Semua Bab Nafsu si perkasa: Bab 41 - Bab 50
107 Bab
Bab 41
"Gera?" Baik Roy ataupun Luis terkejut. Pasalnya, Gera sebelumnya tidak mengetahui dimana Dinda disekap.         Dengan tubuh gemetar, Gera masuk ke ruangan itu dan mendekat ke arah dimana Dinda, Luis, dan Roy berada. Luis sendiri sedikit cemas kalau Gera akan membatalkan eksekusi Dinda. "Ge, aku mohon tolong aku! Bantu aku, Ge. Hanya kamu yang bisa melepaskan aku dari Roy." Dinda merengek dengan air mata yang sudah membasahi wajah pucatnya.          Gera duduk berjongkok menyetarakan dirinya dengan wanita jahat yang sudah membuat janinnya pergi dari dunia. Ia melihat Dinda dengan wajah miris dan terlihat sangat sedih. "Pasti, Dinda. Aku pasti akan membantumu," ujar Gera. Roy dan Luis tak tahu harus bagaimana. Masalahnya adalah, mereka tidak berani membantah Gera. Terlebih sekarang dia dalam masa pemulihan. "Ge, jangan mendengarnya. Kau terlalu polos. Kau tidak bisa melihat senyuman liciknya di bali
Baca selengkapnya
Bab 42
Wajah Gera menegang ketika mengetahui Roy sudah berdiri di belakangnya. Ia kikuk dan terasa kaku untuk sekedar menjawab. Bahkan ia tak berani mengangkat kepalanya. "Ge, jawablah! Siapa yang meneleponmu?" desak Roy sembari menggoyang tubuh Gera agar menjawab rasa penasarannya. Gera menggeleng kikuk. "Bukan siapa-siapa, Roy. Hanya keluargaku. Mereka memberitahu bahwa Bibiku sedang sakit," jawab Gera canggung.           Roy mengangguk-ngangguk. Tetapi itu tidak membuat Gera lega dan tenang. "Kau yakin?" tanya Roy lagi semakin mendekatkan wajahnya pada Gera.  "Ten-tentu saja aku yakin, Roy," Gera menjawab dengan terbata-bata.  "Dan aku mohon, tolong izinkan aku untuk pergi mengunjungi keluargaku besok." Gera tak berani berucap lantang. Namun Roy masih bisa mendengar walaupun wanita ini hanya lirihan saja.           Pria itu nampak berpikir keras. "Oke. Akan ku antar beso
Baca selengkapnya
Bab 43
Luis tiba-tiba merasa kepalanya pening. Ia merasa seolah terantuk benda besar, namun tak ada apa-apa. Yang membantingnya adalah kenyataan bahwa temannya adalah anak kandung dari musuh bebuyutan Roy sejak lama. Luis tidak mengkhawatirkan hal lain, ia hanya memikirkan keselamatan Gera.  "Ge, aku harus jujur pada Roy. Tapi aku sangat takut sesuatu terjadi padamu. Bagaimana aku harus memilih. Tidak mungkin aku berbohong. Roy akan tahu semuanya," gumam Luis seolah berbicara pada Gera. Ia benar-benar bingung harus bagaimana.           Pria itu menggeleng keras lalu membanting kepalanya ke kemudi mobil. Jeritan Luis sangat memekikkan telinga. Untung saja sekarang ia berada di tengah hutan. Jadi tidak akan menganggu siapapun.  "Ge, aku akan jujur pada Roy apapun yang terjadi. Karena aku melakukan ini untukmu. Demi kebaikanmu. Aku tidak mau Roy tahu semuanya setelah semua terlambat. Itu akan menjadi masalah yang jauh lebih
Baca selengkapnya
Bab 44
Gera memekik keras hingga memenuhi ruangan dengan suara pekikan frustasi. Ia jambak-jambak rambutnya yang sudah kacau.          Luis dan Ros bahkan tak mau lagi melihatnya. Apa masalah keluarga Swara dengan keluarganya? Ia bingung setengah mati. Dan ingin menuntut penjelasan pada Papanya.          Kini tentu saja Roy sudah tak membutuhkan dirinya. Lalu ke mana ia harus pergi? Hatinya sangat berat jika harus pergi meninggalkan Roy. Ia sudah terlanjur mencintai pria dingin dan keras itu. "Ge, bukalah!" Itu Luis. Namun entah kenapa Gera seperti malas menyahutinya. "Masuk saja," jawab Gera dingin. Bagaimanapun juga ini bukan salah Luis. Dia tidak punya kendali atas ini semua.           Luis menghampiri Gera dengan langkah pelan. Duduk di sebelah wanita yang
Baca selengkapnya
Bab 45
"Kumohon jangan membuat dirimu repot seperti melayani tamu, Luisa," pinta Gera saat melihat wanita itu sibuk dengan beberapa kresek di kedua tangannya. "Kau memang tamuku, Nona Gera,"  Luisa mencoba bercanda. "Jika kau ingin tamu ini betah di sini, tolong bersikap biasa saja. Jika aku membutuhkan sesuatu, aku akan melakukannya sendiri. Jangan membuatku merasa tak enak hati," bantah Gera tak mau kalah.          Setelah mengemasi barang-barang di kamar yang sudah Luisa sediakan, Gera memilih untuk berjalan-jalan ke arah pantai. Banyak anak-anak di sana. Gera jadi semakin tertarik dan ingin ikut bermain.         Ini kali pertamanya dia akan tinggal di dekat laut. Bermain bersama beberapa anak desa membuatnya sejenak rehat dari pikiran beratnya. Otaknya terasa panas dan kebas sebelumnya. Namun ia sangat bersyu
