All Chapters of Fantasy World: Chapter 31 - Chapter 40
54 Chapters
31. Teriakan Di Tengah Hari
Ketika mendengar suara teriakan yang berasal dari ruang UKS. Mereka berenam. Nossal, Leon, Ryan, Rudy, Luna, dan Tia bergegas menuju ke sana. Ketika sampai di depan ruang UKS tersebut. Di sana, pintu tertutup, jendela juga sama. Leon mencoba mengintip dari jendela. Tetapi terhalangi oleh gorden yang terpasang.Padahal di dalam ruangan UKS ini. Selain dari 3 lubang kecil berbentuk kotak di atas pintu. Sirkulasi keluar masuknya udara hanya berasal dari terbukanya pintu dan jendela. Sebenarnya juga ada AC tapi tanpa adanya listrik itu tidak bergunaRyan mencoba meraih gagang pintu untuk membukanya. Tetapi tidak dapat terbuka. Itu membuat kami bingung“Ada apa Ryan?”“Pintunya tidak bisa terbuka. Sesuatu sepertinya mengganjalnya”Ryan mencoba mendorongnya sampai menempelkan bahunya ke pintu. Melihat Ryan yang kesusahan yang lain juga ikut membantunya mendorong termasuk Tia. Posisinya adalah Ryan, Nossal, Rudy tepat di depan pintu. Leon membantu dengan satu tangan dari samping pintu, dan T
Read more
32. Dimulainya Pembelajaran Dengan Pak Husein
Setelah berpisah dengan kepala sekolah dan yang lain. Nossal, Rudy, Leon, dan Ryan segera pergi ke kamar mandi yang biasa mereka gunakan untuk mandi Sambil terus berjalan, Ryan memberitahu Nossal ruangan-ruangan yang ada di sekolah ini meski di atas setiap pintu sudah terdapat papan nama ruangan. Ryan tampak bersemangat memberi tahu Nossal nama setiap ruangan yang mereka lihat “Kau lihat ruangan kecil di sana. Kita akan mandi di sana,” ucap Ryan sambil menunjuk tempat yang ia maksud Mengikuti arah yang dia tunjuk. Sebuah ruangan kecil berukuran sama dengan ruang UKS laki-laki terlihat. Dengan tembok dilapisi keramik warna biru yang sudah kusam, ruangan itu terlihat cukup terawat untuk ukuran toilet laki-laki. Sekolah ini mengubah toilet menjadi kamar mandi. Umumnya, setiap sekolah di penjuru Nusantara ini tidak memiliki kamar mandi. Di tempat ini juga bukan pengecualian. Lagi pula murid datang ke sekolah untuk belajar. Tidak adanya alasan kuat, membuat tidak disediakannya kamar ma
Read more
33. Akademi Tunas Harapan
Setelah diberikan soal dari pembimbingnya. Nossal segera mencoba untuk mengerjakannya. Setiap soal yang tercantum pada selembar kertas di depannya dia kerjakan dengan serius. Nossal sendiri bukanlah orang yang pintar. Dia cenderung lemah pada setiap mata pelajaran. Bahkan dia salah dalam membedakan mana gula mana garam.Suasana tenang di dalam ruangan ini membuat Nossal dapat berkonsentrasi dengan cukup baik. Ditemani oleh suara jam berdetik dan sensasi hembusan angin yang menyentuh kulit membuat hati damai. Semua itu seakan membuat lupa terhadap ancaman monster di luar.Tidak terasa waktu telah berjalan cukup lama. Satu jam telah berlalu. Nossal yang telah selesai menjawab setiap soal yang diberikan, meletakkan alat tulisnya. Menyadari Nossal telah selesai mengerjakan soal yang diberikannya. Pak Husein menutup bukunya“Sudah?”“Iya, sudah selesai”Dengan sedikit ragu-ragu, Nossal menyerahkan pekerjaannya pada pembimbingnya itu. Dia tampak tidak terlalu yakin dengan jawabannya. Walaup
Read more
34. Waktu Makan Siang
