All Chapters of After Marriage: Chapter 71 - Chapter 80
86 Chapters
Alasan
Siera gegas mengusapi pipinya yang basah saat sang bibi ikut bergabung di teras rumah. Malam sudah larut, Siera pikir bibinya itu sudah tidur. "Kenapa, Siera?" Sasa yang tadi sempat mendengar isakan sang keponakan mengambil tempat di sebelah Siera. Ia usap kepala perempuan itu. Yang ditanya menggeleng. Inginnya berhenti tersedu, tetapi malah sebaliknya. Siera hanya bisa menurut saat sang bibi menariknya ke dalam pelukan. "Dean, ya?" Siera mengangguk pelan. Bahkan Sasa pun tahu siapa satu-satunya yang bisa membuat ia menangis. Dean. "Bibi nggak bisa atur hati kamu. Tapi, saran bibi. Jangan setengah-setengah. Kalau memang mau lupain dia, lakukan seratus persen. Kalau memang enggak bisa, ya, jangan memaksakan diri." Sasa ini adalah sepupu dari Atla, ibunya Siera. Wanita berusia 50 tahun itu tinggal sendirian di sebuah desa yang jauh dari kota. Suaminya sudah meninggal dua tahun lalu, Sasa tak dikaruniai anak.
Read more
Kembali
"Tolong dijaga supaya Bapaknya tidak terlalu banyak pikiran. Harus teratur makan, istirahat dan obatnya." Dokter itu bicara sembari keluar dari kamar Mike. Pada perempuan yang mengantarnya, ia tersenyum kemudian pamit. Siera menutup pintu rumah Mike dari dalam. Mengusap wajah yang dihiasi raut sedih, perempuan itu melangkah ke dapur. "Bu, tolong buatkan sup untuk Papa, ya? Habis ini, mau aku ajak makan." Bu Ratna menganguk dengan senyum di wajah. "Saya senang Nak Siera kembali ke rumah ini lagi. Biar Pak Mike ada temannya." Kembali. Benarkah Siera kembali? Siang tadi, niat Siera datang ke kediaman Mike semata hanya ingin bertamu, menjenguk pria yang pernah jadi mertuanya itu sebentar. Namun, tiba-tiba saja Mike mengeluh pusing dan hampir jatuh pingsan. Siera yang memanggil dokter, karena Mike bersikeras tak mau ke rumah sakit. Dari dokter, Siera tahu jika Mike kurang istirahat dan tekanan dara
Read more
Sambutan yang Lumayan.
"Mbak ini siapa, ya?" Siera berusaha terlihat biasa saja. Pada Dean yang terus-terusan menatap, perempuan itu hanya melirik sekilas. "Kamu siapa? Ibunya Dean?" tanya Intan asal. "Tadi kamu bilang ini rumah ayah kamu, 'kan?" Wanita itu beralih pada si pria. Oh, Siera paham. Wanita cantik itu ternyata tamunya Dean. Sebenarnya ia tak mau ikut campur. Namun, keadaan Mike yang memaksanya untuk menyampaikan beberapa kata. Pada si mantan suami perempuan itu menatap dengan sorot tegas. "Tolong. Jangan di rumah ini. Papa lagi sakit. Jangan sampai Papa tambah parah karena lihat kalian berdua." Dean berdiri. Wajahnya mengeras. "Apanya yang jangan di sini?" tantang pria itu tak senang. Siera tak melepas tatapan. "Apa yang mau kamu lakuin sama dia." "Memang apa yang mau aku lakuin sama dia? Kamu bisa prediksi masa depan sekarang?" Lama bertukar tatap dengan sang mantan suami, Siera mengulum senyum. Perempu
Read more
Petaka Emosi
