All Chapters of My Adorable CEO: Chapter 51 - Chapter 60
90 Chapters
Chapter 51. Test-pack
Flashback seminggu yang lalu. Ayana terus memperhatikan sebuah benda yang dia pegang. Binar mata bahagia terpancar saat dua garis merah terlihat. "Aku hamil." Ayana mengusap perutnya beberapa kali. Dia benar-benar bahagia. "Aku harus memberitahukan ini pada Alex." Ayana menyembunyikan benda itu saat akan keluar dari kamar mandi. Ayana melangkah pelan dan melihat Alex yang sedang duduk santai sambil menikmati teh hangat. Ayana berdiri tak jauh dari tempat Alex duduk, sebelum akhirnya Ayana mendekati Alex. Alex menatap heran istrinya yang hanya berdiri menatap dirinya. Alex pun berdiri dari duduknya. Tiba-tiba Ayana memeluk Alex dengan erat.
Read more
Chapter 52. Piknik Bersama
Masih terngiang dalam benak Irish soal syarat yang akan diajukan oleh Benjamin. Namun demikian, sampai sekarang pun pemuda itu belum memberitahukan sama sekali. Rasa penasaran masih membayangi Irish.Siang telah berganti dengan sore, Irish mulai disibukan dengan rutinitas memasak untuk makan malam.Namun, karena pikiran Irish masih terbang melayang memikirkan syarat itu hingga Irish tidak sadar akan sesuatu hal."Kenapa aku mencium bau gosong?" Benjamin menumpuk berkas-berkasnya dan menghampiri Irish yang tengah melamun. "Irish!"Gadis itu langsung tersentak kaget. "Astaga!" Irish menatap Benjamin. "Maaf ....""Sudah terlanjur. Daging sapi ini sudah tidak enak untuk dimakan.""Aku minta maaf, karena m
Read more
Chapter 53. Persiapan Pernikahan
Menjelang hari pernikahan Irish mulai tampak gelisah dan gugup. Gaun pengantin yang di pesan pun sudah jadi.Bahagia bercampur gugup itu sudah hal biasa untuk pasangan kekasih yang akan menikah.Pagi itu Benjamin sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, dia pun belum mengambil cuti sama sekali menjelang hari pernikahannya."Mana bekal makan siang ku, sayang?"Irish membungkus kotak bekal makan siang untuk Ben dan menyerahkannya pada kekasihnya itu."Kenapa kau belum mengambil cuti?" tanya Irish sembari tangannya merapikan dasi yang agak miring."Sebentar lagi, kerjaan di kantor masih banyak," jawabnya dengan langsung mendaratkan kecupan di bibir Irish."
Read more
Chapter 54. Sentuhan Sebagai Syarat
Momen panas dan romantis yang hancur karena bunyi suara perut Benjamin yang kelaparan. Pemuda itu lantas tersipu malu. "Kau belum makan?" "Selera makan ku hilang saat sampai di rumah dan aku tidak menemukan siapapun di rumah," papar Benjamin cemberut. "Maaf. Aku benar-benar lupa memberitahukan ini padamu. Aku—" "Sudahlah. Yang penting aku sudah menemukanmu." Ben menyela kata-kata Irish dan membelai rambutnya. "Kalau begitu, ayo kita turun ke bawah dan makan malam bersama. Aku juga sudah lapar." Irish menggandeng tangan Benjamin. Mereka berdua turun ke lantai bawah menuju ruang makan. Di sana sudah menunggu Paman Ruth dan Bibi Dennisa, Marky, Alex, dan Ayana. Momen yang langka
Read more
Chapter 55. Ingin Menanam Benih
Perlahan kelopak mata nan indah itu terbuka, desiran napas terasa menyentuh kulit wajahnya. Mata itu melihat dengan seksama wajah tampan sosok yang ada di depannya. Sosok seorang pria yang telah menggantikan tempat sang kakak untuk melindunginya. Sosok pria yang kini membuatnya yakin dan percaya. Perlahan tangan kirinya membelai lembut bibir seksi milik pria itu. Irish terkejut saat tangan Benjamin memegang tangan dan mata itu terbuka, menatapnya lekat. Lama mereka saling menatap satu dengan lainnya. Tangan Benjamin mengarahkan tangan Irish ke dadanya yang bidang. "Kau tidak ke kantor?" Irish berusaha mengalihkan suasana. "Tidak. Aku sudah mengambil cuti," jawabnya tanpa senyum dengan sorot tajam menatap Irish.
