All Chapters of Playboy Kampus : Chapter 11 - Chapter 20
107 Chapters
Nasihat Ketua Jurusan
“Begini, Beryl. Tadi Bu Liana meminta dewan dosen untuk bersidang membahas persoalanmu. Menurut Bu Liana, kamu telah menghina dan meremehkannya. Apa betul seperti itu? Saya ingin mendengar keterangan langsung darimu.”Mendengar semua penjelasan ketua jurusan, Beryl jadi terperanjat di atas kursi tamu yang tengah dia duduki di rumah ketua jurusan. Mata Beryl tak berkedip menatap ketua jurusan fakultasnya. Sementara ketua jurusan juga mengawasinya.“Sampai sebegitunya, Pak?” kata Beryl dengan gugup.“Iya, Beryl. Bu Liana menginginkan semua persoalan ini masuk dalam agenda sidang dosen. Sepertinya dia sangat marah dan tersinggung. Yang aku pahami dari penjelasannya, dia mengajukan opsi, kamu dikeluarkan atau dia yang keluar.”“Sampai sebegitunya, Pak?” Tanya Beryl kembali.“Iya, begitulah Beryl. Dan dalam kasus seperti ini belum ada sejarah dosen yang harus keluar. Kamu menger
Read more
Dialog Tentang Lidya
Di dalam hati Beryl merasa takut ketika dia harus memikirkan Ririn dan ancaman-ancamannya. Maka sebisa mungkin Beryl berusaha menghindari pertemuan dengan Ririn. Juga berusaha sebisa mungkin tidak menghubungi Ririn lewat media sosial. Membayangkan Ririn seperti membayangkan seorang polisi yang siap menyeretnya ke sel penjara. Itulah yang kini selalu membayangi pikiran Beryl. Entahlah! Apakah ini semua berlebihan. Namun, begitulah yang kini tengah dirasakannya.Beryl tak bisa memastikan apakah semua sikap Ririn bisa berubah lagi. Dulu, di mata Beryl tak pernah ada cewe lain yang mampu melebihi Ririn, begitu lembut, perasa, pengertian, dan pintar. Tapi sekarang, kenapa Ririn berubah menjadi penjajah bagi dirinya? Penjajah kemerdekaannya. Kesetiaan jenis apa yang sebenarnya dimiliki oleh Ririn. Begitu mengikatkah? Seseuatu yang indah dan romantis dalam percintaan dengan Ririn seperti sudah lenyap. Apakah cinta hanya sebuah sarana untuk mencapai sebuah ikatan yang namanya p
Read more
Senja di Rumah Lidya
Beryl masih berdiri di depan rumah yang berpagar mewah itu. Ia meneliti keadaan di sekitarnya. Bunga-bunga yang begitu indah sore itu bermekaran dengan aroma yang begitu wangi. Pintu pagar rumah itu tak terkunci. Menunjukkan rumah itu ada penghuninya. Dengan pelan, Beryl mencoba mendorong pintu pagar itu. Bunyi keras terdengar dari pagar yang di dorong Beryl. Apa yang dilakukan Beryl begitu mengejutkan bagi perempuan setengah baya yang tengah menyiram bunga di taman samping rumah. Sejenak perempuan itu menghentikan aktivitasnya. Dia menatap ke arah rambut gondrong Beryl yang dari beberapa waktu lalu belum sempat di potong. Perempuan itu mengeryitkan dahinya, merasa heran dengan sikap Beryl yang dinilainya kurang memiliki tata karma.Beryl mencoba tersenyum pada perempuan setengah baya itu. Namun, perempuan itu bersikap lain. Terlihat merasa kurang suka dengan kedatangan Beryl. Beryl menjadi salah tingkah.“Selamat sore, Bu. Saya teman Lidya.”
Read more
Aksi Mahasiswa
Kerumunan mahasiswa Universitas Airlangga itu kian bertambah banyak. Mereka berkumpul di hamparan rumput yang dinaungi pepohonan yang rindang. Lingkaran besar telah terbentuk. Mereka akan mengadakan kegiatan Gelar Sastra yang dimotori oleh mahasiswa jurusan sastra dari Fakultas Ilmu Budaya. Pada kegiatan gelar sastra itu mereka akan mengadakan acara pembacaan puisi.Mata Beryl berkeliling di antara sekian banyak mahasiswa. Dia berusaha mencari tempat yang yang luang. Beberapa penyair kenamaaan Jawa Timur dan sekitarnya sudah hadir dan siap untuk membacakan lembar-lembar puisinya.Mata Beryl masih berkeliling. Kali ini pandangan matanya jatuh pada Lidya yang tangah duduk di bawah pohon cemara. Dengan hati-hati dan pelan-pelan, Beryl berusaha mencari jalan agar bisa duduk di dekat Lidya.“Hai?” sapa Beryl pada Koko yang tengah duduk di samping Lidya.“Hai, Lidya,” lanjut Beryl menoleh ke arah Lidya.&ldqu
Read more
Berangkat Menjalani Riset
Rombongan mahasiswa fakultas Ilmu Budaya itu telah siap. Mereka semua sudah berkumpul di kampus. Bus yang akan mengantar mereka juga sudah tiba sedari tadi. Beryl telah mengatur tempat duduk untuk rombongan yang ikut riset. Ririn juga ikut dalam rombongan itu. Wajah Ririn terlihat cerah. Dan Bu Liana tetap seperti biasanya, angker. Namun tetap cantik. Mata Bu Liana begitu acuh mengamati keadaan di sekelilingnya. Bahkan tak mau menyinggahkan pandangannya sedikit pun ke arah Beryl. Juga saat Beryl mempersilakannya duduk di bus di kursi paling depan, tak satu huruf pun dia menjawab.Tempat yang akan mereka tuju untuk mengadakan riset yaitu di daerah sekitar Gunung Bromo. Mereka akan meneliti kawasan industri dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat di sekitar BromoBus yang membawa mereka telah melaju meninggalkan kampus Unair. Beryl duduk di kursi deretan paling belakang bersama Joni.“Tolong kamu urus Ririn selama pelaksanaan riset,”
