Semua Bab My Adorable CEO: Bab 11 - Bab 20
90 Bab
Chapter 11. The Secret Admirer pt 2
Episode sebelumnya, Irish dan Benjamin terjebak di kantor karena terjadi pemadaman listrik.   Tiga puluh menit kemudian. Pak Adrima langsung menuju ruang kantor di mana Ben sedang menunggunya di sana. "Kenapa tuan muda tidak bilang kalau malam ini akan lembur, jadi saya bisa meminta pemadaman listrik di undur dulu," ujar Adrima. Namun, Benjamin hanya cengar-cengir menanggapinya hal itu. "Jangan terlalu sering menjahili gadis ini, tuan muda. Kasihan dia," imbuh pak Adrima menatap Irish yang sedang tidur. "Ah tidak ... tidak ... bukan seperti itu," uhar Ben mengelak. "Lebih baik kita pulang saja. Mumpung belum terlalu malam. Bangunkah saja gadis itu," usul pak Adrima, sekretaris andalan keluarga Van Dee Han. "Biar dia kugendon
Baca selengkapnya
Chapter 12. Winter Flower
"Apa? Gregory berhenti kerja?" Irish terkejut mendengar berita itu dan tampak tak percaya. Ini pasti ulah Benjamin van Dee Han!' batin Irish. "Apa benar dia yang selalu mengirim bunga mawar merah muda itu?" Mira bertanya pada Irish dan sama sekali tidak percaya kalau Gregory yang pendiam bisa senekad itu. "Aku tadi masih melihat Gregory ada di koridor kantor," Samantha berjalan mendekati Irish. Semua pegawai kantor pagi itu membicarakan Gregory. Irish hanya terdiam menatap tempat duduk yang berada paling pojok, tempat di mana biasanya Gregory bekerja, kemudian pandangannya beralih ke arah ruangan di depannya. Bergegaslah dia menuju ruangan itu. Tanpa mengetuk pintu, Irish langsung masuk begitu saja. Sementara itu Benjamin terus menatap sebuah amplop yang tergeletak dimejanya, jari jemarinya mengetuk-ngetuk di atas meja secara bergantian. Seseorang masuk tanpa mengetuk pin
Baca selengkapnya
Chapter 13. Misunderstanding
HAPPY READING   Pagi itu Alex tampak sudah rapi, dia mengenakan kemeja putih dan celana jeans biru. Sangat cocok dengan wajahnya yang maskulin. "Mau pergi ke mana, kak?" Irish yang heran melihat kakaknya begitu rapi dan wangi diminggu pagi. Weekend yang biasanya dia dan Alex habiskan di rumah dengan bercanda bersama. "Oh ... Irish, kakak akan keluar sebentar." Alex mengedipkan mata kanannya. "Aih ... ganjen!" celetuk Irish. "Ternyata kakak ku ini bisa ganjen juga."  "Ha ha ha ha ...." Alex hanya tertawa mendengarnya. "Kaakk!" panggil Irish manja. "Emmm ...." jawab Alex singkat. "Apakah kak Alex mau pergi berkencan?" tebak Irish, karena dia jarang sekali melihat kakaknya serapi itu dan dengan mimik muka senyam-senyum sendiri. Alex diam menoleh ke arah Irish dan berkali-kali mengedipkan k
Baca selengkapnya
Chapter 14. Jealous?
HAPPY READING    Flashback 2 minggu yang lalu.... "Ben, ada apa?" tanya Duncan memperhatikan Benjamin yang sedari tadi pandangannya menatap lurus ke depan. "Ben, kenapa kau terus menatap hotel di depan sana?" Mike ikut bertanya. "Ah, tidak ada. Hmm ... Mike, hotel apa itu?" tanya Ben. "Hotel itu adalah hotel paling bagus di Leiden. Kenapa kau tanya seperti itu, Ben?" Mike penasaran. "Hotel itu biasa digunakan untuk acara meeting, pertemuan penting para penjabat, bahkan hotel itu punya ruangan khusus untuk acara resepsi pernikahan." Duncan berjalan membawa minuman. "Apa kau mau memesan tempat di hotel itu, Ben?" Mike menoleh ke arah Ben. "Ah tidak, aku hanya bertanya saja." Ben menggaruk-
Baca selengkapnya
Chapter 15. Kemarahan Benjamin
Malam semakin larut. Alex mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hatinya benar-benar sedang bahagia. Senyumnya terpancar di sudut bibirnya ditambah lagi dengan lesung pipi yang semakin membuatnya terlihat sangat manis. Mendadak Alex dikejutkan dengan sebuah mobil silver metalik yang menghadang laju mobilnya. Alex keluar dari mobil, begitupun juga seorang pemuda keluar dari dalam mobil berwarna silver metalik itu. Tanpa pikir panjang pemuda itu langsung mengarahkan kepalan tangannya ke wajah Alexander. "Apa-apaan ini. Siapa kau? Kenapa tiba-tiba kau memukulku?" Alex tersungkur ke belakang, dia memegangi bibirnya yang sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah. "Pukulan itu pantas untuk laki-laki yang suka mempermainkan hati wanita!" ucap pemuda itu. "Apa maksud
Baca selengkapnya
Chapter 16. Kamar Nomor B2 (21+)
Ayana memapah Alexander masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu membaringkannya di sofa. Lalu dia mengambil kotak P3K. Ayana mengobati luka memar pada muka Alexander. "Kau mengenalnya?" Alex meringis menahan nyeri."Dia—putra tunggal pemilik perusahaan tempatku dan Irish kerja," jawab Ayana."Apa? Dia—" Alex terdiam dan akhirnya dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Kenapa kau tersenyum?" tanya Ayana Heran."Aku rasa dia menyukai adikku dan dia tidak mengetahui jika aku ini adalah kakaknya. Mungkin dia cemburu," sahut Alexander."Dia memang menyukai Irish, tapi Irish tidak pernah menanggapinya," jelas Ayana. Alexander memahaminya.
