All Chapters of I'm Hold You: Chapter 41 - Chapter 50
97 Chapters
Aku Lelaki Itu (2)
Vina hendak bangkit, namun tangan Bima lebih gesit mencekal tangan Vina dan membuatnya tidak bisa pergi dari sisi Bima. "Yang kamu sebut anak saya, itu anak saya juga, Vin." Bima menatap Vina dengan mata berkaca-kaca, sorot mata Vina begitu tajam. Bima paham dan mengerti kenapa Vina bisa sebenci itu terhadapnya. Bukan salah Vina kalau dia benci dengan Bima. Semua ini murni kesalahan Bima yang begitu pengecut dan pengundang! Dia laki-laki banci! "Anak saya? Dokter ngilang pagi itu ninggalin saya yang hancur lebur bahkan sampai nekat mau bunuh diri ketika testpack saya positif, dan sekarang begitu saya sudah berhasil dan bisa melewati semua hal gila yang terjadi dalam hidup saya, dokter tiba-tiba datang dengan entengnya bilang kalau Anetta itu saya Dokter?" Vina nampak begitu emosi, namun Bima sangat bersyukur Vina masih bisa mengendalikan emosi dan dirinya, hingga dia tidak berteriak keras sekarang ini.Air mata Bima menitik, semua yang V
Read more
Saya Serius!
Vina terduduk di balik pintu kamar mandi sambil terus terisak. Untung lantai kamar mandi kering, kalau tidak bisa dipastikan daster Bali yang dia kenakan basah kuyup.Dia masih begitu syok dengan kenyataan apa yang dia temui. Beberapa saat yang lalu, Vina berkali-kali menciumi, menghirup aroma jas putih berlumuran darah itu sambil berusaha tetap positif thinking, menepis semua dugaannya perihal dokter Bima. Tapi apa yang terjadi sekarang? Lelaki itu bahkan secara terang-terangan mengaku bahwa dialah lelaki yang memperkosa Vina malam itu! Vira menumpahkan semua air matanya. Dada Vina terasa begitu sesak efek air mata yang dia tumpahkan. Pandangannya kabur oleh air mata. Entah dia harus bahagia atau bersedih, yang jelas hari ini, dia begitu syok luar biasa. "Bagaimana bisa?" suara Vina bahkan hampir hilang tertimbun isak tangis. Dia masih belum percaya seratus persen lelaki yang nampak begitu sopan dan berwibawa itu mampu melakukan hal yang begitu rend
Read more
Saya Serius (2)
Bima melangkah mendekat ranjang itu. Air mata kembali menitik. Sebuah kesepakatan sudah dia buat bersama Ani. Bahwa semua kunci jawaban dari permintaan Bima adalah Vina. Jangan lupakan permintaan Ani yang membereskan urusan Bima dengan sang isteri jika dia benar-benar ingin menikahi Vina. Ani tidak mau anaknya jadi istri muda, istri kedua atau entah apapun itu namanya. Bima menyanggupi semua. Demi Anetta, Bima sudah bertekad akan melakukan apapun, termasuk hendak melepaskan Melinda. Tangan Bima terulur, mengelus pipi gembul gadis yang terlelap begitu nyenyak di atas ranjang. Pipi itu begitu lembut, halus dan kenyal. "Hai Sayang, ini papa." bisik Bima lirih lalu menjatuhkan sebuah kecupan di puncak kepala Anetta. Siapa yang menyangka bahwa Bima ternyata punya gadis kecil secantik ini? Sekian lama menanti, ternyata Bima sudah mendapatkan apa yang dia impikan selama ini. Seorang anak. "Apakah dia pernah menanyakan ayahnya
Read more
Kita Perlu Bicara!
