Windi duduk santai di rumah kost-nya. Meskipun tadi sudah berjanji kepada Fina untuk tidak lagi memendam rasa kecewa kepada Yoo Ill. Tapi hati kecilnya tidak bisa dibohongi. Dia masih saja merasa kecewa. Tapi kali bukan karena kebohongan Yoo Ill. Tapi karena alasan lain. Windi kecewa Yoo Ill tidak mengiriminya surel seperti yang ia janjikan. Yoo Ill juga tidak menelpon menanyakan kabarnya. Apa dia lupa dengan permintaan pertemanan mereka saat di halte ?
Lamunan Windi buyar ketika merasakan kantung celananya kanannya bergetar. Ada panggilan masuk di ponselnya. Dari Oom Faris? Ada apa, ya? tanya Windi dalam hati. Penasaran karena tidak biasanya Oom Faris meneleponnya secara langsung. Biasanya kalau ada yang ingin dibicarakan dia hanya menitip pesan lewat Fina. Kali ini pasti ada hal penting, batin Windi.
“Halo, selamat sore, Oom,” jawab Windi sopan.
“Sore, Win. Kamu sedang sibuk gak ?” tanya Oom Faris setelah men
“Tentu saja tidak, meski berusaha berkelit tapi dia tidak bisa lolos dari hukum. Terlebih lagi namanya memang telah masuk dalam daftar DPO. Setahu Oom dia dihukum penjara belasan tahun gitu,” jawab Faris.“Cih ... menghancurkan kehidupan seseorang hanya dihukum belasan tahun penjara? Ga adil banget,” protes Windi sinis.“Yah, begitulah hukum di negeri kita ini Windi. Kita bisa apa? Apa lagi Oom yang saat itu masih seorang pelajar. Mana bisa bersuara,” sesal Faris.“Trus bagaimana Oom bisa tahu kalo Windi anaknya ... teman Oom itu ?”“Tuhan itu punya caraNYA sendiri dalam membuka sesuatu. Oom baru tahu Fani itu telah menikah dengan WNI keturunan Korea ketika Tn. Han meminta bantuan mencari keberadaanmu,” jawab Faris lagi.“Berarti itu ? Pasca kejadian kecelakaan it
“Apa?! Lu gila? Jadi ngapain aja lu selama seminggu di sono?” tanya Fina kaget tak percaya dengan kebodohan Windi.Bisa-bisanya seminggu bersama Yoo Ill, Windi justru tidak memiliki nomor kontak lelaki itu. Bagaimana Fina tidak merasa gemas?“Entahlah, sepertinya akal sehat aku hilang kalo udah berhadapan sama dia. Ketampanannya itu jenis yang mampu membuat perempuan amnesia dengan segala hal. Itulah mengapa aku sama sekali ga ingat untuk tukeran nomor dengan dia," papar Windi panjang lebar. "Jadi gimana ini, Fin? Tolongin gue dong Fin,” rengek Windi.“Gak tau ah, itu derita loe. Males gue ngurusin orang ga kreatif kaya loe," sungut Fina kesal. "Aku pulang aja, deh. Lama-lama di sini bisa-bisa ikutan mumet gue,” ancam Fina sambil melangkah pergi.Windi ingin mencegah, tangannya terulur ingin menarik tangan Fina, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi.“Tuh, hape kamu bunyi. Lihat
Windi segera meraih kertas notes, mencatat informasi penting yang terdapat di dalam biodata Vivi Yanuar yang ia temukan di website KitaSiapBantu. Setelah itu, Windi menghubungi tim legal pribadinya, memberi mereka instruksi untuk mencari tahu informasi yang lengkap tentang Vivi Yanuar. Hati kecil Windi berbisik, sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi."Win, udah selesai belum inputannya? Aku lapar nih," ujar Fina."Oh, udah kok. Bentar, ya. Aku shutdown dulu komputernya," jawab Windi seraya mematikan komputer yang baru saja ia gunakan. Lalu mereka pergi ke warung makan yang berada tepat di depan kantor Yayasan Kita Siap Bantu."Fin, lu kenal keluarganya Vivi, nggak? tanya Windi, beberapa saat setelah memesan makanan."Vivi? Yang anak manajemen atau anak akuntansi?" Fina balik bertanya."Vivi Yanuar, yang beberapa waktu lalu pernah ngeledekin aku pas kita mau ke Korea," jawab Windi."Oh, Vivi si Itik," sahut Fina asal, dengan ekspresi mengej
"Apa maksud semua ini, Fina?" tanya Faris sambil melemparkan berkas-berkas hasil audit itu ke meja di hadapan Fina.Fina melirik kertas itu dengan ketakutan, ia tahu dirinya sudah melakukan kesalahan besar."Jawab papa, Fina!" bentak Faris.Fina masih bungkam, hanya kepalanya yang menunduk semakin dalam. Tubuhnya gemetar, takut melihat kemurkaan pria yang selama ini selalu berlaku lemah lembut padanya itu."Kamu masih tidak mau bicara? Oke. Papa beri kamu waktu 1 jam untuk merenungi semua ini. Lewat dari itu, papa tidak akan peduli lagi jika kamu ditangkap atas tuduhan penipuan, pencemaran nama baik, atau penggelapan dana!" Kecam Faris emosi."Tuntutannya sebanyak itu, Pa?" tanya Fina ketakutan."Bahkan bisa lebih dari itu!" tukas Faris."Apa yang ada dalam pikiranmu saat melakukannya, Fina? Untuk apa? Apa selama ini kamu kekurangan uang? Tidak, kan?" cecar Faris.Dia sulit menerima kenyataan kalau putri semata wayangnya itu te
