All Chapters of I'm Hold You: Chapter 71 - Chapter 80
97 Chapters
Talak Aku!
“Mas ... kenapa?” Melinda benar-benar tidak kalut, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa suaminya malah jadi begini?Melinda yakin, ada sesuatu hal yang Bima sembunyikan darinya. Tapi apa? Melinda sama sekali tidak memalingkan wajah, masih menatap wajah Bima dengan saksama dan berharap jawaban yang dia ingin dengar bisa sesegera mungkin meluncur keluar dari mulut sang suami.“Aku sudah berkhianat padamu, Mel. Berkhianat bahkan jauh sebelum kita menikah. Aku minta maaf.” Desis Bima yanng sontak membuat Melinda terbelalak.Jantung Melinda rasanya seperti mau lepas. Ia mencoba menafsirkan semua kalimat itu dalam satu kesimpulan yang mendekati, dan semua itu berujung pada suatu dugaan yang begitu pedih menusuk hatinya.Bima bilang kalua dia berkhianat? Jauh sebelum mereka menikah? Apakah itu artinya ...“Aku ada hubungan dengan wanita lain, Mel. Meskipun hanya kisah satu malam, tetapi dari hubungan satu malam itu meninggalka
Read more
Reason
Melinda menghela napas panjang, ia menatap lelaki yang perhari ini sudah tidak lagi menjadi suaminya, ya ... Meskipun perceraian mereka belum disahkan secara negara. Bima nampak masih menundukkan wajah, setelah kalimat itu keluar dari mulutnya, tidak ada lagi percakapan apapun yang terjadi. Mereka membisu diam di meja makan. "Kau berangkat jam berapa, Mel? Mau aku antar?" Bima lebih dulu buka suara setelah sekian lama mereka diam dalam pikiran masing-masing. Melinda tersenyum simpul, meraih gelas susunya lalu meneguk isi yang sejak tadi dia abaikan. "Kamu tidak berangkat kerja memangnya? Tidak perlu mandi dan lain-lain dulu?" Melinda menjawab, menatap Bima yang masih diam di tempatnya duduk. "Aku sudah mandi sejak subuh tadi. Bagaimana? Mau aku antar? Untuk yang terakhir kalinya."'Untuk yang terakhir kalinya ....'Melinda kembali tersebut getir, ya Bima benar! Mungkin ini akan menjadi saat terakhir kalinya Melinda di
Read more
Reason (2)
Vina hendak melangkah ke minimarket ketika suara itu memanggilnya dengan begitu keras. Vina menoleh dan mengerutkan kening ketika sosok itu melambaikan tangan dan berlari ke arahnya."Mau kemana?" tanya Bima ketika sudah berada di dekatnya."Beli camilan, kenapa?" Vina bosan hanya diam saja, oleh karena itu dia bertekad menyelesaikan skripsinya sambil menunggui Anetta, jadi tentu saja dia butuh camilan untuk menemani pengerjaan tugas akhir penentuan hidup dan matinya di universitas."Sudah sarapan?" bukannya menjawab, Bima malah balik bertanya, membuat Vina tersenyum simpul sambil menghela napas panjang."Belum, ini mau cari sekalian." Vina memang belum makan, Ani hanya bawa dua porsi nasi uduk dan dia lebih memilih membaginya dengan calon besan daripada dengan anaknya ini."Sarapan sama-sama, yuk?" Bima meraih tangan Vina menariknya kembali masuk ke gerbang rumah sakit."Ehh ... mau kemana?" Vina sedikit terkejut, tapi entah mengapa dia tid
Read more
Forgive
Bima menatap Vina yang tengah asyik menyantap sepiring nasi rames yang dia pesan di kantin rumah sakit. Bima sendiri hanya memesan secangkir kopi dan memilih untuk menikmati wajah yang sudah begitu lama dia cari.  Semakin lama, Bima semakin sadar bahwa Vina benar-benar mampu mencuri dan mengalihkan dunia Bima seketika.Memang terdengar kejam, terutama untuk Melinda, tetapi Bima tidak bisa memungkiri bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada Vina bukan karena dia sudah memberikan seorang anak untuk Bima.“Laper banget apa doyan?”goda Bima sambil tersenyum jahil.Vina lantas mengangkat wajah, menatap Bima dengan mulut setengah terbuka yang penuh dengan nasi. Dengan segera dia mengunyah nasi di dalam mulutnya, menelan nasi dengan susah payah lalu memanyunkan bibir.“Laper bin doyan, kenapa?” sembur Vina lalu kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut.Bima terkekeh, anak muda zaman sekarang memang beda, ya? Ia menopang dagu, masih
Read more
Stronger!