Baca selengkapnya
Chapter 17. Ayana Dipecat?
Benjamin bingung bercampur marah saat mendapatkan dirinya berada di kamar hotel. Lebih mengejutkan lagi setelah mengetahui wanita bernama Anna tertidur lelap di sampingnya. Ben memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.  "Apa yang aku lakukan? Ti-tidak mungkin aku melakukan dengan dia!" Ben menatap Anna. Pemuda itu meremas rambutnya sendiri. Dia pun turun dari ranjang dan meraih pakaiannya. Berdiri berkacak pinggang dan mendongakkan kepalanya. Mengembuskan napas setelah itu menelan saliva-nya sendiri hingga jakunnya naik turun. Ben memakai pakaian, lalu berjalan mendekati ranjang. "Ini pasti jebakan!" Ben meraih tas milih Anna dan dia menemukan sebuah botol berisi serbuk. Ben melirik Anna yang masih tertidur lelap. Sesaat setelah itu atensinya berubah pada benda pipi
Baca selengkapnya
Chapter 18. Calon Istri?
Ayana menatap Irish dengan penuh tanda tanya. Gadis itu dibuat bingung dengan tatapan dari Irish yang tidak seperti biasanya dan Ayana mulai merasa tidak nyaman. "Kau kenapa sih?"  "Aku?" Irish menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa memangnya? Ah, tidak ada apa-apa," balas Irish. "Kalau tidak ada apa-apa, kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Ayana memutarkan gelas yang ada di depannya. "Apa kau masih penasaran dengan kejadian tadi?" lanjutnya bertanya. "Good answer. Pintar sekali!" Irish mendekatkan wajahnya semakin dekat dengan wajah Ayana "Kau ada masalah apa dengan Benjamin?" imbuh Irish. "Hush! Sopan kalau menyebut nama orang. Kalau sampai dia mendengarmu, bisa-bisa kau nanti akan kena amukannya. bagaimanapun juga dia itu adalah Bos-mu," jelas Ay. Irish langsung tertawa mendengarkannya. "Lalu kenapa kalau dia adalah Bos kita? Dia saja tidak pernah menghargai kita, kerjaannya hanya marah-marah terus," dengkus Irish
Baca selengkapnya
Chapter 19. Ancaman Dari Anna
Anna melangkah keluar dari lift saat lift terbuka di lantai tiga. Dia berjalan menyusuri koridor dan berhenti menatap deretan kubikel-kubikel di ruang itu. Ayana menyenggol tangan Irish saat menyadari kedatangan Anna. Irish menoleh ke arah Ayana lalu beralih mengikuti dagu Ayana."Siapa wanita itu?" tanya Irish."Mungkin kliennya si Bos," jawab Ayana. Irish memperhatikan Anna yang masih berdiri dan memperhatikan para pegawai. Lalu dia melangkah dan masuk ke dalam ruangan Benjamin. Irish yang melihatnya mengerutkan dahi."Apa dia benar-benar kliennya?" gumam Irish."Ssstt!" Pamela mengangkat jari telunjuknya dan meletakkannya di bibir. "Yang aku dengar, dia itu calon istrinya Pak Ben.""Calon istri?" Irish menaikan alis kanannya. Ayana langsung mengangkat kepalanya dan menatap ruangan Benjamin. Seketika dia teringat kejadian malam itu. Kejadian yang di mana Ben memukul Alex dan memperingatk
Baca selengkapnya
Chapter 20. Anna Keguguran
"Kau memasukkan apa ke dalam minuman Anna?" Irish dikejutkan dengan suara yang terdengar tepat di telinganya. Degup jantung Irish mendadak berdebar-debar, dia tahu siapa yang ada di belakangnya."Aku tidak memasukkan apa-apa," tukas Irish. Dia menggeser tubuhnya ke kiri untuk menghindari deburan napas dari Ben.Netra Ben terus memperhatikan dan mengekori Irish. Ben mendesah sedikit saat Irish menyenggol sesuatu. Mereka berdua begitu sangat dekat dan berdempetan. Irish justru merasa risih dibuatnya. Dia langsung menyingkir dari posisinya yang berada di dalam kungkungan Ben."Kau mau ke mana?" cegah Ben menarik tangan Irish. Mengembalikan posisi Irish di tempat semula. Membuat Irish merasa terkunci diantara kungkungan kedua tangan Ben."Minggir, aku mau kembali ke meja kerja!" Mendorong tubuh Ben."Kau belum menjawab pertanyaan ku?" Ben mencegah Irish."Kenapa kau suka sekal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status