All Chapters of Fantasy World: Chapter 11 - Chapter 20
54 Chapters
11. Pembaruan
Pada saat aku berpikir untuk menyerah, sebuah keajaiban kecil muncul. Meski terasa samar-samar, jari-jari pada tangan kiriku mulai dapat kugerakkan kembali.  “Apakah ini juga berkat skill regenerasi?” tanyaku pada diriku sendiri. Perlahan aku terus menggerakkannya, berharap itu mempercepat penyembuhan. Dapat digerakkan tidak berarti aku dapat langsung menggunakan sesuai keinginanku. Lagipula bagian yang dapat digerakkan hanya pada beberapa jari saja. Setiap gerakan yang kuhasilkan menghasilkan rasa geli bukan sakit. Rasanya seperti pada saat kesemutan. Tapi itu jauh lebih baik daripada rasa sakit. Selang beberapa saat, akhirnya aku juga dapat menggerakkan telapak tanganku. Itu berarti banyak bagiku. Dengan itu, aku langsung berjuang untuk berbalik, menghadap pada Cerberus itu. Karena hanya dengan satu telapak tangan untuk memutar seluruh tubuh. Membutuhkan waktu cukup lama. Luka terb
Read more
12. Keluar dari kurungan
Sekali lagi, aku kehilangan kesadaranku. Tentu saja, badanku pasti masih sangat kelelahan. Ketika aku terbangun untuk yang kedua kalinya, langit telah berubah warna. Yang awalnya berwarna gelap, sekarang mulai terang. Aku terbangun dengan perasaan lebih nyaman. Hanya saja, seluruh tubuhku terasa pegal karena tidur tanpa beralaskan apapun. Siapa sangka aku dapat tiduran diatas aspal di tengah jalan raya seperti ini. Meski kubilang begitu, aku masih terkurung di dalam kurungan menyedihkan ini. Tetapi, ketika aku mengamati sekitar. Aku merasa ada sesuatu yang hilang. “!” Mayat dari Cerberus kemarin menghilang. Seketika itu juga aku melihat ke sekitar, takutnya saat itu, dia hanya pingsan bukannya mati. Setelah melihat ke sana kemari, dia tidak ada di mana pun. Selain itu juga tidak ada lubang untuknya kabur. Perlahan, aku mencoba berdiri. Karena pandanganku lebih luas jika dalam posisi berdiri. Saat sedang berdiri, rasanya tubuhku terasa cukup ri
Read more
13. Survival
“Hyaaa!” Dengan sekali tebasan di bagian leher. Seekor serigala langsung terjatuh di tanah. Dia terbaring lemas di atas kolam darahnya sendiri. Pada jalan yang kulewati ini dialah yang terakhir terlihat. Pisau yang kugunakan sudah mencapai batasnya. Terlihat retakan di bagian bilahnya. Dengan alasan tersebut. Aku lantas membuangnya lalu menciptakan pisau yang baru. Sudah cukup lama sejak aku meninggalkan kurungan tersebut. Matahari semakin tinggi, selain itu cuaca semakin panas tanpa adanya awan. Rasa lapar dan haus semakin tak tertahankan. Monster yang terdapat di perut semakin keras menyuarakan protesnya. Meski begitu, tidak ada sesuatu yang dapat di makan. Swalayan ataupun toko makanan juga tidak ada. Beberapa saat yang lalu. Aku juga sempat mencari di beberapa rumah penduduk. Anehnya, semua makanan lenyap tanpa sisa. Padahal tidak seharusnya para serigala itu memakannya. “Kalau begitu” Kemungkinan lain adalah masih ada orang lain y
Read more
14. Makhluk kecil yang tak berdaya
