You're My Destiny

You're My Destiny

Oleh:  Cathalea  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
35 Peringkat
93Bab
6.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Mulai hari ini, kamu adalah salah satu pemilik saham terbesar Han Group." "Tidak ... tidak mungkin," gumam Windi sambil terus menggelengkan kepala. Tangannya bergetar hebat karena shock mengetahui dirinya kaya mendadak dalam semalam. *** Windi, seorang gadis yatim piatu, tidak pernah menyangka jika perjalanannya ke Korea Selatan akan mengubah hidupnya 180 derajat. Tidak hanya menemukan takdir cintanya, Windi juga menemukan rahasia masa kecilnya yang kelam. Siapakah Windi sebenarnya?

Lihat lebih banyak
You're My Destiny Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Liana Damayanti
thor Windi & Yoo-Ill ini gak ada lanjutan nya lgi ?
2022-06-20 16:51:55
2
user avatar
WandiSobari83
Bujug! OKB nih. Seru ceritanya ......
2021-11-19 12:22:52
0
user avatar
Butiran_Debu
kasian Windi :( masih kecil udah jadi yatim
2021-11-11 08:53:40
0
user avatar
icher
Wajib masuk rak baca neh. Oto
2021-11-10 10:35:19
0
user avatar
Catherine
Aduh Wiin, kasiannya kamu. Lagian kenapa kamu kerja lagi sih, mending nikmatin hidup aja dengan warisan ayah kamuuuu. geram deh
2021-11-03 20:21:11
1
user avatar
Rossystories
Omo Omo, bukan Oppa....... Gpp, tapi seru lho latarnya. bikin baper Kak. Semoga beruntung Kak.
2021-10-26 07:38:03
1
user avatar
Ntut Roesnawati
Baca ini berasa kayak lagi nonton drakor,, keren banget thor, diksinya juga pas bgttt ... aku suka aku suka ...
2021-10-26 04:28:56
1
user avatar
Monica
lama-lama kenapa jadi dark gini, thor? duh, ga bisa ngebayangin gimana rasanya jadi Windi.
2021-10-25 13:59:41
0
user avatar
Catherine
Itu Yoo-ill kenapa? Bunuh diri?
2021-10-12 13:10:06
0
user avatar
Submarine
kasihan Yoo-ill, udah buta, calon istri pun digoda oleh paman sendiri.
2021-10-07 20:24:51
0
default avatar
bittermelon
Updatenya ditungguuu
2021-09-05 16:22:38
0
user avatar
SausalinaIsaurina
lanjut up kak... seru nih... ♡♡♡
2021-09-04 08:39:43
0
user avatar
Roesaline
Ceritanya keren banget Kak semangat Up ya semoga sukses
2021-09-01 13:00:14
0
user avatar
J Shara
Lanjut thor, baru baca chap awal aja udah penasaran aku
2021-08-29 12:40:38
0
user avatar
Ayaya Malila
Wah, seruu nih kayaknya.. simpan di rak yaa.. semangaat..
2021-08-29 12:00:47
0
  • 1
  • 2
  • 3
93 Bab
Part 1, Hujan Salju yang Tak Biasa
Salju mulai turun dengan lebat. Tidak seperti tahun-tahun biasanya, yang mulai lebat di bulan Desember, kali ini masih di akhir November suhu semakin menusuk tulang. Di tengah cuaca yang tidak bersahabat itu Roy memacu kendaraannya membelah jalanan yang berwarna putih. Wajahnya tenang, ada riak kebahagiaan yang memancar di sana.Bagaimana tidak? Setelah dua puluh lima tahun, akhirnya ia kembali mengantongi identitas kewarganegaraan Indonesia. Dan perjuangannya selama lima tahun terakhir pun berbuah manis, akhirnya kesempatan itu datang. Dia diterima berkerja sebagai salah satu staff ahli di Jakarta. Kota yang terakhir ia lihat saat ia berumur lima tahun, ketika seorang pria bermata sipit yang mengaku sebagai ayahnya datang, lalu membawanya pergi ke sebuah negeri antah berantah yang kultur dan bahasa sama sekali tidak ia pahami.Setelah itu ia hidup nomaden dari satu rumah ke rumah yang lain. Sementara laki-laki yang mengaku ayahnya tadi pergi entah kemana. Seda
Baca selengkapnya
Part 2, Hilang
Suara ambulan meraung-raung memasuki pelataran rumah sakit yang megah dan besar. Di dalamnya tergolek Roy dan Fani dengan luka di sekujur tubuhnya.Satu dokter dan dua paramedis lainnya sibuk mengupayakan pertolongan pertama untuk Roy dan Fani.“Suster Kim, segera siapkan ruang operasi. Suster Nam, hubungi dr. Lee. Beberapa pecahan kaca menembus dada mereka, dan harus dilakukan operasi secepatnya,” intruksi Ko Joo Ri kepada bawahannya.“Baik, Dok,” jawab mereka serentak. Lalu melesat ke luar dari ambulan.Suasana UGD gaduh luar biasa. Petugas berlarian ke sana ke mari memenuhi kebutuhan yang diminta oleh dokter yang menangani pasien.“Sudah cek kartu identitas mereka ?” tanya Joo Ri lagi.“Sudah, Dok. Ternyata mereka warga negara Indonesia. Dan kami juga menemukan tiga tiket penerbangan, dua tiket dewasa atas nama Mr. Roy, Mrs. Fani dan satu tiket anak-anak atas nama Ms. Windi