"Ma, kenapa Mama pakai bikin perjanjian macam itu sih?" Vina melangkah keluar dari kamar mandi begitu yakin lelaki itu sudah keluar dari kamar inap Anetta. Ia mendekati sang mama yang nampak merenung duduk di kursi makan yang berada tidak jauh dari ranjang Anetta. Apa yang mamanya itu pikirkan? Tentu permasalahan pelik yang tiba-tiba menyapa mereka hari ini. Tentang siapa sebenarnya ayah dari Anetta dan apa yang lelaki itu inginkan sekarang ini. Ani mengusap wajah dengan kedua tangan, dengan anggukan kepala, ia memberi kode Vina agar duduk di sebelahnya. Vina yang paham akan kode itu langsung duduk di sisi sang mama, hendak kembali mengajukan protes perihal syarat dan perjanjian yang sudah mamanya buat dengan lelaki itu. "Mama rasa, kamu perlu mempertimbangkan un--.""Ma!" potong Vina cepat. "Mama mau Vina nikah sama lelaki yang udah memperkosa Vina? Mama mau Vina melakukan itu, iya?" Vina menatap nanar sang mama. 
Read more
Plin-plan
Melinda tertegun di tempatnya duduk. Ia menatap bayangan Bima yang lantas menghilang di balik pintu kamar mandi. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan? Mendadak perasaan Melinda menjadi tidak enak. Apa yang hendak Bima bicarakan? Meminta dia berhenti bekerja seperti apa yang tadi Anita minta kepadanya ketika makan malam? Tapi untuk apa? Bekerja atau tidak, nasib Melinda tetap sama! Dia kesulitan, bahkan sama sekali tidak bisa hamil. Jadi untuk apa dia berhenti bekerja dan 24 jam berada di rumah ini? Menyerahkan diri untuk gila perlahan-lahan? Melinda hendak cari mati? Melinda mendesah, ia meletakkan ponsel di atas nakas. Bergegas bangkit dan melangkah menuju lemari pakaian. Menyiapkan pakaian seperti yang tadi Bima perintahkan kepadanya. Hati Melinda sama sekali tidak tenang, apa yang ingin Bima bicarakan kepadanya? Perihal apa? Apakah Bima hendak .... "Ah tidak!" Melinda menggeleng kuat-kuat. "Tidak mun
Read more
I Feel You
"Mas pengen ngomong apa?" Melinda lebih dulu buka mulut setelah Bima terus bungkam sejak dia keluar dari kamar mandi dan kini sudah terbaring di atas ranjang bersamanya.Bima menoleh, menatap Melinda dengan seksama. Sebuah sorot mata yang entah mengapa membuat hati Melinda makin risau dan dia semakin yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi. Tapi apa?"Bagaimana di rumah? Mama masih sering ngomong macam-macam?"Melinda memaksakan diri tersenyum. Pertanyaan macam  apa itu? Kenapa pertanyaan itu Bima tanyakan padahal Bima tahu betul apa penyebab Anita selalu membahas hal tersebut."Tentu masih, Mas. Mas tahu, kan, bagaimana cara membuat mama berhenti bertanya dan ngomong macam-macam itu apa?" Melinda balik bertanya, sekuat tenaga menahan tangis karena jujur ia sudah lelah menangis ketika membahas hal ini.Terdengar desahan panjang keluar dari mulut Bima. Sebuah suara yang membuat Melinda menoleh dan menatap Bima dengan seksama. Tampak Bima menatap l
Read more
Tentang Hati
Melinda dengan susah payah membuka mata, hendak membangunkan Bima. Namun ketika matanya terbuka, Melinda terkejut mendapati Bima bahkan sudah selesai mandi dan sudah dengan pakaian dinasnya. Setelan scrub berwarna abu-abu dengan jas putih yang masih tergantung di pintu lemari.  "Mas, sudah bangun?" sebuah pertanyaan basa-basi yang spontan meluncur dari mulut Melinda. "Sudah, kamu berangkat sendiri tidak apa-apa, kan, Mel?" Bima yang nampak tengah menata rambutnya dengan pomade menoleh, menatap Melinda yang duduk di atas ranjang dengan wajah setengah mengantuk.  "Oke, tidak masalah." Melinda tersenyum simpul, dia tahu ada sesuatu yang tengah suaminya itu sembunyikan. Tapi apa?  Bima tidak lagi bersuara, fokus menata rapi rambutnya. Menyemprotkan parfum lantas kemudian meraih snelli miliknya.  "Aku berangkat, Mel. Kamu hati-hati, jangan lupa sarapan." Bima tersenyum, meraih ponsel berserta perintilan yang lain lalu melangkah