Keesokan harinya. Aku terbangun sebelum sinar matahari tampak. Dengan keadaan gelap gulita. Aku mulai beraktivitas. Meski bilang begitu. aku sendiri bingung ingin melakukan apa. Dalam keadaan tanpa cahaya ini. tidak banyak yang dapat kulakukan. Dari luar, terdengar geraman serigala. Ketika aku mengintip dari jendela. Terlihat jumlah serigala yang sangat banyak. Membuatku tidak dapat keluar dari sini. Karena itu aku kembali melakukan berbagai eksperimen. Aku menciptakan setiap benda yang dapat kupikirkan atau aku imajinasikan. Makanan, peralatan, kain dll. Aku berhasil menciptakan berbagai barang. Dan berhasil menciptakan makanan kesukaanku, ubi jalar. Yang kemudian kurebus untuk dijadikan sarapan. Dengan peralatan yang sederhana, serta cara yang sederhana untuk memasaknya, tetapi mempunyai rasa yang lezat sudah cukup menjadi alasan mengapa makanan ini kusukai. Selama beberapa menit, aku merebus ubi yang kuciptakan. Terpikirkan olehku saat terakhir kal
Read more
15. Malam Penuh Bahaya
Ketika cahaya terakhir menghilang dari balik dedaunan yang lebat. Sekali lagi kegelapan malam kembali menyelimuti dunia. Saat ini kedua mataku tidak dapat melihat dengan jelas. Meski begitu aku tahu bahwa ada sesuatu yang sedang mendekat. Keadaan membuatku harus memaksakan kedua mataku untuk beradaptasi dengan kegelapan yang pekat ini. Perlahan suara langkah kaki terdengar, menginjak dedaunan kering yang berserakan di tanah. Bukan hanya dari satu dua arah saja, melainkan dari segala arah. Situasi ini membuatku kebingungan. Ketika mereka bersembunyi di balik pekatnya kegelapan. Itu membuatku tidak dapat memperkirakan dari arah mana mereka akan menyerang duluan. Tiba-tiba dari arah samping, aku menerima serangan. Dilihat dari bekas luka cakaran yang dihasilkan, sepertinya yang menyerangku adalah seekor serigala. Berbagai serangan dilancarkan oleh mereka. Tidak mau mengambil urutan, mereka menyerangku secara bersamaan. Aku berkali-kali mengayunkan pisau yang kupegang se
Read more
16. Sifat Kemanusiaan
Matahari telah terbit dari ufuk timur, pertarungan telah berakhir. Tubuhku terasa sangat lelah karena pertarungan semalaman. Pada sebuah batang pohon, aku menyandarkan tubuhku, kemudian duduk di sana sembari merilekskan badan. Aku melihat pada tangan kananku yang tidak dapat digerakkan. Tidak ada luka yang terlihat disana. Tampaknya tanganku terkilir. Tapi seharusnya dapat sembuh dengan cepat dengan regenerasi. Rasa lelah yang berlebihan berubah menjadi rasa kantuk yang perlahan menjadi semakin liar, mencoba menenggelamkanku ke dalam dunia mimpi. Tentu saja sangat sulit untuk melawannya. Tetapi sebelum terlelap terdengar suara yang menggema ke seluruh hutan “Ryan!” Karena terkejut oleh teriakan yang aku dengar. Mataku sedikit terasa segar, meski aku tidak berharap demikian. Tanpa menggerakkan anggota badan yang lain, aku menoleh ke arah sumber suara tadi. “Itu jelas suara manusia” begitulah kataku dalam hati. Meski begitu, aku tidak b
Read more
17. Fight And Survive Or Give Up And Die
Tanpa ragu Nossal berlari menjauh dari Luna dan yang lain. Di belakangnya dia di ikuti oleh suatu makhluk yang aneh tetapi kuat. Melewati pepohonan Nossal terus berlari. Ketika dia melihat ke belakang. Makhluk itu menggunakan sebuah helm. Penampilannya sepenuhnya tampak seperti kesatria. Dengan di tutupi dengan armor berwarna abu-abu. Dia terlihat seperti seorang kesatria di film yang berlatar kerajaan. Nossal kembali fokus pada keadaan sekitar. Tidak ada monster lain yang berkeliaran, tempat luas yang dikelilingi pepohonan, serta matahari dapat menerangi sekitar. Benar-benar tempat cocok yang untuk bertarung. Nossal berhenti tepat di tengah tempat itu. Tetapi tidak dengan makhluk itu. Dia terus berlari mendekat lalu mengayunkan gadanya. Tetapi serangan itu dapat di hindari dengan baik oleh Nossal. Gerakan makhluk itu cukup lambat. Tampaknya dia terbebani oleh armornya sendiri. Tidak lama dari serangan pertamanya. Dia melancarkan serangan selanjutnya. Tetapi sekali l
