All Chapters of I'm Hold You: Chapter 51 - Chapter 60
97 Chapters
Sebenarnya ...
“Anetta, ya?” tampak dokter Agus sibuk membolak-balik lembaran kertas berisi status pasien milik Anetta.Bima mengangguk, “Betul, Dok.”Jujur ia begitu cemas luar biasa. Sejak semalam dia terus memikirkan kemungkinan apa yang terjadi pada anak gadisnya dengan kondisi yang demikian. Apakah sebuah penyakit serius? Ada mutasi DNA yang menyebabkan Anetta harus menderita penyakit itu? Bima mencoba mengusir jauh-jauh semua ketakutan itu, ia menantikan dokter Agus selesai membaca lembar status yang dia bawakan ke mejanya.“Sudah kau tengok dia hari ini, Bim?” wajah dokter Agus terangkat, menatap Bima yang berharap-harap cemas sedari tadi.“Sudah, Dok. Kondisi stabil dan baik, hanya saja di kakinya terdapat beberapa memar yang muncul tiba-tiba.” Jelas Bima yang lupa menuliskan hasil follow up-nya pagi tadi.“Memar?” alis dokter Agus terangkat, ia menatap Bima dengan begitu serius.Bima meng
Read more
Hasil Tes
"Kamu siap?"Melinda tercekat. Radit menatap dirinya dengan serius. Mata mereka bertemu, dengan sorot serius. Melinda kembali menitikkan air mata. Membuat Radit memalingkan wajah karena tidak tega melihat wanita itu menangis macam itu. "Siap nggak siap, aku harus siap, kan, Mas?" Melinda meraih tisu, menyeka air matanya sambil berusaha meredakan tangis. "Berat loh, Mel. Kamu harus benar-benar kuat. Setahun-dua tahun, apalagi pas lihat dia nikah, dia hamil, rasanya tuh sakit banget. Sampai pernah rasanya aku pengen ngilang aja gitu dari muka bumi."Melinda menghela napas panjang, Melinda tahu betul hal itu tanpa perlu Radit jelaskan. Baru membayangkan saja hati Melinda sudah sakit sekali, bagaimana kalau dia melihat secara langsung? Ah ... hati Melinda sudah begitu pedih rasanya. Radit menghela napas panjang, Melinda tidak perlu menjawab semua pertanyaan yang tadi dia ajukan. Sorot dan ekspresi wajah Melinda sudah menjawab semua pe
Read more
Pengakuan Bima
"Bim, kamu kenapa?"Tentu dokter Agus panik dan terkejut melihat mahasiswanya menangis sesegukan seperti itu. Ia menatap Bima yang bahunya naik-turun efek tangisnya yang pecah. Apa yang membuat Bima syok dan menangis sesegukan macam itu?Bima belum menjawab, ia masih menangis sesegukan sambil menyeka air mata. Dokter Agus meraih tisu, menyodorkan benda itu ke depan Bima yang langsung menarik selembar tisu dan menyeka air matanya. Dokter Agus dengan sabar menanti, sampai isak tangis Bima sedikit mereda, membuat dokter Agus menghela napas panjang dan kembali mengulang pertanyaan yang sama. "Kamu kenapa, Bim? Ada apa?" kalau hanya terbawa suasana dan kasihan pada pasien mereka, tentu Bima tidak akan menangis seheboh ini, bukan? "Sa-saya mohon, Dok. Saya mohon sekali, tolong selamatkan Anetta, Dok."Dokter Agus mengerutkan keningnya, sungguh berlebihan kalau Bima sampai seperti ini hanya karena prihatin dengan kondisi pasien me
Read more
Panggil Aku Papa!
