tahu Raina kemarin keliatan sedih gara-gara lo. Gue juga ngerasa bersalah sama dia. Kalau gue tahu lo sama cewek lain gue gak akan manggil lo,” cerocos Luna.Rian mengembuskan napasnya mencoba untuk tenang sebelum menjelaskan pada Luna.“Dengarin gue lo salah paham. Cewek kemarin bukan cewek baru gue, tapi teman SMP gue. Gue ketemu sama dia karena ada urusan.”“Lo gak lagi nipu gue, kan? Jangan sampai gue salah dukung orang, kayak Arka.”“Arka? Emang dia kenapa? Apa lo gak suka sama Arka karena ada hubungannya sama Raina?” tanya Rian.“Pokoknya gue belum sepenuhnya percaya sama lo. Sampai lo bis
Baca selengkapnya
PART 77
“Raina!” Raina menoleh ke sumber suara.Arka yang antusias menunggu jawaban Raina mendadak langsung berubah datar ketika melihat Andi berlari menghampiri mereka.“Rain, gawat!” Andi terlihat panik dengan napas ngos-ngosan.Raina mengerutkan kening. “Gawat kenapa?”“Rian dikeroyok sama anak kelas 12.”Raina terkejut. “Kok bisa? Lo udah panggil guru?” “Belum. Gue diancam sama mereka. Tapi kayaknya Liam udah lapor ke Bu Wina.”“Terus Rian di mana?”“Di halaman belakang.”Tanpa menunggu lama, Raina langsung berlari ke arah halaman belakang diikuti Andi. Arka pun segera menyusul."Berhenti!" teriak Raina.Raina segera mendekati mereka yang sedang memukul Rian.“Kalian semua apa-apaan sih? Ini masih di sekolah ngapain berantem kayak gini? Jadi senior bukannya jadi contoh yang baik buat junior malah berantem.”Raina marah. Tidak terima Rian dikeroyok seperti itu.“Lo ceweknya Rian? Eh, salah maksudnya mantan. Bukannya udah gak ada urusan sama dia, ya?” Salah satu senior bertanya sembari te
Baca selengkapnya
PART 78
Raina berjalan menuju kamarnya sembari merutuki dirinya sendiri ketika mengingat kejadian bersama Rian tadi.“Bodoh banget sih lo, Raina. Kenapa lo mikir dia bakal nyium lo?”Raina menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan jalan pikirannya. Raina yakin pasti saat ini Rian sedang menertawakannya. Bagaimana kalau nanti Rian menceritakan pada Andi dan Liam? Mungkin Liam tidak akan mengganggunya, tapi Andi? Cowok itu pasti akan terus mengganggunya. Dan mungkin saja cowok itu akan memberitahu satu sekolah.Raina tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi. Mau ditaruh di mana mukanya?“Raina.” Raina terkesiap. Ia langsung menoleh pada mamanya.“Kok baru pulang?”“Iya, soalnya masih antarin Rian pulang.”“Antarin Rian?”“Rian sakit mungkin karena tadi dipukulin kakak kelas. Dia gak mau pulang sendiri jadi aku temenin.” Raina menjelaskan.“Kok bisa Rian dipukulin? Terus gimana keadaan Rian? Dia baik-baik aja, kan? Kasihan banget Rian.”“Dia baik-baik aja kok. Lagian dia udah
Baca selengkapnya
PART 79
“Lo bisa berhenti ngikutin gue gak?” Raina cukup kesal karena Rian mengikutinya dari depan sekolah hingga koridor. Rian tersenyum. “Gue kan udah bilang gue gak akan berhenti sebelum lo maafin gue.”“Maafin lo? Lo pikir gue mau maafin lo setelah lo ngerjain gue kayak kemarin?” Tentu saja Raina makin kesal pada Rian karena kejadian foto kue kemarin.“Gue gak ada niat buat ngerjain lo. Gue cuma suruh lo ngulang biar hasilnya lebih bagus, tapi hasil foto lo gak ada yang bagus.”Raina menatap Rian sinis. Tidak terima karena Rian menjelekkannya seperti itu.“Hasil foto gue emang gak bagus. Tapi lo pikir hasil foto lo juga bagus? Enggak! Bagusan punya Arka daripada lo.”“Kalau bagusan punya Arka gak mungkin nyokap lo suruh gue ke rumah lo lagi. Udahlah lo ngaku aja kalau hasil foto gue yang paling bagus.”“Arka!”Arka menghampiri Raina.“Pagi Ka.”“Pagi Rain.” Arka membalas sapaan Raina sembari tersenyum.Raut wajah Rian berubah ketika Arka datang.“Temenin gue ke kelas, ya? Soalnya ada ora
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status