Read more
18. Musuh Yang Baik
Klontang! Dari yang awalnya memakai baju zirah tebal. Sekarang dia hanya menggunakan pakaian yang telah lusuh. Suara zirah terakhir jatuh ke tanah menandakan pertarungan akan kembali berlanjut. Kami bertiga kembali mengambil posisi. Hanya Luna saja yang masih terduduk di atas tanah. Sepertinya dia sudah tidak bisa ikut bertarung. Saat kami masih sibuk mencemaskan Luna. Tanpa peringatan makhluk itu menerjang dengan cepat ke arah kami, tepatnya ke arah Nossal. Gerakannya sangat cepat hingga membuat Nossal terlambat bereaksi. Sebuah pukulan dilancarkan olehnya mengincar kepalaku. Meski terlambat bereaksi, Nossal masih dapat menahannya dengan bagian punggung tangan kirinya. Tetapi karena posisi bertahannya tidak sempurna, di tambah kekuatan makhluk itu yang besar membuat itu sia-sia. Alhasil Nossal terpukul hingga terpental ke belakang. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Leon mengarahkan pisaunya ke arah makhluk itu mencoba menusuknya. Bukannya waspad
Read more
19. Alasan Yang Di Sembunyikan
Saat aku tersadar, aku berada di sebuah kegelapan. Melihat sekeliling, aku perlahan berjalan. Tiba-tiba di depanku muncul sebuah cahaya menyilaukan. Di ikuti suara keramaian yang samar-samar. Di antara suara tersebut terdengar suara yang familiar di telingaku“Kalau kau ingin menjadi teman kami. Kau harus menarik saklar itu terlebih dahulu.”“Iya, benar. Jika tidak, kami tidak mengakui mu sebagai teman kami.”Cahaya tadi perlahan meredup, membuat padanganku menjadi jelas. Aku melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain di sebuah ruangan yang seharusnya tidak boleh di masuki. Seorang anak maju ke depan. Sosoknya menjadi pusat perhatianku.Dia maju sembari mengulurkan tangannya. Dengan ragu-ragu dia meraih tuas yang ada di depannya“Hentikan!”Aku berusaha menghentikannya tetapi tidak dapat kulakukan. Suaraku tidak terdengar olehnya.Meski terlihat kesulitan, anak kecil itu sekuat tenaga menarik t
Read more
20. Kelompok Pertama
Cerita di mulai setelah hari perubahan. Sejak hari itu, kami berlatih untuk menguasai kekuatan aneh yang kami dapatkan. Dari segala arah kami terkepung oleh berbagai monster. Hanya sekolah kami satu-satunya tempat yang tidak dapat di masuki oleh monster itu, sebuah shelter bagi kami. Meski begitu, kami membutuhkan makanan dan beberapa kebutuhan lain untuk bertahan hidup3 hari berlalu. Keadaan semakin memburuk. Cadangan makanan di dalam sekolah habis tak tersisa meski kami berpuasa dan hanya makan sekali dalam sehari.Pada saat itu beberapa murid sudah dapat menggunakan kekuatannya. Pada hari selanjutnya terbentuklah kelompok yang memiliki tujuan mencari bahan makanan di luar area shelter. Tetapi atas perintah kepala sekolah anggota kelompok itu hanya boleh di isi oleh murid kelas 8 dan 9 saja.Meski begitu tidak banyak orang berani masuk ke kelompok itu. Dari total 300 murid kelas 8 dan 9. Hanya 23 orang saja yang bergabung.Akhirnya pa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status