"Permisi, Bu. Ada titipan, ya?"Vina kontan menoleh, mendapati perawat muda itu masuk ke dalam kamar Anetta. Perawat itu membawa kantung plastik di tangan. Titipan? Titipan apa? "Titipan apa, Sus? Dari siapa?" Ani bangkit, menerima kantung plastik yang disodorkan oleh perawat itu. "Makan siang, Bu. Dari dokter Bima. Tadi kata beliau harus pergi ke laboratorium."Vina tertegun, Bima? Harus ke laboratorium? Apakah hasil tes lab Anetta sudah keluar? Vina kontan bangkit, melangkah turun dari ranjang dan mendekati perawat itu. "Dokter Bima sekarang di mana, Sus?" tanya Vina yang sudah begitu penasaran dengan hasil tes lab Anetta. Apa yang sebenarnya tengah Anetta derita. "Wah kalau itu saya nggak tahu, Bu. Tadi cuma pesan begitu sama saya."Vina menghela napas panjang, "Terima kasih banyak kalah begitu, Sus.""Kalau begitu saya permisi, Bu."Vina menatap kepergian perawat itu. Setelah sosok itu keluar,
Read more
Massive Bleeding
“Kamu benar-benar belum bisa menentukan apa penyakit Anetta, Mas?” Vina masih belum puas dengan jawaban demi jawaban yang keluar dari mulut Bima, firasatnya mengatakan bahwa sebenarnya Bima tahu sesuatu dan tengah menyembunyikan sesuatu darinya saat ini.“Bukan aku yang berhak menentukan, semua ada di tangan dokter Agus selaku pediatric senior, Vin. Aku masih dalam tahap pendidikan, kau ingat?”Vina menghela napas panjang, “Aku ingat, tapi setidaknya ilmu yang kamu pelajari sampai detik ini tentu bisa membantumu sedikit mengetahui apa yang terjadi pada Anetta.”“Ada kelainan genetik, Vin. Itu dugaanku sementara.”Vina terperajat mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Bima. Ada kelainan genetik? Kelainan yang seperti apa? Selama ini Anetta sehat. Sangat sehat! Vina selalu memantau betul perkembangan anak gadisnya. Vaksin Anetta pun lengkap. Dia ASI sampai usia dua tahun dan selama ini semua nampak bai
Read more
Saya Ayahnya, Dok!
"Bim, boleh Mama tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada Anetta?"Bima tercekat, ia yang tengah meremas lembut tangan Anetta yang kini sudah terlelap itu lantas menundukkan kepala. Sudah pasti dia akan dikejar pertanyaan itu. Tadi Vina, sekarang nenek Anetta. Harus Bima jawab apa?"Para dokter masih perlu tes laboratorium yang lebih spesifik, Ma. Jadi sabar ya, nanti kalau semua tes sudah selesai dan keluar hasilnya, Bima pasti akan kasih tahu Mama sama Vina."Bisa Bima lihat bahwa wajah itu sontak berubah sedu. Matanya memerah membuat Bima yakin setelah ini dia akan dicecar banyak pertanyaan lagi perihal kondisi Anetta. "Penyakitnya parah, Bim? Kenapa Mama rasa mimisan ya itu tidak seperti mimisan pada umumnya." kembali Ani bersuara, membuat Bima rasanya ingin segera menyingkir dari sini. "Sebagai orang awam, Mama bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Anetta, Bim. Pendarahannya luar biasa hebat dan sulit sekali mampet."Bim
Read more
Curi Dengar
Melinda terkejut ketika mendapati Radit muncul dan melangkah ke arahnya. Sudah jam pulang, dia tengah menunggu Bima menjemput, ya walaupun tidak ada komunikasi di antara mereka seharian ini, tapi bukakah biasanya Bima tidak pernah lupa menjemput dirinya pulang kerja. Ya kecuali kalau pekerjaan di rumah sakit benar-benar tidak bisa ditinggal. "Mas belum balik?" tanya Melinda ketika Radit lantas berdiri di sebelahnya. "Kamu sendiri belum pulang? Kenapa masih di sini?" bukan jawaban yang Melinda dapatkan, melainkan pertanyaannya yang sengaja seperti dilempar balik padanya oleh Radit."Ya nunggu jemputan lah, Mas. Apa lagi?" Melinda tertawa kecil, membuat Radit ikut tertawa di sisinya. "Sudah dalam perjalanan? Coba hubungi dulu suamimu."Melinda tercekat. Benar juga! Kenapa Melinda tidak mencoba menghubungi terlebih dahulu? Apa benar Bima akan menjemputnya? Kenapa Melinda bisa GR sekali? Terlebih sikap Bima berubah total akhir-akhir i
Read more
JELASKAN, BIM!!!
