All Chapters of You're My Destiny: Chapter 21 - Chapter 30
93 Chapters
Part 21, Hanya Salah Paham
Tn. Han tersentak. Tidak menyangka akan mendengar penolakan yang begitu lugas dari Yoo Ill. Dia mengerti jika hubungan mereka memang tidak pernah berjalan harmonis. Namun, ia juga tidak sepenuhnya siap dengan jawaban Yoo Ill yang terdengar begitu menyakitkan di telinganya.“Apa? Waeo? Oh ... itu pasti karena sikap ayah yang sudah keterlaluan selama ini, ya? Ya, ya, ayah mengerti. Ayah tidak akan memaksamu untuk memaafkan ayah sekarang ini. Hanya saja tolong beri ayah kesempatan untuk menjadi ayah yang baik ke depannya," ujar Tn. Han, mengambil kesimpulan dengan wajah muram.Meski kecewa dengan jawaban Yoo-ill, Tn. Han berusaha untuk tetap berbesar hati. Bagaimana pun ia sudah bertekad akan memulihkan hubungannya dengan putra satu-satunya itu. Tapi tetap saja, tengorokannya terasa tercekat. Seolah ada gumpalan besar yang memicu kelenjar air matanya untuk berproduksi lebih cepat. Sepasang mata Tn. Han mulai berkaca-kaca.“Tidak, aku tidak akan
Read more
Part 22, Dunia ini Memang Sempit
Yoo Ill tidak langsung menjawab pertanyaan Windi. Dia tetap diam tanpa melepaskan pandangannya dari Windi. Windi tidak menyangka jika dirinya akan bertemu Yoo Ill di rumah itu. Sejumput kecurigaan muncul di hati Windi. Dia ingin menanyakan lebih banyak, namun ia mendengar suara Tn. Han memanggil namanya. Ia pun berlalu dari hadapan Yoo Ill. “Windi-ssi? Kau sudah bangun? Kesinilah! Bagaimana keadaanmu? Masih ada yang sakit?” Tn. Han bangkit dari duduknya dan menyambut Windi. “Hmm ... aku ... baik-baik saja. Terimakasih. Ngg ... Ahjussi, boleh aku meminta album foto yang tadi? Aku ingin membawanya pulang ke Indonesia,” pinta Windi penuh harap. “Oh ... album tadi? Tentu saja, itu adalah milik kamu. Dan jangan lupa saham itu juga milik kamu,” sahut Tn. Han mengingatkan. “Ngg ... untuk saham itu aku tidak mengerti, jadi aku belum bisa menerima
Read more
Part 23, Rindu yang Menyiksa
“Astaga, betapa sempitnya dunia ini. Berarti dia adalah sosok ayah yang kamu bilang otoriter itu? Ckckck ... kamu pasti anak yang durhaka,” ujar Windi dengan nada pura-pura menuduh. “Hmm ... itu kan dulu. Sekarang dia berubah, dan aku juga berubah. Kami berubah berkat seseorang,” balas Yoo Ill sambil menatap lurus ke arah Windi. Windi masih tidak paham dengan bahasa tubuh Yoo Ill justru kembali bertanya. “Oh ya? Siapa?” tanyanya lugu.“Kamu,” jawab Yoo Ill to the point“Apa? Aku? Ah ... kamu pasti bercanda,” sanggah Windi tidak percaya. Emangnya siapa aku kok bisa merubah orang lain? Gumam Windi dalam hati. “Tidak, aku serius. Kamu adalah angin yang menghembuskan perubahan dalam keluarga kami. Terimakasih, Windi. Terimakasih banyak,” kata Yoo Ill lagi dengan mimik serius. “Yea.. aku ga sehebat itulah.
Read more
Part 24, Kotak Pandora (lagi?)
