All Chapters of RIAN RAINA: Chapter 81 - Chapter 90
111 Chapters
PART 80
Luna dan Risa menatap malas Arka ketika cowok itu berada di depan kelas. “Raina di mana?” tanya Arka karena tidak melihat sosok Raina.“Ngapain lo nanya-nanya Raina?” ketus Luna. Seperti biasa Luna memberikan reaksi yang tidak begitu ramah. “Gue mau pulang bareng Raina.”“Lo udah lupa omongan gue beberapa hari yang lalu?”“Sorry, Lun, tapi gue bakal tetap dekatin Raina. Karena gue beneran sayang sama Raina.”“Cih! Gak usah sok-sokan ngomong sayang kalau suka selingkuh.”“Kalian lagi ngomongin apa sih? Kok serius banget?” Raina menghampiri mereka. Seketika mereka langsung diam.“Kok malah diam? Jangan-jangan lagi ngomongin gue, ya?” tebak Raina curiga.“Enggak, dia nanyain lo. Katanya mau pulang bareng,” kata Luna masih terlihat sinis.“Em, Rain, sebenarnya gue mau minta tolong lo temenin gue beli kado buat teman gue. Lo mau kan?”“Boleh.”“Rain, gue sama Risa balik duluan, ya. Bye.”“Bye.”Luna menarik Risa segera pergi. Raina tahu Luna masih tidak suka dengan Arka.*****Setelah s
Read more
PART 81
“Raina! Raina, please dengarin gue dulu. Kemarin itu lo salah paham.” Arka terus mengikuti Raina. Bahkan cowok itu sudah mengikuti Raina dari rumahnya. Pagi-pagi sekali Arka sudah berada di rumah Raina untuk menjelaskan masalah kemarin sekaligus berangkat sekolah bersama Raina, tapi ditolak mentah-mentah oleh Raina.Raina sama sekali tidak mau mendengar penjelasan dari cowok itu. Dan tidak mau memberikan kesempatan.Raina sudah terlalu kecewa dengan Arka. Karena sudah membohonginya.Raina akhirnya berhenti ketika Arka berhasil meraih tangannya.Saat hendak melepas tangannya, tiba-tiba Luna datang dan langsung melepas tangan Raina dari Arka.“Berhenti gangguin Raina. Dia udah gak mau berhubungan sama lo,” tegas Luna.“Gue cuma mau jelasin biar Raina gak salah paham sama gue.”Luna tertawa sinis. “Setelah ketahuan kelakuan buruk lo, lo masih berani mau jelasin ke Raina?”“Raina cuma salah paham sama gue. Kejadian kemarin gak seperti yang lo pikir, Rain. Dia itu mantan gue. Gue udah put
Read more
PART 82
Dian geleng-geleng kepala ketika masuk ke kamar Raina dan mendapati Raina masih tidur pulas sembari memeluk guling.“Raina, ayo bangun. Udah jam tujuh.” Dian menepuk pipi Raina membangunkan Raina.Raina menggeliat. “Masih ngantuk, Ma,” ujarnya masih dengan mata terpejam.Dian menarik kedua lengan Raina. Mau tak mau Raina mengubah posisinya menjadi duduk, tapi matanya masih tetap terpejam. Itu karena Raina masih mengantuk.Walaupun sudah tidur sekitar tiga jam, tapi entah kenapa ia masih mengantuk.“Cepetan bangun terus mandi. Habis itu bantuin mama siapin makan malam.”“Lima menit lagi, Ma.”“Gak ada. Buruan mandi.”Dian mendorong Raina menuju toilet. Karena tidak mau sampai terjatuh Raina pun membuka matanya.“Mandi jangan tidur di kamar mandi. Awas aja, kalau dalam tiga puluh menit kamu belum turun juga mama ke sini lagi.”“Iya, mama bawel.”*****Selesai mandi Raina langsung menghampiri mamanya yang berada di dapur. Raina mengernyitkan keningnya bingung ketika melihat cukup banyak
Read more
PART 83
