All Chapters of SAY YES, PLEASE: Chapter 11 - Chapter 20
33 Chapters
KOK SAKIT
Satu ciri kalau tubuhku sudah terlalu lelah adalah aku baru bisa bangun dengan bantuan Alarm. Dan sejak bekerja dengan Nicholas, aku memang membutuhkan alarm untuk terjaga. Kalau lupa menyetel alarm, bisa-bisa aku baru terjaga pukul 10 pagi.Selama seminggu pertama, tiap hari aku harus mengisi asupan energi dengan kopi, padahal sebelumnya aku bukan tipe peminum kopi. Beberapa kali aku tertidur di atas meja kerja. Mau bagaimana lagi, tubuhku tidak bisa kompromi.Seperti siang ini pun, saat Nicholas sedang rapat mendadak, aku mencuri waktu untuk tidur siang sebentar di atas meja.Aku terjaga sekitar dua puluh menit kemudian. Anehnya, tubuhku kini diselimuti dengan jas hitam. Aku terperangah bukan main."Jas siapa nih?!" teriakku parno.Kucium aroma jas hitam itu, jelas ini bau aroma parfum mahal Nicholas. Ini jasnya! Aku memekik dalam hati. Ini pertama kali Nicholas menyelimuti aku saat tertidur di atas meja, dengan jasnya sendiri!Kutarik nap
Read more
NYARIS MATI
Butuh waktu sekitar 5 jam untuk sampai ke peternakan milik keluarga Theo. Pantatku terasa panas akibat begitu lama duduk di kursi mobil milik Theo. Tak peduli mobilnya mewah dan jok-nya empuk, lima jam duduk di atasnya tetap saja bikin pantat super panas dan kebas.Selama menuju ke sana, tiga kali kami harus istirahat di warung kelontong pinggir jalan. Sekadar untuk melepas dahaga dan juga membeli camilan. Theo bilang, keluarganya sudah lebih dulu berangkat dengan naik bis keluarga. Entah apa itu maksudnya, aku tidak peduli, yang penting aku ingin secepatnya bisa lepas dari jalanan yang yang panjang ini.Makin dekat dengan area peternakan, jalan kian sepi, kami sudah meninggalkan kawasan pemukiman, yang tersisa hanya hutan di kanan dan kiri, untung saja jalannya tidak sejelek yang aku duga. Kami sampai saat aku sudah tertidur selama sepuluh menit akibat kantuk yang tak bisa dilawan.Terasa pipiku ditepuk-tepuk oleh Theo dibarengi suara sapaannya yang lembut, "Ma
Read more
TUBUHMU MENGINGINKANKU
Kuda hitam yang dikendalikan Nicholas masih terus bergerak. Dan aku masih berada di hadapannya, duduk dengan perasaan gugup campur takut. Ada ribuan kata di dalam kepalaku, mulai dari permohonan sampai makian, tapi tak satu pun yang terucap keluar. Semuanya tertahan di tenggorokan. Sementara kuda Nicholas masih terus berjalan ke area yang lebih luas, mulutnya juga tak mengucap sepatah kata pun. Suasana jadi makin tak nyaman.Ngomong, dong, Nicholas! Ngomong apa, kek! gerutuku dalam hati.Sebab dia tak juga memulai percakapan, akhirnya aku yang lebih dulu membuka mulut. "Aku mau turun! Aku takut! Kita mau sampe kapan kayak gini?!" kataku sambil berusaha menjauhkan diriku dari lengannya yang berada di bawah ketiakku, mengapit tubuhku agar tak jatuh."Nanggung. Tunggu kita nyampe!" tolaknya tak acuh.Ini orang emang, ya! Udah tadi aku hampir mati gara-gara dia, malah dengan seenaknya aja terus jalan! Aku bersungut-sungut dalam hat
Read more
API UNGGUN