Windi duduk santai di rumah kost-nya. Meskipun tadi sudah berjanji kepada Fina untuk tidak lagi memendam rasa kecewa kepada Yoo Ill. Tapi hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Dia masih saja merasa kecewa. Tapi kali bukan karena kebohongan Yoo Ill. Tapi karena alasan lain. Windi kecewa Yoo Ill tidak mengiriminya surel seperti yang ia janjikan. Yoo Ill juga tidak menelpon menanyakan kabarnya. Apa dia lupa dengan permintaan pertemanan mereka saat di halte ? Lamunan Windi buyar ketika merasakan kantung celananya kanannya bergetar. Ada panggilan masuk di ponselnya. Dari Oom Faris? Ada apa, ya? tanya Windi dalam hati. Penasaran karena tidak biasanya Oom Faris meneleponnya secara langsung. Biasanya kalau ada yang ingin dibicarakan dia hanya menitip pesan lewat Fina. Kali ini pasti ada hal penting, batin Windi. “Halo, selamat sore, Oom,” jawab Windi sopan.“Sore, Win. Kamu sedang sibuk gak ?” tanya Oom Faris setelah men
Read more
Part 25, Kebodohan Windi
“Tentu saja tidak, meski berusaha berkelit tapi dia tidak bisa lolos dari hukum. Terlebih lagi namanya memang telah masuk dalam daftar DPO. Setahu Oom dia dihukum penjara belasan tahun gitu,” jawab Faris. “Cih ... menghancurkan kehidupan seseorang hanya dihukum belasan tahun penjara? Ga adil banget,” protes Windi sinis.           “Yah, begitulah hukum di negeri kita ini Windi. Kita bisa apa? Apa lagi Oom yang saat itu masih seorang pelajar. Mana bisa bersuara,” sesal Faris. “Trus bagaimana Oom bisa tahu kalo Windi anaknya ... teman Oom itu ?”“Tuhan itu punya caraNYA sendiri dalam  membuka sesuatu. Oom baru tahu Fani itu telah menikah dengan WNI keturunan Korea ketika Tn. Han meminta bantuan mencari keberadaanmu,” jawab Faris lagi. “Berarti itu ? Pasca kejadian kecelakaan it
Read more
Part 26, Come and Hug Me
“Apa?! Lu gila? Jadi ngapain aja lu selama seminggu di sono?” tanya Fina kaget tak percaya dengan kebodohan Windi.Bisa-bisanya seminggu bersama Yoo Ill, Windi justru tidak memiliki nomor kontak lelaki itu. Bagaimana Fina tidak merasa gemas?“Entahlah, sepertinya akal sehat aku hilang kalo udah berhadapan sama dia. Ketampanannya itu jenis yang mampu membuat perempuan amnesia dengan segala hal. Itulah mengapa aku sama sekali ga ingat untuk tukeran nomor dengan dia," papar Windi panjang lebar. "Jadi gimana ini, Fin? Tolongin gue dong Fin,” rengek Windi.“Gak tau ah, itu derita loe. Males gue ngurusin orang ga kreatif kaya loe," sungut Fina kesal. "Aku pulang aja, deh. Lama-lama di sini bisa-bisa ikutan mumet gue,” ancam Fina sambil melangkah pergi.Windi ingin mencegah, tangannya terulur ingin menarik tangan Fina, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi.     “Tuh, hape kamu bunyi. Lihat
Read more
Part 27, Apakah ini Pengkhianatan?