Suara lonceng telah terdengar ke seluruh penjuru shelter sebagai pertanda makan siang telah siap. Dengan perut yang telah menahan lapar sejak pagi hari. Para penghuni shelter segera menuju kantin yang berada pada bagian selatan shelter ini. Nossal dan Pak Husein yang sedang belajar di dalam ruang perpustakaan juga tidak terkecuali.Mereka yang mendengar suara dentingan lonceng dari luar memutuskan untuk menyudahi pelajaran hari ini“Cukup sampai di sini dulu” ucapnya sambil menutup buku yang beliau baca“Baik, Pak”Seperti yang diucapkan oleh beliau sebelum belajar. Kami selesai tepat saat bunyi lonceng berhenti. Nossal pun menutup buku yang di bacanya. Kemudian sedikit melakukan peregangan dengan mengangkat kedua tangannya.Ketika dia melakukan hal itu. Pak Husein berdiri dan berkata, “Bapak duluan. Pastikan kamu mengembalikan buku itu ke tempatnya. Besok kita akan bertemu di jam yang sama di sini”Setelah itu beliau berjalan keluar dengan tangan masih membawa buku yang dibacanya. Se
Read more
35. Bunuh Dirinya Pemuda Yang Telah Diselamatkan
Setelah pergi meninggalkan ketiga temannya saat makan. Nossal duduk di bangku yang ada di dekat gerbang utama. Dia duduk dengan kedua tangan mengepal menutupi mulutnya. Tidak disangka hal sepele seperti itu membuatnya lari ketakutan seperti pencuri yang dikejar warga.Padahal belum tentu juga mereka yang berbisik-bisik itu membicarakanku. Aku rasa aku terlalu menganggapnya serius.“Hah~, menyedihkan”Sambil menghela nafas panjang. Nossal membenamkan wajahnya pada telapak tangannya. Dia yang masih terbawa sifat masa lalunya kesulitan untuk menghadapi hal semacam iniSatu per satu murid yang telah selesai makan siang kembali ke kelasnya. Suara obrolan mereka membuat Nossal merasa sedikit iri dengan mereka.“Andaikan aku dapat kembali percaya pada seseorang seperti mereka mempercayai temannya seperti saudara sendiri”Dengan pikirannya itu dia teringat pada Rokka yang telah mengkhianatinya dan hampir membuatnya terbunuhKetika Nossal termenung dalam kesendiriannya. Terdengar suara jeritan
Read more
36. Sang Bulan Yang Khawatir Akan Bintang
Tidak lama setelah Pak kepala menyuruh Adit dan Bu Pur memanggil orang-orang dewasa, Para orang dewasa di tempat ini seperti guru, pegawai, dan tenaga kerja segera berkumpul di depan ruang UKS. Sama seperti ketika Pak kepala dan Bu Purwanti pertama kali melihat keadaan pemuda itu, semua yang hadir di tempat itu juga terkejut.Sebenarnya sudah bukan pertama kali mereka menyaksikan ini. Sebelumnya, ketika kelompok pencari bahan makan baru saja terbentuk, beberapa dari mereka juga mati saat menjalankan tugasnya. Mereka juga pernah melakukan proses pemakaman untuk mereka yang telah mati. Meski begitu, para guru yang telah mengajari murid-muridnya, juga membentuk sebuah ikatan yang secara tidak langsung mendekatkan mereka.Sebagai guru, orang tua kedua, dan sebagai manusia, melihat orang yang dekat dengan mereka terbaring lemas bermandikan darah, tentu membuat siapa saja sedih. Di balik kesedihan para orang dewasa, mereka juga tahu betapa tidak berdayanya mereka. Pada Shelt
Read more
37. Pertengkaran Nossal Dan Luna
Matahari telah tenggelam. Perlahan, udara dingin mulai terasa di Shelter. Setelah selesainya proses pemakaman. Hampir semua murid masuk ke dalam kelas masing-masing ditemani wali kelas mereka. Setelah berita kematian pemuda yang telah diselamatkan itu tersebar. Ketakutan, kehilangan, dan kesedihan meliputi setiap orang di Shelter. Meski tidak saling mengenal, para penghuni Shelter ini tetap merasa kehilangan.Pada langit malam yang cerah hari ini. Bintang terlihat gemerlapan, sinar bulan yang hampir mencapai fase purnama tampak menerangi langit malam. Disaat langit sedang dalam kondisi yang baik ini, seorang perempuan justru terlihat sedih. Dibawah kilauan sinar rembulan, Luna berlari ke arah gerbang utamaDengan raut wajah yang tampak mengkhawatirkan sesuatu. Luna tampak tergesa-gesa untuk keluar dari Shelter. Di balik keheningan malam hari, suara pintu gerbang utama yang terbuat dari besi, berderit ketika terbuka. Suara itu terdengar cukup keras hingga dapat memancin