Baca selengkapnya
Bab 46
Seperti biasa, dengan cepat Luis bisa mengendalikan rasa terkejutnya. "Ah, Pak David. Maaf mengganggu. Tetapi ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda," tutur Luis sopan.  "Tidak apa-apa, nak. Silahkan masuk." Luis disambut hangat oleh David.           Karena sejatinya, David tidak pernah memusuhi Roy atau siapapun. Perseteruan di antara mereka hanya kesalahpahaman Roy saja. David sering sekali ingin menjelaskan semuanya secara rinci agar masalah terselesaikan secepatnya. Namun belum saja berbicara, Roy selalu ingin mengamuk.           David paham betul sifat Roy. Karena David sudah melihat anak itu semenjak dia masih kecil. Iya, keluarga David dan keluarga Swara dulunya adalah kerabat dekat. Bahkan sangat dekat. Namun karena ada kesalahpahaman antara Roy yang menjadi penerus perusahaan terhadap David, jadi beginilah sekarang.  "Ada apa kau kemari, Luis? Apa perintah dari Roy hingg
Baca selengkapnya
Bab 47
"Ge, apa kau baik-baik saja bersama Luisa?" tanya Luis dari seberang sana."Aku tak apa, Luis. Di sini sangat damai. Aku sedikit lebih tenang dan bisa melupakan masalahku," tutur Gera. "Syukurlah. Roy sedang sangat gencar mencarimu di sini. Bahkan ia sampai datang ke rumahmu." Gera tersentak kaget. "Luis, cegah dia. Jangan biarkan dia menyakiti Papaku," Entah darimana air mata Gera menetes begitu saja. "Papamu aman, Ge. Untung saja aku sudah lebih dulu ke sana dan menjelaskan semuanya pada Papamu. Beliau sangat khawatir dan ingin menemuimu. Tapi sudah aku larang." Gera menghela napas lega."Syukurlah kalau begitu. Tolong jaga Papaku, Luis." "Tentu, Gera. Jaga diri baik-baik."          Sambungan terputus, tetapi air mata Gera terus saja mengalir deras. Sat
Baca selengkapnya
Bab 48
Bukan karena itu Luis tak mau bertemu dengan Gera. Terlebih karena masalah kemarin, Roy yang berhubungan lagi dengan wanita bernama Dewi. Luis tak sanggup menatap mata wanita malang itu.            Perjalanan panjang mereka lalui hingga Gera pun tertidur. Luisa tersenyum melihatnya. Ia gemas melihat wanita yang semakin hari semakin melebar dan berisi.  "Dasar bumil! Kau sudah seperti saudaraku. Aku tidak akan membiarkan pria itu melukaimu lahir dan batin," lirih Luisa. Ia memiliki hati yang sama seperti Luis. Mereka berdua sangat menyayangi Gera.            Beberapa jam perjalanan mereka sampai. "Tunggu saja. Akan terbuka otomatis."  "Wah. Rumahmu sangat canggih. Kau pasti hidup enak dengan keluarga sekaya ini," ujar Luisa takjub. Ia berdecak kagum melihat kecanggihan dari rumah keluarga Gera. "Big no! Aku sama sekali tidak bangga dengan kekayaan Papaku. Aku bahkan sangat ri
Baca selengkapnya
Bab 49
"Nenek?" panggil Roy tanpa keraguan. Ia yakin wanita berumur itu sangat mirip dengan Neneknya.          Merasa dipanggil, Nek Rita berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya. "Aroy?" "Ternyata memang benar Nenek," ujar Roy sembari memeluk erat Nek Rita. Beliau juga sangat senang bisa bertemu dengan cucunya yang nakal ini. "Aku sangat merindukan Nenek! Kenapa Nenek tidak langsung datang ke rumah saja? Di sini sedang apa?" Roy melayangkan pertanyaan bertubi-tubi. "Nenek juga sangat merindukanmu, Roy. Nenek sengaja tinggal di villa sebelum datang menemuimu. Entah kenapa Nenek sangat malas bertemu dengan orang keras kepala sepertimu," jawab Nek Rita dengan ekspresi yang sengaja dibuat acuh.          Steve datang dan menunduk hormat pada Nek Rita. Dia memang merupakan pengawal seni
Baca selengkapnya
Bab 50
"Iya, sayang. Kenapa kau mudah sekali terpengaruh oleh wanita macam dia? Ya Tuhan! Apa kau tidak jijik jika mencicipi wanita bekas orang? Apa kau sudi? Nenek saja jijik melihatnya!" olok Rita dengan suara keras. Ia mencemooh Dewi yang masih dengan tidak tahu malunya berdiri tanpa busana. "Apa maksudmu, Nyonya?" bentak Dewi. "Hei! Berani sekali kau membentakku! Dasar wanita aneh! Kau mau tahu siapa aku? Aku Neneknya Roy. Nyonya Besar di rumah ini. Kau salah sasaran!" Rita tertawa menggelegar memenuhi ruangan itu. Roy hanya diam tak berkutik melihat Neneknya beraksi.         Dewi menatap Rita dengan mata melotot. Ia tak bisa berkata-kata. "Berani sekali kau memanfaatkan cucuku yang sedang frustasi ini untuk menyelamatkan reputasi burukmu itu! Anak dalam kandunganmu tidak akan menjadi anak dari cucuku! Kemarin kau menyuruh David untuk tanggung jawab. Setelah ditolak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status