All Chapters of Levitasi: Chapter 1 - Chapter 9
9 Chapters
Mimpi yang kenyataan atau kenyataan yang ternyata mimpi
Peri bunga bakung baru saja pergi dengan meninggalkan sekeranjang roti awan di pinggir bukit berbatu.“Oh hanya mimpi lagi.” Tenangnya dalam hati.Koin orange keemasan menggantung sempurna di atas perbukitan Bilbelonia, sinarnya sungguh menyilaukan untuk ditatap oleh mata secara langsung.Ia bukan koin yang sesungguhnya, melainkan Matahari, yang sejak diciptakannya bumi, belum pernah redup atau hilang meski hanya sehari. Sinarnya tetap sama, tidak berkurang, tidak juga bertambah, Matahari tetaplah Matahari, meski kadang sang awan menutupi atau hujan yang sedang menggantikan peran.Wajah Shelin masih pucat dan seluruh badannya dingin, otot bahunya kaku dan betisnya sedikit lemas. Ia mencoba menghibur diri, mungkin karena tadi tidur di bangku perpustakaan yang dekat dengan pendingin ruangan.Sampai saat ini perpustakaan masih ramai tenang, banyak mahasiswa yang berlalu lalang, namun suasana hening, hanya sesekali terdengar suara langkah k
Read more
Senja dan fajar
Yui menemukan sesuatu yang berbeda di ruang perpustakaan ayahnya, dengan penuh semangat ia berlari dan berteriak, “Ayah! Ayah! Aku melihat sesuatu di atas sini.” “Ada apa, Yui? Ayah sedang membersihkan rumah laba-laba.” “Yui melihat ratu, yah. Ratu! Seperti dalam buku cerita.” “Kau tidak perlu berbicara keras-keras seperti itu, sayang. Ayah tahu buku yang kau ceritakan semalam memang sangat menarik.” “Bukan, Ayah. Bukan itu. Aku tidak sedang membaca buku sekarang, aku melihatnya sungguhan.” Sambil menunjuk-nunjuk ke arah yang ia maksud. Yui telihat tidak sabar ingin ayahnya segera kemari. “Lihat yah, lihat!” Liz mendongak ke atas, menatap wajah putra kecilnya yang masih berusia empat tahun. “Bisa cepat sedikit, Yah? Ratu ini memakai mahkota bagus di rambutnya.” Anak menggemaskan ini diam sejenak. “Ayah, mengapa rambut ratu ini tak seperti kita? Cepat Ayah, sepertinya ia tertidur sangat lelap.” Seiring nuiken atau tangga portabe
Read more
Kembali lagi
Setelah dua hari Shelin absen kuliah. Kesehatannya tak bermasalah setelah kembalinya ia dari tempat antah berantah, yang seluruh manusianya berambut pirang dan berbahasa aneh. Kemarin lusa, dengan sisa-sisa tenaga dan langkah kaki yang dipaksakan, Shelin menerjang bukit dan mendaki bebatuan untuk mencapai gua yang membawa ia ke tempat itu. Gua sunyi senyap dan ketika ia masuk sudah tak ada lorong hitam yang hadir dalam mimpi-mimpi Shelin biasanya. Entah dengan cara yang bagaimana, Shelin hanya tidak sengaja tertidur dan begitu ia bangun, sudah berada di kasur tidur kamarnya dengan pakaian koyak yang ia kenakan sewaktu di negeri aneh beberapa waktu yang lalu. Aneh memang, mungkin tak ada satupun logika yang dapat menerima penjelasan ini. Tapi ini sungguh terjadi. Yang lebih membuatnya bertanya-tanya, ayahnya tak menanyainya berlebihan saat menemukannya di kamar. Ayah hanya terkejut kecil dan bertanya kapan Shelin masuk rumah. Ibunya pun begitu, berekspresi sedikit kes
Read more
Rasi Bintang Lyra
Senja selalu berlalu diiringi cahaya kemerahan dengan semburat emas yang membuat langit terasa megah. Beberapa hari di kota Levis, tidak serta merta membuat Shelin mudah beradaptasi. Luka-luka yang telah sembuh, bukan berarti tidak meninggalkan bekas. Sore ini, Vegan dan Shelin banyak menghabiskan waktu di pondok Yui. Menemani Liz menyelesaikan pekerjaanya atau sekali-kali menanggapi Yui yang rewel meminta ini itu. “Kau ingat dengan anak laki-laki yang kita temui saat ia sedang berkuda kemarin?” Vega bertanya dengan nada yang pelan. Shelin ikut menjawab pertanyaan dengan berbisik “Iya. Kenapa?” “Dia bernama Regor. Berhati-hatilah dengannya. Dia kuat dan...” “Arogan?” Shelin menambahi, Vega mengangguk setuju. Kesan pertama Shelin memang begitu, tatapannya kurang ramah dan mendiskriminasi. “Ya, Dia orang yang sangat susah diprediksi dan suka sekehendak hatinya saja. Walaupun Regor adalah temanku, tapi aku tak selalu menyukainya. Kami ada
Read more
Jangan Biarkan Siapapun Menghambatmu