Melinda masuk ke dalam kamar. Matanya menatap nanar kamar yang selama ini menjadi tempat dia pulang dan melepaskan penat. Tempat di mana dia dan Bima selalu menghabiskan waktu mereka bersama dengan begitu intim.Sekali lagi Melinda menitikkan air mata, dadanya mendadak sesak. Rencana awalnya tadi adalah mengemasi barangnya dan segera angkat kaki malam ini juga dari rumah ini. Namun Anita melarang, Anita mati-matian tidak mengizinkan Melinda pulang malam ini.‘Tidak! Tidur sini malam ini, Mel. Biar besok Mama sama Papa dan Bima yang antar kamu. Kamu tidak boleh pulang sendirian.’Melinda menghela napas panjang, menyeka air mata dan melangkahkan kaki mendekati ranjang. Ia menjatuhkan diri di kasur itu. Kasur dengan harga puluhan juta yang selama ini begitu nyaman membantunya menghabiskan malam.“Kuat, Mel! Kamu kuat!” desisnya mencoba kembali menata hati.Lampu kristal yang tergantung di langit-langit kamar memantulkan cahaya
Read more
Kisses
"Belum selesai?" Bima duduk di sisi Vina yang masih sibuk dengan buku-buku dan laptopnya. Anetta sendiri sudah dia tidurkan di ranjang setelah sang nenek berkali-kali protes. Kini gadis cantik kesayangan Bima itu berganti tidur dalam pelukan sang nenek. Tampak begitu damai dan bahagia. "Belum, Mas udah capek gendongnya?" Tanya Vina sarkas, ia sama sekali tidak menoleh ke arah Bima, membuat lelaki itu sontak tertawa lirih. "Belum, kamu mau digendong juga?" Tanya Bima setengah menggoda.Vina menoleh, menatap Bima yang nyengir lebar menatapnya itu. Sebuah cubitan Vina lemparkan pada perut lelaki yang entah mengapa kini mampu menghapuskan hampir sebagian kebencian yang pernah Vina miliki untuknya.Bima tergelak, hampir saja ia berteriak kalau saja Ani tidak memberi kode. Tangan Vina masih mencubit perutnya membuat Bima menatap ke dalam mata itu. "Lepas dong! Sakit!" Mohon Bima sambil meringis. "Nggak! Harusny
Read more
Apakah?
"Mas kenapa?"Bima tidak langsung menjawab, ia malah menundukkan kepala, melangkah mendekati sofa lalu menjatuhkan diri dan memeluk Vina dengan begitu erat. Tangisnya pecah, ia terisak lirih dengan bahu naik turun. Vina tertegun, apa yang sebenarnya terjadi? Padahal beberapa saat yang lalu, Bima begitu jahil menggodanya. Kenapa sekarang dia macam anak kecil kehilangan mainan? "Mas? Kenapa sih?" Tentu Vina sangat penasaran, apa yang membuat lelaki itu menangis sesegukan seperti ini? Bima mengangkat wajahnya, menatap Vina dengan mata berurai air mata. Bima menghirup oksigen banyak-banyak, membuat Vina melongo tidak mengerti. Apa yang terjadi? Kenapa Bima jadi seperti ini?"Aku gagal, Vin. Aku gagal!" Desisnya disela-sela isak tangis, sebuah pengakuan yang kembali membuat kening Vina berkerut. Gagal? Gagal yang bagaimana? "Maksudnya?" Tentu Vina penasaran, baru beberapa saat dia tertidur dan Bim
Read more
Pulang!
