All Chapters of Takdir Yang Tertunda: Chapter 11 - Chapter 20
143 Chapters
Episode 12
Hari ini weekend. Sepagi ini aku sudah mantengin laptop. Aku terus menarik cursor laptop keatas dan ke bawah. Nafasku serasa sesak, tapi mataku tak mau lepas dari layar laptop. Mulutku kututup pake satu tanganku, ketika tanganku yang lain berusaha meng-zoom gambar yang aku lihat. Ada cairan hangat menetes jatuh ke keybord laptop. Seakan tak percaya tapi memang benar. Layar laptopku, menunjukkan gambar foto orang-orang yang aku kenal. Berkali-kali aku meyakinkan diriku bahwa yang aku lihat itu salah. Namun, kenyataan bicara lain. Foto praweding seorang laki-laki dan perempuan yang sangat aku kenal. Dengan cepat aku sambar ponsel yang ada di sebelahku.Tertera nama CEO galak dilayar ponselku.Berkali-kali berdering dan tersambung, tapi panggilanku nggak diangkat.Aku coba beberapa kali tapi tetap hasilnya nihil. "Kamu di mana? Ada yang mau aku bicarakan sama kamu!" Aku menunggu pesan itu dibaca sipemilik ponsel.Tapi hampir 10 menit tidak ada
Read more
Episode 13
Mungkin terlalu pagi. Aku sudah membereskan  barang-barang di ruanganku. Saat ini aku sedang di ruang manager keuangan. "Move! sudah kamu pertimbangkan baik-baik keputusan kamu ini?" Aku menatap kosong ke depan mendengar pertanyaan itu. "Saya rasa tidak ada yang perlu saya pertimbangkan, Pak!" jawabku tegas. Meyakinkan hatiku. Berusaha menegaskan pada diriku sendiri bahwa keputusanku untuk risaign dari perusahaan itu benar. "Kamu yakin tidak mau mengetahui apa motif mereka melakukan ini sama kamu? lagi-lagi pak Fito menanyakan keyakinanku. "Saya sudah tidak mau terlibat jauh dengan mereka lagi, Pak. Saya nggak menyangka mereka bisa begitu rapi bikin skenario ini buat saya." keluhku lemah. Tampak dari raut mukaku ada kesedihan  mendalam. Fito, sang manager keuangan menarik nafas seraya menggeleng- gelengkan kepala. "Saya nggak menyangka Dattan terlibat dalam masalah iin dan tega melukai kamu. Entah tujuannya apa? Pungkasnya la
Read more
Episode 14
Setelah peristiwa terakhir itu. Aku memutuskan pergi menghilang. Menjauh dari segala permasalahan. Dari berhenti kerja sampai pindah kost, akhirnya aku juga mengganti nomor ponsel. Berharap tidak akan muncul lagi suatu hari peristiwa-peristiwa yang terjadi kemarin. Sekilas aku mendengar ada beberapa orang yang mencari kabar tentang kepergianku. Ray Dinata! Dia salah satu orang yang yang sibuk mencari tentang aku.  Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja aku melihat sosok Dattan terlihat di cafe tempat baruku bekerja. Dia salah satu pelanggan setia di cafe tempat aku bekerja. Aku sengaja tidak menemuinya ketika siang itu dia datang ke cafe. Penamipilannya lebih santai dibandingkan ketika dia kerja. Karena memang hari itu hari libur. Di depannya duduk seorang wanita yang sudah sangat aku kenal. Feronika Alfarest! Tak kulihat sosok lain selain mereka berdua. Aku pikir akan ada sosok Ray Dinata. Namun dari kejauhan kuperhatikan mereka sibuk membahas sesuatu h
Read more
Episode 15