Windi segera meraih kertas notes, mencatat informasi penting yang terdapat di dalam biodata Vivi Yanuar yang ia temukan di website KitaSiapBantu. Setelah itu, Windi menghubungi tim legal pribadinya, memberi mereka instruksi untuk mencari tahu informasi yang lengkap tentang Vivi Yanuar. Hati kecil Windi berbisik, sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi."Win, udah selesai belum inputannya? Aku lapar nih," ujar Fina."Oh, udah kok. Bentar, ya. Aku shutdown dulu komputernya," jawab Windi seraya mematikan komputer yang baru saja ia gunakan. Lalu mereka pergi ke warung makan yang berada tepat di depan kantor Yayasan Kita Siap Bantu."Fin, lu kenal keluarganya Vivi, nggak? tanya Windi, beberapa saat setelah memesan makanan."Vivi? Yang anak manajemen atau anak akuntansi?" Fina balik bertanya."Vivi Yanuar, yang beberapa waktu lalu pernah ngeledekin aku pas kita mau ke Korea," jawab Windi."Oh, Vivi si Itik," sahut Fina asal, dengan ekspresi mengej
Read more
Part 28, Pelajaran Berharga
"Apa maksud semua ini, Fina?" tanya Faris sambil melemparkan berkas-berkas hasil audit itu ke meja di hadapan Fina.Fina melirik kertas itu dengan ketakutan, ia tahu dirinya sudah melakukan kesalahan besar."Jawab papa, Fina!" bentak Faris.Fina masih bungkam, hanya kepalanya yang menunduk semakin dalam. Tubuhnya gemetar, takut melihat kemurkaan pria yang selama ini selalu berlaku lemah lembut padanya itu."Kamu masih tidak mau bicara? Oke. Papa beri kamu waktu 1 jam untuk merenungi semua ini. Lewat dari itu, papa tidak akan peduli lagi jika kamu ditangkap atas tuduhan penipuan, pencemaran nama baik, atau penggelapan dana!" Kecam Faris emosi."Tuntutannya sebanyak itu, Pa?" tanya Fina ketakutan."Bahkan bisa lebih dari itu!" tukas Faris."Apa yang ada dalam pikiranmu saat melakukannya, Fina? Untuk apa? Apa selama ini kamu kekurangan uang? Tidak, kan?" cecar Faris.Dia sulit menerima kenyataan kalau putri semata wayangnya itu te
Read more
Part 29, Kejutan dari Pacar
Suasana kampus terlihat sepi. Bahkan kantin yang biasanya ramai oleh mahasiswa pun terlihat lengang, hanya satu dua orang yang terlihat duduk menikmati makanan mereka.Di salah satu ruangan di kampus itu, Windi dan rekan-rekan seperjuangannya sedang berjibaku melawan soal-soal ujian yang membuat mereka harus memeras otak. Yah, meski sulit untuk konsentrasi, namun Windi tidak menyerah begitu saja karena ia sadar ujian kali ini merupakan ujian akhir yang harus ia tuntaskan sebelum mengajukan proposal skripsi. Tidak terasa, Windi sudah memasuki fase akhir di kampus itu. Jika tidak ada aral melintang, beberapa bulan lagi ia akan menyandang gelar sarjana."Waktu tinggal 10 menit lagi." Suara bariton Pak Wisnu membuat seisi kelas kasak-kusuk karena panik. Namun, Windi tetap tenang, dia tetap fokus untuk menyelesaikan soal-soal di depannya."Sst! Win ... Windi!" Setengah berbisik, Fina memanggil Windi sambil menendang-nendang kaki kursinya dari belakang. Tanpa menoleh
Read more
Part 30, Dia [Bukan] Kekasihku
"Kenapa kamu menutupi hubungan kita? Kamu malu menjadi pacarku?" tanya Yoo-ill heran.Irish emerald itu menatap tajam menuntut penjelasan pada Windi. Yoo-ill bingung dengan sikap Windi. Ketika kebanyakan wanita ingin memproklamirkan hubungan cintanya dengan sang kekasih, tapi Windi justru ingin menutupinya rapat-rapat. "Tentu saja tidak, Yoo-ill-ssi. Aku justru sangat bahagia menjadi pacarmu," jawab Windi.Bagaimana mungkin ia bisa malu memiliki kekasih sempurna seperti Yoo-ill? Bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi hatinya juga sangat baik dan perhatian. Windi yakin di luar sana banyak wanita yang antre untuk menjadi kekasihnya."Lantas? Mengapa harus ditutupi?" tanya Yoo-ill lagi."Karena aku tidak ingin membuatmu malu dengan statusku," ujar Windi.Meskipun orang-orang terdekat sudah mengetahui latar belakang keluarga Windi, tapi tidak bagi orang-orang lain. Di mata orang banyak, Windi tetap hanya anak yatim piatu yang
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status