Apa yang terjadi tadi siang di lapangan berumput masih terus menghantui pikiranku. Kesal, marah, jengkel, merasa jijik, dihinakan, semua bercampur dalam dada dan otak. Gara-gara Nicholas si brengsek, aku terpaksa kembali jalan kaki. Belum lagi, sikap kasar dan dinginnya tadi pun masih terpatri di kepala. Dan, meski aku jengkel setengah mati, rasanya di hati masih ada sedikit ruang tersisa untuk perasaan bersalah. Entah mengapa.Kalau bukan karena ada Theo dan orang tuanya, aku ingin sekali langsung pulang saat ini. Tak mau lagi berada di sini, harus berhadapan lagi dengan Nicholas. Apa lagi kalau harus pulang, aku harus menempuh perjalanan lima jam lagi, huh!Saat kembali ke peternakan, Theo bertanya kenapa mukaku berlipat-lipat, aku tak mau jujur terbuka kepadanya, lebih baik untuk saat ini dirahasiakan. Akan sangat aneh kalau Theo tahu tadi Nicholas sudah menciumku. Tanpa alasan.***Malam tiba, api unggun dinyalakan. Kompor untuk memanggang daging pun
Read more
AKU JUGA MENGINGINKANMU
"Hah?! Nggak, kok. Aku udah mau tidur, nih. Bye!"Dengan kikuk, aku berdiri cepat-cepat. Baru selangkah berbalik, pergelangan tanganku ditangkap dan tiba-tiba Nicholas menarikku. Tak cukup menarik tanganku saja, sekarang dia pun membuatku terduduk di atas pangkuannya. Mataku terbelalak lebar."Ih! Apaan, sih?!" pekikku geram sambil berusaha bangkit berdiri, tapi kedua tangan Nicholas menahan perutku."Santai dikit. Kayak mau dibunuh aja," katanya cuek."Ya kamu ngapain! Lepasin aku!""Heh, jangan teriak-teriak. Nanti yang lain bangun."Tangan kiri Nicholas membekap mulutku. Seketika tubuhku mematung lagi. Jarak di antara kami hanya beberapa senti. Berkat cahaya kobaran api unggun, aku bisa melihat sorot matanya yang tajam memandang aku begitu dalam. Pipiku pasti sudah memerah lagi. Saat wajah Nicholas mendekat, aku disergap kepanikan, langsung kubuang mukaku menghadap api unggun.Aku tak mau kejadian gila siang tadi teru
Read more
MANGSA
Sepanjang perjalanan pulang, Theo terus bertanya ada apa denganku. Mulutku terkatup. Malas bicara, sedang mataku masih bengkak bekas menangis semalaman.Pagi-pagi sekali, sebelum Om dan Tante Baskoro bangun dari tidur, aku langsung meminta Theo untuk pulang. Kalau dia tidak mau mengantar, maka aku akan pulang sendiri. Tak ada pilihan, Theo terpaksa mengantarku meski yang lain masih terlelap dalam dunia mimpi, termasuk Nicholas."Kamu yakin nggak apa-apa, May?" Theo bertanya terakhir kali saat aku baru akan masuk ke dalam indekost.Tanganku terkepal di kedua sisi. "Kamu pulang aja sekarang. Aku masih ngantuk. Mau lanjut tidur lagi," kataku dingin, tanpa berbalik menghadap dirinya.Aku tahu, kadang-kadang, aku terlalu jahat kepada Theo. Padahal dia tak bersalah sama sekali. Tapi apa lagi yang bisa aku perbuat? Melihatnya sekarang hanya mengingatkanku kepada Nicholas.***Surat pengunduran diri kupegang erat di tangan sembari berjalan menuju ru
Read more
KEBUTUHAN NICHOLAS
Bibirku meliuk-liuk gugup. Kalau memang Cherry hanya teman untuk bersenang-senang, lantas aku akan dijadikan apa? Predikat apa yang akan disematkan Nicholas kepadaku?"Kok bengong? Masih ragu? Kamu pikir aku bohong? Kamu bisa tanya Cherry!" Intonasi Nicholas meninggi.Kepalaku menggeleng pelan. "Bukannya aku ragu, tapi ...""Pokoknya tinggalin Theo! Kamu lepasin dia!" sela Nicholas."Kamu sendiri? Kalau aku lepasin Theo, apa kamu mau lepasin Cherry juga?" tanyaku pelan, arah mataku jatuh ke lantai, agak malu bertanya seperti ini.Jemari lentik Nicholas menyentuh daguku, mengangkat mukaku, mempertemukan mata kami lagi. "Kalau aku udah memiliki kamu, apa lagi alasan dia ada di dekat aku? Aku cuma butuh kamu sekarang."Secara tidak langsung, Nicholas mengatakan kalau aku akan menggantikan posisi Cherry! Itu artinya ... Aku akan ... "Nggak mau! Nggak mau kalau gitu!" Aku langsung menepis tangannya."Nggak mau apa?" Kening Nicholas mengeru