Vina menoleh ketika suara derit pintu itu menyapa telinga, nampak Bima muncul dengan tas yang dia bawa. Anetta terlihat mengerutkan dahi, Vina tahu apa sebabnya, karena sejak pengakuan Bima, Anetta masih belum percaya dan masih bertanya banyak hal perihal Bima. "Hai Sayangnya, Papa. Udah makan?" sapa Bima yang langsung mendekat dan mengelus kepala Anetta. Hanya anggukan kepala yang menjawab pertanyaan Bima, membuat Bima tersenyum getir dan mengalihkan pandangannya ke arah Vina. "Mama udah balik, Vin?" sebenarnya tanpa perlu Bima tanyakan, dia sudah tahu bahwa di ruangan itu hanya ada Vina dan Anetta, tapi ia perlu mempertanyakan itu karena jujur dia belum punya topik pembicaraan yang bagus untuk memulai obrolan. "Sudah, beberapa menit yang lalu. Mas beneran nggak apa-apa nemenin aku di sini sama Neta?" tanya suara itu yang mulai lembut, entah karena ada Anetta di sini atau memang Vina sudah mulai bisa menerima kehadiran Bima, Bima
Read more
JELASKAN, BIM!!! (2)
"Mau mampir makan dulu?"Sebuah pertanyaan yang jujur Melinda harapkan keluar dari mulut Radit. Seperti biasa, jika Bima tidak di rumah, Melinda begitu malas rasanya berdiam diri di rumah. Semua obrolan yang terjadi seperti menyudutkan dirinya, menyindir ketidak kemampuan Melinda mewujudkan apa yang mertuanya itu inginkan. Padahal, siapa sih yang tidak ingin punya anak? Siapa yang tidak ingin hamil? Melinda rasa, hanya wanita penganut paham child-free yang tidak ingin merasakan dua hal paling indah dalam hidup seorang wanita, yaitu hamil dan melahirkan. Melinda ingin dua hal itu terjadi kepadanya, tapi apa yang terjadi? Takdir membawanya jauh dari impian semua wanita di dunia. "Boleh, Mas. Tahu sendiri, kan? Aku nggak betah di rumah." jawab Melinda dengan segera. Radit terkekeh, dia hanya menoleh sekilas, menatap Melinda yang nampak lesu sore ini. Radit merasakan bahwa semenjak menikah, Melinda tampak begitu tertekan, dan fa
Read more
JELASKAN, BIM!!! (3)
"Papa kenal sama Levina?" Bima terkejut luar biasa ketika mendapati ternyata antara Vina dan sang papa sudah saling kenal. Apakah ini suatu kebetulan? Atau apa? Bima bergantian menatap dua orang yang masih nampak terkejut satu sama lain itu. Ah ... bukan hanya Andi dan Vina yang terkejut setengah mati, tetapi Bima juga!  Dari mana mereka bisa saling kenal? Atau jangan-jangan ...  "I-ni anakmu, Vin?" tanya Andi yang masih belum percaya.  "Be-betul Dok. Dokter itu pa-papanya Mas Bima?" wajah Anetta benar-benar terkejut, Bima bisa membaca keterkejutan itu dari tempatnya duduk.  "Ya ... saya ayahnya, Vin." jawab Andi yang belum mau melepaskan Anetta dalam dekapan tubuhnya. "Jadi dulu bayi di perina yang tiap pagi selalu saya tengok dan gendong itu cucu saya sendiri?" tanya Andi dengan hati yang begitu pedih.  Bima terperanjat, ia menatap papanya yang nampak masih begitu syok itu. Jadi dulu bahkan papanya bahkan sud
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status