Pagi ini Raina sedang menyiram bunga yang ada di halaman rumahnya. Jika biasanya mamanya yang menyiram bunga, maka kali ini giliran Raina. Karena kebetulan hari ini hari Minggu, jadi Raina membantu mamanya.Sebenarnya Raina ingin tidur lebih lama, hanya saja mamanya terus memaksa Raina untuk bangun pagi. “Rain, nanti selesai siram bunga kamu bantu Mama siapin sarapan, ya.”Raina menoleh sekilas pada mamanya. “Iya Ma.”Sekitar beberapa menit, Raina sudah selesai menyiram bunga, lalu masuk ke dalam rumahnya. Raina menghampiri Dian, yang berada di dapur.“Apa yang bisa aku bantu, Ma?” tanya Raina.Dian yang kebetulan sedang mengiris bawang menoleh pada Raina.“Kamu sendokin nasi ke mangkok aja.”“Aku boleh masak gak, Ma?” Raina ingin belajar memasak. Karena kali lalu saat ia memasak untuk Rian, masakannya tidak enak. Bahkan, cowok itu sama sekali tidak berniat memakan masakannya.Dian menghentikan kegiatannya sejenak. “Kamu serius?” tanya Dian terlihat ragu.Raina mengangguk. “Iya, ak
Read more
PART 84
Andi menatap heran Rian yang sedari tadi tersenyum. Sudah hampir setengah jam mereka di kelas, dan ekspresi Rian masih tetap sama. Senyumnya sama sekali tidak pudar dari wajahnya. Andi menempelkan punggung tangannya pada kening Rian.“Gak panas.”Rian langsung menepis tangan Andi dari keningnya.“Ngapain lo pegang-pegang gue?”“Cuma mau pastiin aja lo sakit atau enggak. Soalnya dari lo datang sampai sekarang lo senyum-senyum mulu. Udah kayak orang kesambet,” ujar Andi.“Emang salah kalau gue senyum?”“Bukan gitu. Lo boleh senyum kok. Boleh banget malah. Gak ada yang ngelarang, tapi ada batasnya juga. Kalau lo terus-terusan senyum, ntar orang lain ngiranya lo sakit jiwa.”“Terserah orang lain mikir gue gila. Intinya gue gak peduli.” Rian kembali diam sembari tersenyum.Andi hanya geleng-geleng menatap sahabatnya itu.“Benar-benar kesambet nih orang.”Rian mendengar ucapan Andi, tapi ia tidak peduli.*****Raina mengembuskan napasnya kesal ketika sampai di depan kelasnya. Ia menoleh p
Read more
PART 85
“Eh, Rian. Ngapain ke sini? Mau pulang bareng Raina, ya?” tanya Luna sembari tersenyum jahil.“Iya.”Luna menoleh ke dalam kelas. “Rain, buruan! Rian udah nunggu, nih.”Raina yang masih merapikan buku-bukunya seketika langsung menatap Luna.“Rian?” Keningnya mengerut.“Iya, katanya mau antarin lo pulang.”“Suruh dia duluan aja. Gue masih mau singgah ke minimarket.”“Kata Rian dia nungguin lo. Dia mau nemenin lo ke minimarket,” ujar Luna tanpa persetujuan Rian. Walaupun tanpa Luna bilang ia pasti akan menemani Raina.Raina memakai tas ranselnya lalu berjalan menghampiri mereka.“Gue masih singgah ke minimarket buat beli bahan kue nyokap. Lo duluan aja.”“Gak papa gue temenin. Lagian gue juga sekalian mau ke rumah lo.”“Oh, ya udah.”Jika biasanya Raina menolak, maka kali ini tidak. Hitung-hitung hemat biaya. Walaupun belum menerima Rian kembali, setidaknya hubungan mereka sudah tidak terlalu buruk.“Cie, yang sekarang udah baikan. Jadi kapan nih balikannya?” goda Luna.Raina melotot p
Read more
PART 86
Arka mengadang Rian ketika Rian hendak ke kelasnya.“Minggir lo,” ucap Rian.Rian makin tidak suka dengan Arka apalagi semenjak cowok itu mempermainkan Raina. Untungnya Rian tidak merelakan Raina bersama cowok itu.Walaupun Rian awalnya merasa tidak pantas untuk Raina karena sifatnya yang buruk pada Raina, tapi setidaknya ia tidak mempermainkan perasaan cewek. Tidak seperti Arka.“Lo pikir karena Raina sekarang jauhin gue lo bisa dapatin Raina lagi? Jangan mimpi! Raina gak akan mau balik sama cowok kayak lo.”Rian tertawa, “Terus lo pikir Raina juga mau dekat lagi sama lo? Jangan mimpi!”“Gue peringatin sama lo jauhin Raina. Kalau gak lo bakal tahu akibatnya,” ucap Arka yang terdengar seperti mengancam.Namun bukan Rian namanya jika takut dengan ancaman cowok itu. Karena Rian terkenal tidak takut dengan siapapun.“Lo ngancam gue? Sorry, tapi gue gak pernah takut. Apalagi ancaman lo.”Rian menabrak bahu Arka lalu pergi.“Gue peringatin! Gue gak pernah main-main sama ancaman gue!” teri