Read more
Dilema Cinta
Lidya masih terdiam. Perempuan setengah baya yang menjadi ibu kostnya itu menatapnya. Setiap kedipan mata yang dilakukan Lidya selalu tertangkap oleh perempuan itu.“Bagaiamana menurutmu tentang cowo yang tadi, Lidya?”“Lidya hanya mengangapnya sebagai teman, Bu.”“Baguslah kalau Lidya hanya menganggapnya seperti itu. Demikian juga dengan dia. Tapi kalau dia punya perasaan yang beda, kemudian tunanganmu dating?”Kembali Lidya diam. Pelan-pelan Lidya mengalihkan pandangannya kepada perempuan setengah baya itu.“Jujur Lidya, ibu kurang simpati pada cowo gondrong tadi. Kamu perlu hati-hati. Siapa tahu saja dia mengira mendapatkan angin segar darimu. Meskipun ibu ini hanya ibu kostmu, ibu tetap berharap Lidya menjadi gadis yang baik. Jangan menjadi perempuan yang suka mempermainkan laki-laki.”“Selama kami kenal, kami tak pernah mempermasalahkan soal cinta, Bu.&rdquo
Read more
Memanggil Dukun Pijat
Kelompok mahasiswa yang melakukan riset di sekitar kawasan Bromo, Probolinggo, Jawa Timur masih terus berlanjut sampai beberapa hari ke depan. Serangkaian kegiatan dengan masyarakat desa setempat telah mereka laksanakan. Mereka harus mengunjungi satu desa ke desa yang lain, demi mengumpulkan kelengkapan data. Mereka beralih dari satu tempat ke tempat yang lain yang ada di kawasan Cemoro Lawang. Dari belakang, Beryl mengiringi langkah Bu Liana yang tengah berjalan di bawah naungan sang surya. Namun, panas matahari itu tetap tak terasa bagi mereka karena kawasan yang dingin di daerah itu. Meskipun begitu kulit bersihnya Bu Liana terlihat kemerahan. Wajah dosen muda itu juga terlihat ceria. Rambutnya dibelai angin kemarau.Beryl dan Bu Liana masih berjalan tanpa bersuara. Beryl tahu pasti Bu Liana sudah merasa capek. Jalanan berbatu, menanjak dan menurun.“Siapakah yang memimpin riset untuk desa yang di sana?” tiba-tiba saja Bu Liana
Read more
Kita Jalan-jalan, yok
Pagi itu matahari mulai muncul dari balik gunung Bromo. Semburatnya membuyarkan embun-embun pagi yang menelimuti daerah sekitarnya. Di atas rerumputan yang ada di depan rumah tempat rombongan mahasiswa itu menginap masih terlihat kristal-kristal embun bak mutiara yang indah. Beberapa mahasiswa telah meninggalkan kamarnya untuk menikmati sejuknya udara pagi di pegunungan. Mereka terlihat lucu, di antaranya ada yang berkerudung sarung layaknya penduduk desa itu. Yang lebih gila lagi, di antara mereka pun ada yang meniru kebiasaan warga desa setempat yang sambil duduk-duduk dengan menghisap rokok lintingan sendiri. Warga desa biasa menyebutnya rokok “tingwe” (Nglinting dewe). Udara yang cukup dingin di desa itu membuat mereka bermalas-malasan untuk segera memulai aktivitas.Namun, di antara mereka semua sangat berbeda dengan yang baru saja dilakukan oleh Beryl. Beryl telah pulang dari pancuran untuk mandi. Dan kali ini dia mengendap-endap kamar Joni. Ternyata J
Read more
Teori Sigmuend Frued
  Matahari semakin melangkah melewati pucuk-pucuk pinus dan cemara. Pandangan mata mereka berdua sering bertabrakan. Bu Liana terlihat bahagia dengan senyumnya yang mengembang. Mereka tengah asyik melanjutkan makan coklat.“Andai saja dari dulu saya tahu ternyata Bu Liana sebaik ini,” kata Beryl yang diiringi dengan tawa.“Andai saja juga dari dulu aku tahu kamu tidak sebrengsek yang aku duga,” jawab Bu Liana sambil mencubit lengan Beryl.“Lalu, sekarang?” Tanya Beryl sambil memberikan remasan di jari tangan perempuan yang menjadi dosennya.Bu Liana membalas remasan Beryl. Kemudian mereka berdua saling memberikan remas
Read more
Dikhianati Sahabat Sendiri
  Di kamar penginapan itu, Beryl berbaring. Pikirannya menerawang menatap langit-langit kamar. Dia sedang memikirkan Ririn. Cewe terkutuk! Hina sekali perbuatannya. Begitu beraninya dia bercinta dengan sahabatku sendiri.“Tapi, sebentar. Kenapa juga aku harus marah? Bukankah aku sendiri tidak lebih baik dari Ririn. Sudah berapa kali juga aku maninggalkannya untuk perempuan lain? Lalu, apa hubungannya jika sekarang Ririn harus bercinta dengan cowo lain?”Di tengah Beryl masih sibuk melamun, suara langkah kaki mendekat masuk mendekatinya berbaring. Dia merasakan juga tengah ada seseorang yang berbaring di sampingnya. Beryl diam saja, tak menyapa orang. Dia tahu siapa yang berba
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status