Ini benar-benar di luar prediksi Dean. Sangking terkejutnya, pria yang mengenakan kaus biru itu hanya mampu duduk dengan kepala tertunduk di depan sebuah ruang rawat. Dari datang tadi, hingga sekarang. Tak diduga, setelah sempat terlihat kembali sehat, siang tadi Mike tiba-tiba saja jatuh pingsan lagi. Dokter yang menangani sang ayah memberitahu bahwa Mike mengalami serangan jantung ringan, yang syukurnya tidak sampai membahayakan nyawa. Yang paling membuat Dean terpukul adalah karena kembali bukan dirinya yang ada di samping sang ayah saat serangan jantung ringan itu terjadi. Dean sedang ada di luar tadi, menemui Intan.  Siera yang membawa Mike ke rumah sakit. Mengurusi segalanya, selayaknya anak. Sedangkan yang harusnya melakukan itu malah bersenang-senang di luar bersama orang lain. Dean tahu dirinya bersalah, karena itu tak mengatakan apa-apa, saat Siera yang keluar dari ruang rawat Mike memberikan satu pukulan di lengan. Baik
Read more
Tolong Bertahan
Warning! 18+ Sebelumnya, Dean tak pernah merasakan sesuatu yang sesakit ini. Pria itu sudah memukuli kepala, meninju dinding di kamar, tetapi rasa pedih itu tak kunjung sirna. Malah semakin akut, seiring dengan terus berdengungnya suara Siera yang menyuruhnya untuk enyah. Jika dipikirkan lagi, Dean paham apa yang Siera sampaikan adalah benar. Ja memang sudah sangat keterlaluan. Tidak berbakti, malah membuat Mike sakit. Bayangan Ana yang menangis juga Mike yang kecewa menambah semarak lara. Dean putus asa. Sakitnya teramat, tetapi ia tak bisa berteriak untuk melampiaskan atau menyudahinya. Di sela-sela frustrasi itu, Dean teringat Nara. Sesuatu dari mantan kekasihnya itu menyelip di kepala. "Ini untuk menyalurkan rasa sakit. Kalau sakitnya juga enggak hilang, mungkin aku bisa mati dan itu pasti akan lebih baik." Bayangan Nara yang sedang melukis pergelangan tangan dengan silet menuntun langkah gontai
Read more
Isi Hati
Mike berusaha kuat. Saat melihat sosok lelaki yang mengenakan piyama rumah sakit itu melewati pintu ruang rawatnya, pria tua itu mengulas senyum tegar di wajah. Tangan pria tua itu terulur, seolah meminta lelaki yang berhenti melangkah itu segera mendekat. "Nak." Mike dihampiri. Anak lelaki bertubuh tinggi itu duduk di samping ranjangnya dengan kepala tertunduk. "Maaf, Ayah. Maafin Dean." Si ayah mengambil tangan putranya yang terbalut perban di pergelangan. Ia beri usapan di sana dengan mata yang mulai terasa hangat. Berita tentang Dean yang berusaha melenyapkan diri, Mike dengar hari ini dari Siera. Setelah beberapa hari kemarin  mantan menantunya itu berusaha berbohong. "Dean lagi sakit. Enggak parah, Pa." Selama beberapa hari belakangan, tiap kali Mike bertanya, Siera pasti mengatakan hal tersebut. Berulang kali, tanpa improvisasi  apa pun, Mike sudah pasti curiga. Namun, pria it
Read more
Jebakan
Hari ini Siera masih ada di rumah Mike. Pada Sasa di kampung, perempuan itu sudah minta izin untuk dibiarkan tinggal  beberapa hari lagi. Ada yang penting yang harus segera diurus.Kembali menikah dengan Dean. Keputusan si gadis sudah bulat. Membuang semua rasa malu, dua hari belakangan, Siera gencar mengutarakan niat tersebut pada si pria. Namun, tidak bersambut baik.Terlalu jauh Dean salah sangka. Pria itu meyakini jika Siera hanya kasihan hingga menawarkan sebuah pernikahan. Dean menolak, membuat Siera harus putar otak lebih banyak.Siang ini misalnya. Saat perempuan itu ada di kamar Dean, membantu meggganti perban di pergelangan tangan, kembali tanya ia suarakan."Kenapa enggak mau nikah lagi sama aku? Bukannya terkahir kali, kamu yang kukuh mau rujuk, ya?"Menghentikan sejenak gerakan tangan yang sedang membelitkan kain kasa, Siera menatap Dean tepat di mata. Tidak menjawab, pri