Hujan sudah turun beberapa kali, namun Putri Venibella belum mengerti alasan mengapa hujan terlambat datang. Tahun ini tidak akan ada musim salju, mungkin tahun depan. Beberapa kali ayah menyuruhnya untuk tak banyak menghabiskan waktu di luar istana. Sesekali ia mengunjungi Tuan Archernar si pembuat roti atau membantu Yavid mengelap guci dan benda pecah belah yang ada di aula dan audit istana. Ia belum boleh keluar sebelum sertifikasi master ksatria medisnya keluar. Di usia yang baru tujuh belas, ia sudah hampir mendapat gelar master dalam bidang pengobatan medis. Tak hayal, ia adalah putri raja, yang baru lahir saja masa depannya sudah diterawang oleh ahli Asimov orang-orang yang ahli dalam melihat bakat dan pandangan masa depan  akan menggunakan dominasi kekuatannya pada hal tersebut.“Putri, sebaiknya kau letakkan saja kain lap itu. Biar aku yang membersihkan bunga dan guci ini.” Yavid adalah putri dari seorang tenaga bersih-bersih kerajaan, ibunya adalah
Read more
Simbol kekuatan
Aludra mendaratkan Bijunya tepat di halaman pondok Tuan Altair.“Cepat nak, bawa ia padaku.”Aludra terkejut, bagaimana Tuan Altair sudah sampai, padahal jelas sekali ia tadi berjalan lebih dulu dan pakai biju pula. Tapi tidak ada waktu untuk memikirkan itu.Vegan beberapa kali terbatuk-batuk dan seperti ingin mengatakan sesuatu, setidaknya itu tanda bahwa ia masih bernyawa.Tubuh Vegan dibaringkan di kursi panjang. Lengan dan dadanya yang kembang kempis segera dibalut oleh kain supaya racunnya tidak menyebar, sebenarnya ini sudah sangat terlambat karena racun sudah menjalar ke beberapa bagian tubuhnya memalui aliran darah. Beberapa bagian tubuh itu sudah mulai gelap semu biru.“Tolong ambilkan air yang di sana itu, Aludra.” Perintah Tuan Altair.“Baik.”Tuan Altair membisikkan sesuatu yang amat lirih dan halus kepada air dalam gelas yang menjadikannya berkilauan dan muncul kristal-kristal es yang d
Read more
Empat Klan
Shelin duduk termenung di bawah pohon oak yang baru tumbuh setinggi empat meter. Dipandanginya sebuah jalan undak-undakan yang merayap dipunggung bukit. Shelin tak yakin jika ini adalah pagi karena sinarnya merah keemasan menyamai senja. Tapi bau embun tetap tak bisa membohongi, burung-burung pun terlihat baru beranjak dari tidur kemudian berkicau, siap meninggalkan sarang.Beberapa hari terakhir sejak ia kembali ke negeri yang penuh dengan bunga matahari dan manusia pirang ini Shelin mencoba tidur berkali-kali, berharap ia dapat lelap dan terbangun di kamar tidur di rumah Ayah, seperti waktu itu. Tapi semakin ia mencoba, semakin terasa tidak masuk akal, bagaimana ia dapat berpindah padahal ia tak melangkah, bagaimana ia akan sampai padahal ia tak pergi kemana-mana.“Astaga, aku kembali lagi ke dunia yang kukira sekedar mimpi ini. Siapa yang membawaku atau siapa aku sehingga bisa sampai ke sini? Apakah dunia ini yang disebut dunia mimpi? Tapi ini terasa amat
Read more
Shelin
Agena telah berhasil membuatkanku pil HBS yang baunya seperti uap umbi-umbian yang baru direbus. Isinya bertekstur bulir seperti serbuk yang kasar. Kata Agena, ia membuat itu dari ekstrak kulit biji bunga matahari. Pil itu dapat membuatku kenyang lebih lama dari biasanya. Namun aku tetap disarankan untuk makan setidaknya sekali dalam sehari untuk menjaga kesehatan pencernaan, sebelum akhirnya terbiasa.Awalnya, aku coba menelannya bulat-bulat, lambungku terasa aneh dan menolak pil itu hingga muntah-muntah, namun setelah dibantu dengan air do’a yang diberikan oleh Liz, pil berhasil dicerna oleh organ pencernaanku dengan cukup baik. Alhasil aku menjadi lupa makan dan bisa menghabiskan waktu lebih lama di perpus atau menyusuri bukit yang terletak dibelakang pondok.Dan kemarin Liz dan Agena mengajakku bicara, mereka bermaskud memasukkanku ke Akademi jika aku berkenan.Hari ini Yui bersekolah, semakin hari ia semakin pandai saja. Ia suka mendengarkan ceritaku
Read more
Biju
Hari ini Agena meminta Shelin agar menemaninya bekerja dan mengurus beberapa pasien. Agena adalah kepala dokter dan tenaga medis di seluruh Kota Levis, Ia juga sekaligus guru besar di Akademi Super Magic Levitasi.Sementara Agena masih bersiap-siap tentu ia juga harus menyiapkan keperluan bagi Liz dan Yui  Shelin meminta izin padanya untuk berjalan-jalan sebentar di selasar bukit yang berada tepat di belakang pondok. Ia selalu ke tempat ini jika sempat.Dari sini ia dapat melihat dengan jelas garis batas antara air dan daratan di ujung selatan. Menurut dugaannya, di bumi sana tempat dimana ibu dan ayah serta Dava mungkin tengah mencemaskannya  sekarang sedang ada di musim peneduh barat. Di Levis juga, anginnya sepoi-sepoi menenangkan.Jalan setapak ini mengantarkannya pada sebuah tanah lapang di sebuah bukit. Ia sering melihat siswa-siswa akademi berlatih di tanah lapang yang ia jejaki sekarang.Sepi, dari kejauhan hanya terlihat dua orang, yang
Read more
DMCA.com Protection Status