  Panas matahari menembus jendela kamar kostku. Aku menggeliat menyadarkan diri kalau hari sudah berganti waktu. “Terjadi lagi semalam ..." gumamku dalam hati. “ Huft ...!”hembusan nafasku begitu dalam. "Kenapa begitu lemah? Kenapa harus selemah ini? Lagi-lagi hatiku berkata. Sesaat kupejamkan mata menenangkan perasaan yang tiba- tiba merasa tidak nyaman. Rasanya sudah menyerah duluan. Ada rasa enggan menyeruak masuk kedalam pikiranku. Beberapa hari ini dia sudah berusaha untuk tidak mengingat apapun tapi kenapa musti berjumpa lagi.  "Takdirkah?" tanyaku sambil bergumam pada diriku sendiri masih dengan mata terpejam. Meng_awang-awang kejadian demi kejadian. “Yah, itu memang takdir. Kita ditakdirkan untuk selalu bertemu." suara yang teramat aku kenal. Dia sudah berbaring di sampingku sambil membelai rambutku. Kubuka mataku, begitu dekat jarak itu. "Tuhan ...! Bagaimana kalau nanti  aku kehilangan lagi seperti yang sudah-sudah? Su
Read more
Episode 16
Luka lama terbuka kembali! Mungkin itu yang pantas menggambarkan kondisi aku saat ini. Semenjak aku bermimpi tentang masa laluku, hatiku mulai nggak tenang. Ada perasaan nggak nyaman. Luka lama itu seolah-olah kembali menganga dihatiku. Trauma yang bertahun-tahun aku cari obatnya kini kambuh lagi. Bahkan sekarang hampir tiap malam aku bermimpi yang sama. Aku mengendikan bahu ketika salah satu pelayan cafe berbisik di telingaku. Setelah beberapa menit kemudian, aku melangkah menuju meja yang sudah dipesan seseorang. Kulihat wanita cantik itu tidak sendiri. Ada wanita separuh baya duduk berseberangan dengannya. Wanita yang masih begitu terlihat anggun dan cantik diusia 50 tahun. Aku menarik nafas dalam sambil berjalan menuju ke arah mereka. Aku sudah bisa menebak siapa wanita separuh baya yang Feronika bawa itu.  Jantungku berdetak begitu kencang. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" ucapku sedikit bergetar menatap wanita anggun itu. Tidak lu
Read more
Episode 17
"Gubrak ... !" Tas itu dilempar sebarang. Suaranya terdengar jelas. Dia menelungkupkan mukanya di kedua lututnya. Terduduk di bantalan sofa empuknya. Punggungnya teguncang kencang. Ada isak tangis di sana. Sesaat alam sadarnya kembali. Disekanya air mata itu dengan kasar. "Apa kurangnya aku dibanding dia! Dia hanya seorang janda! Dia hanya wanita biasa! Apa kurangnya aku-!! Prankk-!! Gelas itu pecah berhamburan ke lantai. Pecahannya mengais kulit putihnya,melelehkan darah segar di betisnya. Dia meringis  menahan sakit diantara isak tangis kemarahannya. Tanpa memperdulikan pecahan gelas di lantai itu, dia membuka membuka layar ponselnya. Semenit kemudian -, "Lakukan malam ini! Rusak Dia! Hancurrkan- Dia!" perintahnya di seberang telpon. "Baik Nona," "Aku tidak mau mendengar kata gagal!" tandasnya cepat, lalu menutup telpon. Nafasnya ter-engah. Matanya menyorot tajam. Memandang keluar jendela. Feronika Alfarest,!&nbs
Read more
Episode 18
Bau ruangan ini sudah tidak asing lagi. Bau khas rumah sakit. Perlahan aku membuka mataku. Rasanya, badanku remuk semua. Aku meringis menahan sakit. Kurasakan sentuhan lembut di jari-jemariku. Dengan masih kurasakan sakit di kepalaku. Kulihat seseorang duduk di hadapanku. Menggenggam hangat tanganku. Aku tidak perlu mencoba mengingat kejadian yang menimpaku. Rasanya aku trauma. "Kamu sudah sadar, Sayang? Apa yang kamu rasakan, masih sangat sakitkah? Suara teduh itu milik Ray. "Maafkan aku, saat kamu butuh aku, aku tidak ada bersamamu!" ucapnya lagi. Aku hanya menggeleng kan kepala lemah. Iya, Dattan yang menyelamatkan aku. Kemanakah dia? Mataku mengitari ruangan. Tapi tidak kutemukan sosok itu. "Kamu mencari Dattan?" Kuanggukan kepala, mengiyakan pertanyaannya. "Dia di kantor polisi. Ikut mengintrogasi kedua penjahat yang akan memperkosamu!" Aku kembali mengangguk, mendengar ucapan Ray. Yah, aku hampir saja diperkosa oleh dua laki-laki