Read more
Demi Mencari Bahagia
Dean dengan sengaja merebahkan tubuh di sofa. Pria itu memejam dengan satu satu lengan di dahi. Bersikap selayaknya tak mendengarkan ocehan perempuan di sana. Tidak sendiri di ruang tamu rumah Mike, sekarang pukul sepuluh. Sang ayah sudah istirahat, Bu Ratna juga, tersisa ia dan Siera. Dan lagi, Siera sedang membicarakan ajakan menikah. Seolah tak lelah dan bosan. "Kamu tidur, Dean? Kamu enggak dengerin aku?" Tidak dengar apanya? Seminggu lebih menelan semua bujuk rayu Siera, Dean mampu jika disuruh mengulang, walau tanpa teks. Hapal. Dean sudah hapal. "Ayo nikah lagi. Kamu enggak kasihan sama aku? Aku ini mantan istri kamu, yang jatuh cinta sama kamu, dan sekarang ngemis untuk dinikahi. Enggak kasihan? Enggak mau? Udah ada pacar baru kamu?" Masih mempertahankan posisi berbaring, si lelaki tidak menjawab. Sampai sekarang, benar ia belum bisa memutuskan apakah harus memulai lagi hubungan dengan Siera atau tidak. Walau s
Read more
Ujian Pertama
Setelah pernikahan, lalu apa? Ya bermesraan. Saling mengungkapkan cinta dengan cara yang lebih intim. Mungkin jalan-jalan ke tempat baru, menghabiskan hari dengan bekencan dan sebagainya yang menyenangkan.Atau, di rumah saja. Seharian di kasur, membicarakan dan merancang masa depan. Mungkin mendiskusikan soal jumlah anak dan nama mereka. Namun, itu tidak berlaku untuk Siera. Sebab setelah resmi menjadi istri Dean lagi, perempuan itu malah didiamkan. Selepas acara sederhana dengan keluarga, mereka pulang ke rumah Dean yang lama. Makan, mandi, lalu istirahat, karena lelah.  Setelahnya? Hanya saling bertatapan beberapa kali lalu diam. Jika alasannya lelah, Siera bisa paham. Namun, yang Dean tunjukkan ini bukan sikap pengantin pria yang kelelahan sehabis acara pernikahan dan tidak berselera melakukan apa pun. Pria itu memang sengaja membuat jarak. Menjauh darinya, sejauh mungkin. Bayangkan. Semalam, Dean menaruh guling di
Read more
Pelakor, Lagi?
"Apa, sih, gunanya hape?" Siera melempar ponselnya ke atas sofa, setelah panggilan yang ditujukan pada Dean kembali tidak dijawab. Duduk di samping gawainya, si perempuan bersedekap dengan wajah ditekuk. Melirik sebentar ke arah pintu, lalu mengerutkan dahi. Sekarang sudah pukul sembilan malam. Dean belum pulang dan mengabaikan semua panggilan dan pesan Siera. Membuat si istri cemas, tetapi juga kesal. Ke mana Dean pergi? Mencari kerja seperti yang tadi pagi ia suruh? Yang benar saja! Sampai jam segini? Siera curiga Dean malah sedang berduaan dengan Intan di suatu tempat. Membuang napas kasar, Siera mengusap dada. Harus konsisten dan tanggung jawab atas pilihan. Kalau pun misal Dean memang sedang bersama Intan  maka Siera akan ....Siera akan menjambak dan memukul Dean. Sungguh, bila benar suaminya itu kembali mengulang kesalahan seperti saat bersama Nara, maka Siera tak akan bersikap lembut lagi. Tak lama,
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status