Suasana kampus terlihat sepi. Bahkan kantin yang biasanya ramai oleh mahasiswa pun terlihat lengang, hanya satu dua orang yang terlihat duduk menikmati makanan mereka.Di salah satu ruangan di kampus itu, Windi dan rekan-rekan seperjuangannya sedang berjibaku melawan soal-soal ujian yang membuat mereka harus memeras otak. Yah, meski sulit untuk konsentrasi, namun Windi tidak menyerah begitu saja karena ia sadar ujian kali ini merupakan ujian akhir yang harus ia tuntaskan sebelum mengajukan proposal skripsi. Tidak terasa, Windi sudah memasuki fase akhir di kampus itu. Jika tidak ada aral melintang, beberapa bulan lagi ia akan menyandang gelar sarjana."Waktu tinggal 10 menit lagi." Suara bariton Pak Wisnu membuat seisi kelas kasak-kusuk karena panik. Namun, Windi tetap tenang, dia tetap fokus untuk menyelesaikan soal-soal di depannya."Sst! Win ... Windi!" Setengah berbisik, Fina memanggil Windi sambil menendang-nendang kaki kursinya dari belakang. Tanpa menoleh
"Kenapa kamu menutupi hubungan kita? Kamu malu menjadi pacarku?" tanya Yoo-ill heran.Irish emerald itu menatap tajam menuntut penjelasan pada Windi. Yoo-ill bingung dengan sikap Windi. Ketika kebanyakan wanita ingin memproklamirkan hubungan cintanya dengan sang kekasih, tapi Windi justru ingin menutupinya rapat-rapat."Tentu saja tidak, Yoo-ill-ssi. Aku justru sangat bahagia menjadi pacarmu," jawab Windi.Bagaimana mungkin ia bisa malu memiliki kekasih sempurna seperti Yoo-ill? Bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi hatinya juga sangat baik dan perhatian. Windi yakin di luar sana banyak wanita yang antre untuk menjadi kekasihnya."Lantas? Mengapa harus ditutupi?" tanya Yoo-ill lagi."Karena aku tidak ingin membuatmu malu dengan statusku," ujar Windi.Meskipun orang-orang terdekat sudah mengetahui latar belakang keluarga Windi, tapi tidak bagi orang-orang lain.Di mata orang banyak, Windi tetap hanya anak yatim piatu yang
Yoo-ill terperanjat tidak menyangka akan mendengar kata-kata itu dari mulut Vanessa."Jangan bercanda, Vaness. Jangan jadikan hati sebagai objek permainan," sergah Yoo-ill berang."Aku tidak bercanda. Coba pegang dadaku, kau pasti bisa rasakan jantungku selalu berdetak kencang setiap kali berada di dekatmu," ujar Vanessa lagi. Ia meraih tangan Yoo-ill lalu meletakkannya di atas dadanya.Yoo-ill terbelalak, tidak menyangka dengan aksi nekad Vanessa. Saat ini tangan Yoo-ill berada tepat di atas benda kenyal milik wanita itu.Betapapun lugu dan polosnya Yoo-ill, tapi dirinya tetap laki-laki normal. Tenggorokannya tercekat, aliran darahnya pun mendadak terasa panas."Apa yang kau lakukan?!" bentak Yoo-ill seraya menarik tangannya dari dada Vanessa."Aku hanya ingin kau tau bagaimana perasaanku," ujar Vanessa santai."Kau sudah gila!" maki Yoo-ill, beranjak pergi meninggalkan Vanessa yang masih terdiam di tempatnya berdiri.Vanessa
Fina terpaku mendengar pertanyaan Windi. Ia bisa mengerti ketakutan dan kekhawatiran yang sahabatnya itu rasakan.Namun, hidup merupakan serangkaian takdir yang tidak pernah bisa dibantah dan ditolak. Sebagai makhluk fana manusia hanya bisa menjalani takdir yang datang menghampiri. Nasib bisa diperjuangkan, tapi takdir merupakan hak mutlak dari Yang Maha Kuasa."Persiapkan dirimu untuk kemungkinan terburuk, jika memang sudah takdir kamu tidak bisa menghindarinya, Win," ujar Fina. Cairan bening itu kembali turun, meluncur bebas membasahi pipi Windi.***Faniro Entertainment gempar, video mesum yang melibatkan salah satu artis terbaik mereka tengah viral di masyarakat.Sebagai Direktur Utama Faniro Entertainment, Faris tidak bisa duduk berdiam diri. Apalagi video panas itu turut menyeret nama Han Yoo-ill sebagai salah satu pelakunya. Faris segera memanggil Yoo-ill ke ruangannya."Apa yang terjadi, Manajer Han?" tanya Faris begitu Yoo-ill berad