Read more
38. Masa Lalu Luna
Luna yang tiba-tiba berteriak histeris membuatku panik. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berteriak. Tetapi yang jelas aku perlu menenangkannya terlebih dahulu. Secara perlahan, aku menekan bahunya, kemudian mengguncangkannya dengan harapan itu membuatnya tersadar. Sekilas, terpikir untuk menyumpal mulutnya dengan kain agar dia diam. Tapi rasanya itu terlalu kejam untuk dilakukan.Sambil memikirkan cara lain untuk membuatnya sadar. Aku mengamati kedua matanya yang melotot. Tetapi ketika aku mengedipkan mata…***Ketika Nossal membuka mata. Pandangan yang tampak berbeda dengan sebelumnya muncul dalam penglihatannya. Pandangannya mengarah pada langit-langit ruangan yang tidak dia kenal. Sebuah ruangan yang dicat dengan warna biru muda, pernak-pernik dan foto yang menempel di dinding, serta berbagai barang-barang seperti meja, kursi, lemari, dan lain-lain juga terlihat menghiasi ruangan ini“Di mana ini? Kenapa aku ada di sini?”Di
Read more
39. Kenangan Buruk Yang Takkan Terlupakan
Beberapa jam telah berlalu sejak anggota keluarga Luna berangkat. Waktu sudah menunjukan pukul 10 lebih. Bibi Ani yang katanya akan segera kembali masih belum datang juga. Luna yang sedang menjalani libur panjang setelah melewati ujian nasional jenjang sekolah dasar merasa cukup bosan. Dia hanya bisa melihat acara televisi sejak selesai mencuci piring tadi, sambil sesekali chattingan dengan teman-teman sekelasnya. Sejak waktu telah menunjukan pukul setengah sepuluh, rentetan acara kartun yang disiarkan sejak pagi telah selesai, digantikan oleh acara berita. Luna yang sedang terduduk di sofa, di depan televisi merasa bosan. “Bibi Ani kok lama banget sih” keluhnya Luna yang sedikit cemberut merebahkan badannya. Dalam posisi telungkup, Luna menempelkan wajahnya ke bantal berbentuk persegi yang berwarna merah muda sambil mengayunkan kakinya maju mundur di udara. “Ya sudahlah, langsung ke rumah Vanessa sajalah” Merasa sudah terlalu bosan menunggu kedatangan Bibi Ani. Luna bangun dari s
Read more
40. Awal Dari Traumanya Terhadap Laki-Laki
Seorang wanita yang terlihat sudah cukup berumur terlihat sedang duduk di kursi penumpang sebuah bis. Pandangannya mengarah pada hitungan mundur pada lampu persimpangan yang masih berwarna merah. Dengan menggenggam erat plastik berisikan beberapa macam sayuran. Dia terlihat sedang mengkhawatirkan sesuatu.“Aduh bagaimana nih. Gara-gara ketinggalan bis sebelumnya, aku jadi terlambat kembali. Neng Luna sudah makan apa belum ya?”Wanita itu adalah Bibi Ani, pembantu keluarga Luna. Sudah sekitar 4 tahun dia bekerja sebagai pembantu. Kebetulan karena adanya suatu masalah, dia mengambil cuti lalu kembali ke kampung halamannya selama beberapa hari belakangan. Karena sekarang masalahnya telah selesai, dia dapat kembali ke rumah Luna. Dia tahu bahwa hari ini Luna sedang berada dirumah sendirian karena sedang libur setelah menjalani ujian nasional.Satu demi satu persimpangan dilewati oleh bis yang ditumpanginya. Hingga akhirnya dia turun tepat di mulut gang. Dengan cepat dia berlari kecil menu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status