Read more
PART 87
Saat pulang sekolah, Rian membawa Raina pergi ke restauran. Padahal Raina sudah menolak, tapi Rian tetap memaksa. “Lo ngapain sih ngajak gue ke restauran?” tanya Raina malas.Karena memang ia ingin langsung pulang untuk membantu mamanya. Apalagi mengingat mamanya yang akhir-akhir ini mendapat pesanan kue yang cukup banyak.“Mau makan sekalian ngobrol-ngobrol sama lo.”“Gue gak ada waktu buat hal gak penting. Gue harus bantuin nyokap bikin kue.”“Bentar doang kok, Rain. Sepuluh menit aja. Gue janji gak bakal lebih dari itu. Gue juga bakal bantuin nyokap lo.”“Oke, sepuluh menit. Lebih dari itu gue pulang sendiri.”“Iya-iya, sekarang lo mau pesan apa?”Raina menggeleng, “Gue gak pesan, lo aja.”“Gak papa pesan aja. Gue yang bayar kok.”“Bukan masalah bayarnya, tapi emang gue gak mau.”“Beneran gak mau?” tanya Rian memastikan.Raina hanya mengangguk.“Oke.”Rian pun memanggil pelayan.“Mbak, saya pesan ayam goreng mentega dua, jus alpukat, sama jus stroberi.”Raina melotot mendengar pes
Read more
PART 88
“Gimana sih? Tadi aktif kok sekarang malah gak aktif?” gerutu Raina.Raina menghubungi Rian untuk memberitahu kalau cowok itu meninggalkan dompetnya, tapi cowok itu malah tidak dapat dihubungi.“Rain, gimana? Rian mau balik ke sini?” tanya Dian.Raina menoleh pada mamanya, “Nomernya gak aktif, Ma. Padahal tadi sempat nyambung.”“Mungkin hp nya mati. Tunggu aja.”“Iya. Kalau gitu aku ke kamar, ya.”Raina pun pergi ke kamarnya. Ia menaruh dompet Rian di meja.“Kebiasaan suka lupa barang.”Drrt!Raina menatap ponselnya. Tertera nama Andi di sana. Tanpa menunggu lama, ia langsung menjawabnya.“Halo Di.”'Na, lo bisa ke rumah sakit sekarang gak?'Raina mengernyitkan keningnya. “Rumah sakit? Lo sakit?”Raina dapat mendengar jelas kalau suara Andi terdengar panik.'Rian.'Seketika Raina merasa perasaannya tidak enak. Apa mungkin terjadi sesuatu dengan Rian?“Rian kenapa?”'Dia masuk rumah sakit. Tolong lo datang sekarang, ya.'Tanpa menunggu jawaban Raina, Andi langsung memutuskan sambungan
Read more
PART 89
“Pagi Tante.” Rian memberi salam sembari tersenyum ramah.Dian terdiam sejenak ketika melihat wajah Rian.“Raina udah berangkat belum, Tan?” tanya Rian.Dian mengusap pipi Rian pelan.“Ini kenapa muka kamu luka-luka gini?”“Dipukul sama preman, Tan, tapi udah gak papa, kok,” jawab Rian agar Dian tidak khawatir.“Tega banget mereka mukul kamu kayak gini. Tante kemarin khawatir banget loh, begitu tahu kamu masuk rumah sakit. Apalagi Raina, dia keliatan khawatir banget.”Rian tersenyum ketika membayangkan betapa panik dan khawatirnya Raina kemarin begitu tahu kalau ia masuk rumah sakit.“Menurut Tante Raina mau balikan lagi gak sama aku?” tanya Rian langsung.“Dia masih sayang kok sama kamu. Cuma mungkin gengsi aja. Biasa, dia suka gengsian kayak papanya.”“Mama, aku --- Loh, Rian? Kok di sini?” tanya Raina heran.Raina tadi sempat berkirim pesan dengan Rian. Raina menyuruh Rian untuk tidak pergi ke sekolah dulu dan cowok itu menurut. Tapi sekarang Rian malah berada di rumahnya menggunak
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status