"Ma, Bima izin pulang dulu." Izin Bima pada Ani yang tengah memakaikan baju pada Anetta yang baru saja selesai mandi. Ani menoleh dan tersenyum, mengangguk pelan sebagai tanda persetujuan sambil berhati-hati memasukkan lengan baju Anetta ke botol infus. "Semoga lancar ya, Bim. Mama doakan semoga semua masalahmu selesai dengan baik tanpa menimbulkan masalah baru." Tentu itu yang Ani doakan, Bima hendak ke rumah mertuanya, membahas perihal gugatan yang hendak dimasukkan ke pengadilan agama dan tentu saja mengantarkan Melinda kembali pada kedua orang tuanya. "Amin, Ma. Bima juga berharap demikian." Bima tersenyum, mengelus lembut kepala Neta yang nampak segar dan begitu wangi selepas mandi. "Papa mau kemana?" Tanya Neta dengan mata membulat. "Pulang ke rumah oma Nita dulu, oke?" Bima tersenyum, cantik sekali anak gadisnya ini! "Ikut!"Sebuah permohonan dengan puppy eyes yang sontak membuat Bima membeku
Read more
Kalian Yakin?
"Kamu sudah yakin, Mel?" Madi menatap anak bungsunya, nampak dia sejak tadi menunduk, menghindari tatapan semua orang yang ada di sini. Semua saling pandang, hanya Bima yang serius menatap Melinda yang nampak masih membisu setelah mama dan papanya menjelaskan semua masalah yang terjadi di antara mereka. Semuanya sudah dibuka dan dibahas bersama. Tidak ada lagi rahasia malam ini. "Tidak mencoba tetap menerima suamimu dengan kesalahan apa yang sudah dia perbuat? Setidaknya kalian tidak perlu bercerai."Bima yang sejak tadi mengarahkan pandangan ke arah Melinda sontak menoleh dan menatap Madi dengan tatapan terkejut. 'Tidak perlu bercerai?'Kenapa Madi sepertinya tidak rela Melinda bercerai dari Bima? Dia lebih rela anaknya dimadu? Begitu? Bima hendak buka suara, menolak keras permintaan itu jika memang Madi lebih ingin anaknya dimadu daripada dicerai. "Tentu Melin serius, Pa. Melin sudah pikirkan ini sejak lama. Ini kep
Read more
Yess, I Wil!
"Belum tidur?" Bima terkejut ketika mendapati Vina masih terjaga susu di depan laptopnya. Wajah itu mendongak, menatap Bima lantas menyunggingkan senyum tipis, "Aku pikir kamu tidak kesini." Bima tertawa kecil, "Kebiasaan ya? Tiap ditanya bukannya jawab malah balik tanya!" Bima menjatuhkan diri di sofa, menatap mata Vina yang membulat menatapnya itu. "Aku kan--."Bima tidak menanti Vina menyelesaikan kalimatnya, ia meraih tubuh itu dan mendekapnya erat-erat. Aroma rambut itu benar-benar dahsyat! Hanya dalam beberapa detik saja aroma rambut itu mampu membakar Bima seketika. "Semuanya sudah selesai. Besok berkasnya masuk, Vin." Bima mempererat pelukannya, menghirup aroma rambut itu dalam-dalam. Kenapa dia begitu lemah seperti ini? "Iya kah? Orang tuanya tidak protes dengan apa yang sudah terjadi?" Vina sendiri tidak berniat melepaskan diri, entah mengapa dada itu begitu nyaman untuk Vina membenamkan wajah. Bau par
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status