Baca selengkapnya
Part 3, Dua Sisi Kehidupan
Dua puluh tahun kemudian. Jalanan tampak sepi, hanya satu-dua kendaraan yang lewat di depan rumah megah itu. Bunga-bunga di halaman rumah tumbuh dengan suburnya, angin pun bertiup sangat lembut, selaras dengan ketenangan dan kedamaian yang jelas terasa. Membuat semua mata yang memandang menjadi iri untuk turut menjadi bagian dari kedamaian itu. Namun tidak demikian halnya yang terjadi di dalam rumah. Ketegangan jelas terlihat membayangi wajah dua pria. Yang satu duduk di kursi besar, dengan wajah kaku, dan satu tangan yang jarinya selalu terkepal. Satunya lagi berdiri tidak jauh di samping kanannya. Mimik wajahnya cemas dan gelisah. Tampak jelas ia sedang berpikir keras tentang sesuatu. Beberapa menit telah berlalu, namun masing-masing mereka masih saja larut dengan deru nafas yang terdengar begitu berat untuk dihembuskan. Sepertinya masalah besar memang sedang terjadi di rumah itu. “K
Baca selengkapnya
Part 4, Kabar Gembira
“Win! Coba tebak aku bawa berita apa ?” berlari-lari kecil, Fina mendekati Windi dengan wajah sumringah.Berita? Paling berita soal ngedate dia semalam dengan si Frans. Aku paling ga suka mendengar cerita semacam itu, batin Windi. Bukannya cemburu, well.. kalau boleh jujur sih Windi cemburu juga, karena usia udah segini masih juga berpredikat jomblo. Tapi dia fun aja dengan status itu, karena saat ini ada satu hal yang tidak boleh dia abaikan sama sekali yaitu kuliah yang telah diperjuangkannya setengah mampus.Windi melengos, kembali fokus pada bacaan di hadapannya. Baginya tidak ada yang lebih menarik dari pada gosip Lee Min Ho yang kabarnya sedang dekat dengan lawan mainnya di salah satu serial.“Hei.. kamu dengarin aku ga sih?”Fina merenggut tabloid itu dari tangan Windi dengan wajah masam. Tampak sekali dia keberatan dengan pengabaian Windi barusan. Windi menghela nafas, memandangnya dengan gusar.&
Baca selengkapnya
Part 5, Di Luar Ekspektasi
Sumpah, pertama kali yang ada dalam pikiran Windi ketika menjejakkan kaki di bandara Incheon ini adalah dua kata. ‘Megah banget!’Meskipun beberapa kali melihat bandara ini di serial-serial K-Drama, namun tetap saja dia terperangah mengitari bandara dengan pandangan tak berkedip dan mulut menganga lebar.Windi betul-betul merasa sangat kerdil di bawah atap bangunan yang membumbung tinggi ini. Dia tidak peduli akan apa yang orang pikirkan melihat reaksinya, mau dibilang norak, kampungan, udiklah atau sejenisnya. Well itu terserah mereka sih, tapi sumpah, aku takjub, tandas Windi dalam hati.Windi dan Fina celingukan mencari papan nama atau tanda apapun yang bisa memberitahu keberadaan tim penjemput mereka di bandara. Ada perasaan was-was juga, kalau-kalau tim yang dijanjikan itu tidak ada. Well, bisa-bisa mereka berpetualang tanpa arah di negeri asing ini.Seorang pria berkacamata, sedikit culun dengan celana bahan dan kaos lengan panjang, nampak celinguka
Baca selengkapnya
Part 6, Pelarian
Semua yang berada di kamar terperanjat begitu melihat penguasa rumah itu berdiri di hadapan mereka. Aura cemas langsung mengerubuti wajah Ko Joo Ri dan Han Yoo Na. Dengan memasang ekspresi angker begitu di wajahnya, mereka sangat paham bahwa lelaki tua itu sedang berada di puncak amarahnya. Tatapannya tajam tak berkedip kepada Yoo Ill. Bagaikan sinar-x, tatapan ayahnya itu mampu menembus sel-sel terdalam di relung hati Yoo Ill, membuatnya membeku untuk beberapa saat.Tidak ingin membuat suasana menjadi canggung lebih lama, Yoo Ill segera memutar tubuhnya, melangkah lebih dekat kemudian memberi hormat kepada pria yang dia panggil ayah itu.“Aboeji ... aku ... kembali,” ujar Yoo Ill dengan suara seperti tercekat di tenggorokan.Plaakk !Satu tamparan melayang ke pipi Yoo Ill.Yoo Ill meringis, mengusap pipinya, menahan rasa panas yang merayap di pipinya sambil menatap geram ke arah ayahnya. Bukan pelukan yang ia dapat,