Read more
Chapter 56. Penyatuan (21+)
Tik ... tok ... tik ... tok ... tik ... tok .... Suasana menjadi hening saat itu, hanya suara denting jarum jam yang terdengar. Irish masih merasa nyaman dalam rengkuhan pelukan Benjamin. Dalam keadaan tidur saling berhadapan dan saling berpelukan. Kedua mata Irish masih terjaga dan menatap wajahnya. "Kenapa kau terus memandangku?" Benjamin membuka kedua matanya karena dia merasa sedang diperhatikan. "Aku tidak bisa tidur." "Biasanya kalau sudah posisi seperti ini, kau akan langsung tidur." Ben kembali mempererat pelukannya. "Aku merasa sangat gugup," lirih Irish. "aku juga merasa takut." "Apa yang kau takutkan?" Benjamin bertanya. "Aku tidak tahu." Irish semakin erat memeluk Ben dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang pria itu. Hening .... Merasa sudah tidak ada aktiv
Read more
Chapter 57. Kiss-Mark (21+)
Malam semakin larut, suasana semakin hening. Tampak kedua sejoli yang masih diam sambil melepas lelah. Benjamin masih mendekap erat tubuh Irish. Gadis berparas cantik dan manis itu terlihat sangat kelelahan. Benjamin menyibakkan rambut Irish yang sedikit basah karena keringat. "Ben, apa kau bisa mencabutnya? Terasa sangat sesak di bawah sana," cicit Irish. Benjamin menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Kenapa kau malah tersenyum." Irish mengernyit bingung. "Aku masih ingin melakukannya sekali lagi." "Apa, kau ini!" Dengkus Irish memukul dada bidang pria itu. "Apa masih sakit?" Benjamin menggerakkan junior kecilnya pelan.
Read more
Chapter 58. Ikrar Janji Suci
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari yang sangat spesial untuk Irish dan Benjamin, dimana mereka berdua akan mengikrarkan janji suci sehidup semati dalam ikatan pernikahan. Resepsi pernikahan yang digelar di hotel Leiden sungguh sangat meriah. Acara hanya dihadiri orang-orang tertentu saja. Kedua sahabat Benjamin, Mike dan Duncan hadir di sana, begitu juga dengan kedua sahabat Alexander yaitu Howie dan Gareth. Benjamin begitu tampan memakai setelan jas berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu sedangkan Irish terlihat sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin warna biru. Gaun pengantin yang dipakai oleh Irish terlihat simple, akan tetapi sangat elegan. "Akhirnya kau menikah juga, Ben," ujar Mike. "Mantan-mantanmu adakah yang diundang ke pesta ini, Ben?" tanya Duncan. "Aku rasa tidak perlu mengundang mereka. Mereka hanya masa laluku. Kalau aku undang mereka yang ada pesta
Read more
Chapter 59. After Mariage
Masih dalam rangka cuti paska menikah, Benjamin dan Irish hari itu kembali ke apartemen untuk mengemas barang-barang yang akan dibawa ke rumah orang tua Ben. Tadinya Benjamin meminta Irish untuk tinggal di rumah saja, tapi gadis itu bersikeras ikut suaminya ke apartemen. Entah kenapa akhir-akhir ini Irish menjadi lebih keras kepala. Di apartemen, keduanya sedikit berbenah dan membersihkan tempat itu. Rencana setelah Benjamin pindah dari sana, dia akan mengontrakkan apartemen itu pada orang lain. Mengingat Benjamin adalah anak semata wayang di keluarga Van De Haan, jadi mau tidak mau setelah menikah dia harus kembali ke rumahnya. Irish dengan cekatan membenahi semua pakaian yang akan dibawa. Dia mengosongkan lemari pakaiannya. Keduanya hanya mengambil pakaian dan beberapa barang penting. "Apa sudah dikemas semuanya?" "Sudah semua. Ayo kita pulang." "Apa kita langsung
Read more
Chapter 60. Bulan Madu yang Gagal
Bulan madu yang didambakan oleh Irish ternyata harus berakhir begitu saja. Irish yang berharap bulan madunya akan seromantis seperti drama-drama korea harus kandas karena Benjamin harus segera kembali ke Belanda. Benjamin mendapat kabar dari ibunya jika sang ayah masuk rumah sakit. Hari itu juga Benjamin dan Irish langsung bergegas terbang pulang ke negeri kincir angin. Begitu sampai di Leiden, mereka langsung menuju rumah sakit tempat Tuan Robi dirawat. "Bagaimana keadaan Ayah, Bu?" tanya Benjamin dengan muka khawatir. "Sudah lebih baik sekarang, tidak ada yang parah. Hanya saja benturan di kepalanya yang menyebabkan Ayahmu belum sadar." "Syukurlah." Benjamin sedikit bernapas lega. "Irish, Ibu minta maaf karena telah merusak bulan madu kalian," ujar Nyonya Elaine menatap Irish dengan sendu. "Tidak apa-apa, Ibu. Bulan madu bisa dimana saja. Yang lebih penting adalah
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status