Read more
RENCANA LICIK NICHOLAS
"Kebetulan atau apa, nih? Ketemu sejoli lagi pacaran juga di sini." Cherry tanpa basa-basi langsung duduk di meja kami.Aku dan Theo saling melempar pandang, mata kami kompak sepakat mengatakan kalau Cherry tak semestinya ada di sini. Sementara itu, Cherry nampak cuek saja, memanggil pelayan untuk memesan makanan. Diliriknya Nicholas yang masih bimbang untuk duduk atau tidak."Kamu ngapain tegak di situ? Bengong aja, kayak penagih utang. Ayo duduk, Yang!" panggil Cherry.Sekilas Nicholas mendecakkan lidah sebal, tapi akhirnya ikut duduk juga, di samping kiriku, di hadapan Cherry. Selama lebih dari lima menit kami semua diam. Untunglah makanan Theo sudah habis dia santap."Ayo pulang, Theo. Kamu udah kelar makan, kan?" Aku berniat untuk berdiri dari kursi.Tiada angin, tiada hujan, Nicholas tiba-tiba memegang punggung tanganku yang berada di atas meja. Mata kami bertabrakan. "Ngapain buru-buru? Aku traktir. Pesan aja lagi, minimal minuman." Suaranya
Read more
PERTAMA KALI
Di dalam kamar mandi, aku menunggu dengan harap-harap cemas. Semoga tak ada yang direncanakan oleh Nicholas. Semoga aku lolos malam ini. Hatiku terus merapal segala mantra."Nih, handuknya ..."Pintu kamar mandi diketuk pelan. "Jangan liat ke sini! Arahkan aja tangan kamu ke dekat pintu!" pintaku sebelum perlahan membuka pintu kamar mandi."Ya, bawel! Buruan! Nih, aku udah ada di depan kamar mandi!"Kutilik sesaat keluar, ada tangan Nicholas memegang handuk. Pelan-pelan aku keluarkan tanganku pula, menarik handuk itu. Syukurlah sampai aku tutup kembali pintu kamar mandi, dia tak mengulah."Kamu jangan liat ke arah aku, ya! Aku keluar cuma buat ambil baju aku aja!" kataku memberi peringatan usai melilitkan handuk menutupi dada sampai setengah paha."Hm! Udah sana buruan, jangan kelamaan."Kaki kananku akhirnya melangkah keluar, tujuanku adalah lemari pakaian. Sehabis mengambil piyama tidur, aku mesti kembali ke kamar mandi untuk mengen
Read more
PERTAMA KALI
Di dalam kamar mandi, aku menunggu dengan harap-harap cemas. Semoga tak ada yang direncanakan oleh Nicholas. Semoga aku lolos malam ini. Hatiku terus merapal segala mantra. "Nih, handuknya ..." Pintu kamar mandi diketuk pelan. "Jangan liat ke sini! Arahkan aja tangan kamu ke dekat pintu!" pintaku sebelum perlahan membuka pintu kamar mandi. "Ya, bawel! Buruan! Nih, aku udah ada di depan kamar mandi!" Kutilik sesaat keluar, ada tangan Nicholas memegang handuk. Pelan-pelan aku keluarkan tanganku pula, menarik handuk itu. Syukurlah sampai aku tutup kembali pintu kamar mandi, dia tak mengulah. "Kamu jangan liat ke arah aku, ya! Aku keluar cuma buat ambil baju aku aja!" kataku memberi peringatan usai melilitkan handuk menutupi dada sampai setengah paha. "Hm! Udah sana buruan, jangan kelamaan." Kaki kananku akhirnya melangkah keluar, tujuanku adalah lemari pakaian. Sehabis mengambil piyama tidur, aku mesti kembali ke kamar mandi untuk
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status