Baca selengkapnya
Part 7, Hobi Membawa Hoki
Agenda Fina dan Windi yang pertama adalah berkunjung ke tiga tempat populer yang pernah dijadikan lokasi syuting drama-drama Korea.Hmm ... untuk urusan begini mah, aku gak akan minder, batin Windi dalam hati. Dijamin sembilan puluh lima persen lokasi-lokasi syuting K-Drama itu akutahu. Ga lebaylah, kan K-Drama addicted. Hahaha. Windi masih cekikikan dalam hati karena girang.Imajinasi liarnya membawa pikirannya pada harapan bahwa agenda mereka hari ini akan menjadi momen yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Untuk itu Windi dan Fina mengabadikan semua kegiatan mereka lewat kamera. Semua spot foto tidak ada satu pun yang mereka lewatkan.Sayangnya agenda hari pertama ini ternyata tidak semenarik dugaan dan harapan mereka. Karena kentara banget, agenda hari ini adalah agenda titipan dari dinas pariwisatanya Korea. Kunjungan mereka ke tempat-tempat bersejarah itu benar-benar monoton, hanya jalan-jalan sambil mendengar tour-guide menjelaskan s
Baca selengkapnya
Part 8, Petaka yang Tidak Terelakkan
Agenda mereka memasuki acara puncak, yaitu bersepeda keliling kota. Mengapa ini acara puncak? Karena dengan kegiatan ini para peserta diharapkan dapat bersentuhan langsung dengan kebudayaan Korea dalam setiap perhentian nantinya. Sembari menikmati pemandangan Korea, mereka bisa bercengkrama dengan keramahan warga lokal. Hhm ... sepertinya cukup menarik, batin Windi.“Fin, guide-nya bilang apa tadi ?” tanya Windi sambil merapikan kaus kaki yang menggulung. Sementara Fina sedang melakukan gerakan-gerakan peregangan otot ringan.“Dia bilang, kita akan bersepeda di distrik Songpa. Ntar di sana kita dibagi sepeda satu-satu sekalian sama rutenya juga. Eh, jangan lupa bawa badge, lho, Win,” ujar Fina mengingatkan.Kata-kata itu sontak membuat Windi langsung meraba saku, dan bersyukur mendapati badge itu ada di sana. Dia segera mengalungkannya di leher untuk antisipasi resiko ketinggalan atau kelupaan. Windi tidak bisa membayangkan ap
Baca selengkapnya
Part 9, Lost in Somewhere
"Ajumma, kau baik-baik saja ?"Windi mengerjap tiga kali, melihat samar ke asal suara itu. Nampak jari-jari kecilnya menggenggam ujung-ujung jari Windi yang mulai mati rasa karena beku. Mata beningnya menatap lurus, menyiratkan ke khawatiran. Windi mengangguk, bersusah payah berusaha untuk bangkit. Namun nyeri yang tak tertahankan di pergelangan kaki, bahu dan pinggang membuatnya susah untuk berdiri. Tangan-tangan mungil itu berusaha membantu Windi, namun tentu saja bobot 60kg Windi bukanlah tandingannya. Dia justru terbawa, ikut terjerembab bersama Windi diiringi teriakan kesakitan dari mulutnya, karena tubuhnya tertimpa tubuh Windi."Yoon Sung-ah, kau di mana ?"Sebuah sorakan dari belakang membuat Windi lega. Setidaknya anak itu bisa segera di selamatkan dari tindihan tubuhnya yang semakin sulit untuk digerakkan."Yaa.. dangsin-eun maeng-in ? dwie jasig eobs-eum .. bla..bla..bla,” Windi tidak begitu mengerti yang diucapkannya.
Baca selengkapnya
Part 10, Pertemuan tak Terduga
“Aku merasa pernah melihat wajahmu di suatu tempat, tapi di mana tepatnya aku lupa,” lajut Windi dengan penuh penasaran.Keningnya mengernyit, sepertinya pertanyaan Windi barusan turut menggugah ingatannya. Yoo Ill memandangi Windi lekat-lekat.Itu berlangsung untuk beberapa saat. Sampai ujung syaraf mereka terhubung pada sesuatu.“Ooohh ... the airport!” seru mereka bersamaan. Ya, dia adalah laki-laki yang menabrak Windi di bandara beberapa hari yang lalu.“Oh, My God, betapa dunia ini sempit sekali !” seru Yoo Ill kemudian.Windi tersenyum, menyetujui kata-katanya. Dalam hati ada rasa haru di hatinya, karena setidaknya dia bukanlah orang yang sama sekali ‘asing’. Meski pun bukan pula akrab. Apapun bentuknya pertemuan ini Windi merasa lega. Setidaknya, hal itu berhasil mencairkan rasa canggung di antara mereka berdua.“Sepertinya kakimu mempertemukan kita kembali,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status