Semua Bab SECOND VIRGIN: Bab 11 - Bab 20
25 Bab
Chapter 10
Setiap orang pasti akan merasa tertekan dengan trauma masa lalu dan suatu hari ingin bebas menceritakan trauma itu tanpa beban apa pun —Scarlett Delillah_____________________________________________ Sudah tiga jam lalu semenjak jam makan siang berakhir, tetapi keramaian masih belum meninggalan restoran Clinton St Baking Company. Orang-orang yang datang memenuhi setiap sudut di kala senja mulai menyapa terlihat makan makanan penutup dan duduk bersantai bersama kawan sambil memesan minuman untuk melepas kepenatan seusai bergumul dengan pekerjaan kantor. Tampak pula kaula muda bersama teman atau kekasih yang tengah mengobrol.Menggendong Jenna, Scarlett bersama Hillary dan George memasuki kawasan restoran itu. Beberapa waktu lalu, sang pemilik mengundangnya untuk mengajar kelas membuat kue. Begitu langkah mereka mencapai pintu ganda, pramusaji yang bertugas di sana membukakan pintu dan mempersilakan mereka masuk. Scarlett m
Baca selengkapnya
Chapter 11
Sungguh takdir yang manis—William Molchior______________________________________________ Pukul setengah sepuluh malam, para pegawai Bake Me Up masih sibuk sebelum tutup. Sibuk mengerjakan pembukuan, menghitung jumlah bahan yang masih atau kurang, membersihkan dapur, menyapu, mengepel lantai, menata meja serta kursi, membuang sampah, dan mengelap kaca. Sambil menggendong Jenna yang tidur, Scarlett berjalan keluar dari ruangannya. Secara hati-hati memilih lantai yang belum dipel menuju bagian depan untuk menemui Hillary yang sedang mengelap dinding kaca. “Kurasa, aku akan mengambil libur akhir pekan. Jadi, tolong gantikan aku besok, Hill,” cetus Scarlett. Menggunakan nada agak pelan sambil membelai rambut keriting gantung Jenna. Gerakan Hillary pun berhenti untuk menghadap bosnya. “Oke, Boss. Ngomong-ngomong apa yang akan kaurencanakan di akhir pekan?”
Baca selengkapnya
Chapter 12
Seandainya bisa hidup dalam romansa novel —Scarlett Delillah______________________________________________  “Hm ... this is so tasty ....” Di sela-sela senyuman dan mata setengah terpejam, William bergumam sambil mengangguk-angguk samar. Tak jemu-jemu memuji roti lapis Prancis buatan Scarlett. Oh, tentu ia tidak boleh melewatkan kesempatan langka ini. Setelah menelan utuh harga dirinya untuk meminta makanan akibat lapar, akhirnya pria itu berhasil mendapatkannya. Dan tentunya cara ini tepat untuk mendekati Scarlett. Suasananya pun mendukung ; siraman cahaya mahari pagi yang memenuhi Central Park, suara kicauan burung, sulur-sulur ranting daun-daun maple cokelat menari karena angin semilir yang sejuk, dan ramainya orang bercakap-cakap tetapi dalam volume yang tidak mengganggu. Jenna yang makan bersama William dan mengamati pria itu ikut tersenyun riang.
Baca selengkapnya
Chapter 13
Berkali-kali dihantam dilema itu —Regis Mondru ______________________________________________  Dua puluh menit kemudian, William dan Bellen sudah berada di basement The Black Casino and Pub. Sejenis kelab malam milik Jayden Wilder yang pernah menjadi partner bisnis Cozyvart Company sewaktu Dominic membutuhkan ‘bantuan’ pembebasan lahan untuk pembukaan lini di Texas dua tahun lalu. Bangunan kelab malam itu sendiri berlantai empat dan tiap lantai memiliki fungsinya masing-masing. Lantai pertama adalah casino yang merupakan lahan judi dengan berbagai jenis permainan dan juga penjaga-penjaga wanita cantik nan seksi, serta beberapa pegawai pria yang membantu mereka sekaligus menjaga lantai itu supaya tidak terjadi keributan. Banyak pebisnis yang mampir ke sini untuk membuang uang mereka, tetapi banyak juga para pegawai kantor atau orang-orang de
Baca selengkapnya
Chapter 14
Sudah berapa lama dan aku masih nyaris memikirkannya?—Scarlett Delillah__________________________________________“Here they are. Penekuk, frosting vanila, dan ....” Setelah mengabsen sambil meletakkan dua tumpuk penekuk panas yang asapnya masih mengepul plus frosting vanila, Scarlett menimbang-nimbang semangkok butiran-butiran blueberry di tangan kanannya dan semangkok potongan-potongan strawberry di tangan kirinya di depan wajah William. Lalu melirik sebotol sirop maple kecil di meja.Sengaja membiarkan pria itu berpikir untuk memilih salah satu di antara ketiga topping tersebut tanpa perlu menyampaikannya lewat verbal.“How about morning kiss as topping?” usul pria beriris hijau berlagak lugu yang s