Read more
Episode 19
"Ma! Ada yang mau Saya tanyakan sama mama!" Pagi itu sebelum berangkat kerja, Ray menyisakan waktunya mampir ketempat mamanya. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu sedikit kaget dengan kehadiran putranya yang tiba-tiba datang di rumah.  Pagi itu, di kediaman Aliya( mamanya Ray Dinata) terlihat wanita cantik yang sudah tak asing lagi. Senyumnya mengurai ketika dilihat cowok tampan itu berkeliaran di rumah mamanya. "Tumben Ray, mampir? Ada perlukah? Tanpa menghiraukan sapaannya, Ray berlalu menghampiri mamanya. "Ada apa, Ray? Datang-datang kok sudah pasang muka tegang begitu? Aliya menghampiri putra semata wayangnya. "Mama, tolong jangan intimidasi Move lagi? Dia sudah cukup menderita, Ma!" suara Ray sedikit meninggi. Aliya, wanita paruh baya itu mengernyitkan kening. Sedangkan gadis cantik yang duduk bersebrangan dengan kedua orang itu, menggerakan badannya untuk berdiri. "Maksud kamu apa, Ray? Ini tentang Move lagi? Ka
Read more
Episode 20
Mata itu menatap tajam dengan kemarahan. Aku yakin di sana ada kebencian mutlak. Pembawaannya yang begitu tenang dan angkuh, membuat sikap itu tidak begitu kelihatan mencolok. Sudah hampir 15 menit berlalu. Belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Aku masih menunggu, tanpa mengurangi sopan-santunku. Sebagai rasa hormatku untuknya. Aku masih dalam posisiku. Duduk di kursi yang ia pesan. Sedang dia, masih berdiri mematung, membelakangi aku. Ketika tiba-tiba ponselku berdering, ... "Angkat panggilan itu!" suaranya memecah keterdiaman diantara kami. Aku mengangguk hormat seraya menjawab panggilan masuk di ponselku. "Hallo!" suaraku datar agak bergetar. Suara di seberang terdiam sesaat. "Sayang! Apa kamu sekarang lagi bareng sama mama?" tanyanya ragu. Aku terdiam sesaat. Menatap seseorang yang berdiri di hadapanku. Wanita itu mengangguk sebentar sebelum mengambil ponselku. Kubiarkan ponsel itu pindah tangan. "Hallo, Ray!
Read more
Episode 21
Kakiku gemetaran mendengar perkataan Feronika. Aku membalikkan badan. Pandanganku tajam ke arah Ray. Dengan linglung aku mengarahkan kakiku kembali ke tempat neraka itu. Bukan Ray atau Dattan yang kutuju. Tapi, sosok wanita cantik itu yang kudatangi.  "Sebenarnya, kamu ini siapa Feronika?" tanyaku penuh penekanan. Kuamati raut muka wanita itu. Kucari kebenaran dari apa yang dia ucapkan tadi. "Tidak seharusnya, kamu ikut campur terlalu jauh masalah pribadiku!" Agak tersentak Feronika mendengar ucapanku. Mungkin selama ini mereka selalu memandang aku lemah, dan menyepelekan apapun tentang aku. Kali ini ada rasa keterkejutan baik Feronika ataupun orang-orang yang ada di sini, mendengar kalimat terakhirku tadi. "Aku hanya mengatakan kebenaran Move!" Sekali lagi Feronika menegaskan ucapannya. "Sudah cukup Fero!" Tiba-tiba suara Ray bergema. Aku menatap tajam ke mata laki-laki yang teramat aku cintai itu. "Katakan sekali lagi Fe
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status