Read more
Pelik
"Kalau Dokter bilang papa Anetta masih hidup, apa yang hendak Anetta katakan?"Bima menatap mata yang menatapnya tanpa berkedip sejak tadi. Jantung Bima berdegub kencang, berharap-harap cemas dengan jawaban yang akan keluar dari mulut gadis kecilnya. Apa tanggapan dia ketika tahu Bima-lah ayah kandungnya selama ini. "Saya ini papa kandung kamu, Anetta. Saya papa kamu!" kembali Bima menegaskan siapa dirinya, matanya berair, ia benar-benar menantikan kalimat pertama yang keluar dari mulut Anetta setelah tahu bahwa Bima adalah ayah kandungnya. "Dokter nggak lagi bohong, kan?"ClessHati Bima seperti ditusuk sembilu. Bohong? Untuk apa Bima berbohong? Namun Bima sadar, dia paham kenapa Anetta sampai bertanya hal seperti itu kepadanya. Kemana Bima selama ini? Di saat dia sibuk bertanya pada sang mama perihal siapa ayah kandungnya, di mana keberadaannya, Bima di mana? Dan sekarang mendadak Bima muncul dan mengatakan bahwa dia adalah ayah kandu
Read more
Kau Bisa Apa?
"Kita bicarakan semuanya nanti, aku harus follow up beberapa pasien dan stand by IGD. Nanti makan siang aku balik." Bima sudah cukup pusing sejak tadi terus diserang Vina. Meskipun Bima tahu, Vina berhak dan pantas meluapkan semua emosinya.Vina melengos, ia melangkah menuju ranjang Anetta yang sejak tadi terus mengawasi. Membuat Bima kembali menghela napas panjang untuk mengisi stock sabarnya."Vina memang seperti itu, jadi saya har--.""Bima ngerti, Ma." potong Bima cepat. "Boleh Bima panggil mama, kan?"Bisa Bima lihat wanita paruh baya itu terkejut setengah mata dengan permintaan yang Bima ajukan. Matanya menatap Bima dengan tatapan tidak percaya, membuat Bima tersenyum dan mengangguk pelan."Ibu adalah mama Vina, ibu dari anak Bima. Jadi boleh, kan, Bima panggil mama?" kembali Bima mengajukan permintaan itu, membuat Ani lantas tersadar dari keterkejutannya."Sebelumnya boleh saya tanya, Dokter Bima?" Ani memasang wajah serius, meskipun
Read more
Sebuah Keputusan
“Kamu bisa menolak sekarang, Vin. Tapi kalau Anetta yang minta, kamu masih mau nolak? Dia butuh aku, Vin. Ingat itu baik-baik!”Vina membelalakkan matanya, menatap Bima dengan tatapan tidak suka. Apa katanya? Anetta butuh dia? Setelah pergi dan cuci tangan, sekarang Bima mendadak muncul dan dengan enteng bilang kalau Anetta butuh dia?“Siapa bilang Anetta butuh kamu? Toh selama ini dia hidup bertiga denganku dan mama, dia baik-baik saja tanpa kamu!” tukas Vina yang tidak terima Bima dengan begitu enteng berkata demikian.“Terlepas dari kesalahan bodoh dan semua dosa yang aku lakukan, dia tetap butuh aku sebagai figur ayah, Vin. Tolong jangan egois!” Bima mengerti Vina begitu marah kepadanya, tetapi tidak lantas dia kemudian bersikap seperti ini.“Egois? Kau pikir pergi begitu saja setelah menghancurkan hidupku, itu tidak egois?”Bima terbungkam. Seperti biasa ketika kalimat dan kejadian itu yang Vina
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status