Baca selengkapnya
Chapter 15
Tatap aku, ScarlettDan jangan pikirkan apa pun selain aku—William Molchior______________________________________________Matahari siang yang terik mengiringi perjalanan William, Scarlett dan Jenna menuju bandara John F. Kennedy. Sesuai dengan rencana yang sudah disusun kemarin, mereka akan terbang ke Los Angeles, California.Sambil memainkan boneka Barbie di carseat, Jenna mulai merasa bosan dan mata abu-abu terangnya berpindah melihat ke luar jendela mobil. Sewaktu melewati gedung-gedung di New York, mata bulat balita itu pun melebar. Ia terpukau dan menunjuk-nujuk timeline di salah satu gedungnya.“Mommy ... Mommy .... Ada William di sana, Mommy.”Scarlett melihat ke bel
Baca selengkapnya
Chapter 16
Bagaimana bisa hal sederhana dalam balutan kata-kata formal seperti ini bisa berdampak sangat dasyat pada diri seseorang?—William Molchior_____________________________________________Pukul delapan pagi, Scarlett sudah duduk di meja kerjanya di Bake Me Up sambil bertopang dagu menghadap jendela yang terbuka lebar. Sinar mentari yang mengangkat keremangan ruangan menerpa wajahnya. Kehangatannya menjalar, menembus dadanya yang dipenuhi kembang api meledak-ledak.Scarlett menyadari pipinya naik sedari tadi. Pun, jantungnya yang berdebar kencang manakala benaknnya terus menampikan kepingan adegan apa yang telah ia lakukan dengan William di ruang tamunya.“Sepertinya aku sudah gila karena melakukannya,” gumam Scarlett sambil menggeleng dan menepuk-nepuk kepalanya pelan.Ia menggigit bibir bawahnya dengan jari mengetuk-ngetuk meja. Menghitung sebanyak kurang lebih sepuluh kali sebelum memutuskan mengeruk tas jinjingnya untuk me
Baca selengkapnya
Chapter 17
Forget the pastThere’s a reason it’s not coming back—Ex______________________________________________“Kelemahanmu ada di sini, Regis. Perhatikan lagi kecepatan dan keseimbangan penggali kuburan[1] yang kaukendalikan saat akan menanjak. Kita semua tahu, dua menit free style sangatlah berarti bagi kita. Buatlah para juri terkesima dengan kemampuanmu,” tujuk coach Mattew pada layar TV yang menampilkan video Regis Mondru mengemudikan momster truck beberapa musim lalu sebelum vakum.Wajah pria paruh baya itu tegas, tak kenal ampun dan sangat disiplin sehingga sukses menjadi pelatih tim The Crusher Hell. Kadang-kadang, ia diminta menjadi dosen terbang di universitas Monster Jam—tempat para pengemudi monster truck menimba ilmu dan mendapat sertifikat pasca menjalankan serangkaian tes berjam-jam dalam beberapa hari. Sama seperti Regis, sebelum melanjutkan ke universitas yang sama dengan Scarlett, Mia dan Siena.
Baca selengkapnya
Chapter 18
Ia merasa jantungnya ditarik ke perut, lalu dibanting hingga hancur menjadi serbuk-serbuk kecil seukuran debuDan tak ada yang memungut kemudian menyatukannya kembali—Second Virgin_________________________________________________Pagi-pagi sekali, selagi menunggu Jenna bangun, Scarlett sudah mengeluarkan setumpuk pakaian dari lemari lalu mencobanya satu per satu. Lagi-lagi keningnya harus terlipat-lipat samar karena tidak mengerti kenapa rasa-rasanya belum ada satu pun baju yang cocok untuk dikenakan ke Bake Me Up hari ini.Padahal biasanya Scarlett tidak perlu memikirkan secara detail tentang apa yang akan dipakainya. Asal sopan dan cocok untuk bekerja, tidak masalah. Dan yang paling penting, efisien bin antiribet untuk bercengkrama dengan loyang-loyang, cup-cup, tepung-tepung, cokelat-cokelat, buah-buah segar, dan seluruh ekosistem penghuni lain di dapur. Plus, bertemu calon pembeli yang ingin memesan kue khusus.Scarlett menempelk
Baca selengkapnya
Chapter 19
There’s a girl who stole my heartAnd she—must—call me father—Regis Mondru___________________________________________________Tubuh Scarlett bergetar hebat dan terasa begitu dingin dalam dekapan William. Kondisi yang kontras dengan suhu di sekitar. Apalagi di antara oven-oven raksasa yang keberadaannya memenuhi setiap sudut dapur pada cuaca musim panas, yang semestinya menebar gerah.Scarlett yang menggigiti kuku sambil bercucuran air mata tanpa berkedip dan menatap pada satu poros dengan tatapan menerawang pun merasakan sapuan tangan besar William pada punggungnya. Bekas usapan tersebut meninggalkan jejak kehangatan. Secara bersamaan, ia mendengar pria itu menyuntikkan kata-kata semujarab mantra
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status