Semua Bab Sang mantan: Bab 21 - Bab 30
50 Bab
21. Inka emang lagi syantikkk dari Dewi
Selamat pagi!!! Adelle update nih Abaikan judul part-nya ya hihi, emang lagi syantiikkk. *****Inka menyesali hari ini, kenapa dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini. Inka harus berhadapan dengan satu orang yang sangat ia tak sukai, wanita yang telah mengambil lelaki di masa lalunya.Bukan benci, hanya saja Inka malas berurusan dengan kedua orang ini. Baik Dewi maupun Mohan, Inka sudah tak ingin ikut dalam urusan mereka."Jadi, kau bekerja disini?" tanya Dewi tersenyum sinis meremehkan.Rasanya sangat malas bagi Inka untuk menjawab pertanyaan wanita licik ini. Tapi, Inka masih sadar diri akan tempat dimana ia sekarang berada."Iya," jawabnya singkat."Mbak ingin pesan apa?" tanya Inka se-sopan mungkin."Sejujurnya Inka merasa sedikit curiga, dari sekian banyaknya penjual jus di kota ini. Kenapa Dewi malah membeli jus di tempatnya? Apakah ini memang murni karena ketidak sengajaan atau sengaja? Lagi-lagi Dew
Baca selengkapnya
22. Menembak Inka
"Inka!" "Ya?" sahut Inka singkat dan santai."Nanti malam kau ada waktu tidak?" tanya Kanz sehati-hati mungkin."Kenapa?" "Nanti malam aku ingin mengajak mu keluar, kau bisa kan?" Inka tampak diam berpikir dengan ajakan Kanz, cukup lama dan tak lama kepala Inka mengangguk."Dandan lah yang cantik, supirku yang akan menjemputmu." jelas Kanz tersenyum manis dan wajah berseri penuh kebahagiaan."Supir? Maksudmu?" tanya Inka bingung."Supir pribadi di rumahku Inka, mulai hari ini aku akan mencoba memulai kembali tinggal bersama kedua orang tuaku." jelas Kanz."Benarkah?" Kanz mengangguk."Syukurlah, aku ikut bahagia mendengarnya." lega Inka begitu bahagia."Semua berkatmu Inka, jika bukan kau yang selalu menasehatiku. Kemungkinan, saat ini aku masih berkeras hati."Inka tersenyum. "Kau terlalu memuji Kanz, aku hanya mengatakan apa yang menurutku benar. Aku ingin kau bahagia bersama kelu
Baca selengkapnya
23. Menembak Inka (2)
"Inka, aku-""Kanz, tempat ini indah sekali!" ungkap Inka menjerit bahagia memotong ucapan Kanz.Kanz terdiam seketika, keberanian yang tadi sempat terkumpul hilang seketika. Tersenyum seraya mengulurkan tangannya ke arah Inka yang awalnya bingung namun setelahnya wanita itu menerima uluran tangan Kanz.Kanz membawa Inka untuk duduk di tempat yang sudah tersedia meja lumayan besar dengan dua kursi yang saling berhadapan. Indahnya lampu-lampu kecil yang terpasang di seluruh tempat ini menjadikan suasana terasa sangat romantis. Walaupun tidak ada musik yang mengiringi, tapi ini sudah jauh lebih indah dari Kanz bayangkan. Berduaan dengan Inka di tempat yang memang sudah di rancangnya ini pun ia sudah sangat bersyukur, setidaknya Inka tak menolak ajakannya.Inka tak perlu dan tak ingin repot-repot menanyakan ini tempat apa, karena ia tahu pastilah Kanz juga tak perlu repot akan menjawabnya. Cukup diam dan menikmati pada apa yang sudah Kanz berika
Baca selengkapnya
24. Beri aku waktu
Tubuh Inka menegang dan menjadi kaku dengan semua yang Kanz utarakan. Pria itu mengungkapkan semua isi di dalam hatinya pada Inka, betapa Kanz jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.Inka bisa melihat sendiri kelegaan yang terpancar di mata Kanz setelah pria itu menembak Inka dengan perasaan cintanya. Tinggallah sekarang Inka yang merasa tak berkutik bahkan bergerak, tubuhnya terasa kaku dan pikirannya belum bisa berpikir jernih."Kanz, aku-" jawab Inka tergugu setelah berhasil mengeluarkan suaranya dan kini malah menundukkan kepalanya menatap ke bawah meja.Kanz menunggu kalimat selanjutnya yang akan Inka keluarkan, namun sampai cukup lama ia menunggu, Inka tak kunjung juga membuka suaranya lagi.Kanz menghela napas sesaat pikirannya terlempar pada Inka yang bisa di pastikannya jika saat ini wanita itu luar biasa kagetnya."Jangan terlalu terburu-buru Inka, aku tidak langsung memaksa atau menagih jawaban darimu sekarang." lirih Kanz.Me
Baca selengkapnya
25. Seminggu yang berat
Kanz dan Inka benar-benar menepati ucapan mereka yang akan tetap bersikap seperti biasa seolah tak terjadi hal apapun setelah tadi malam Kanz menyatakan cintanya. Kini kedua orang tersebut tampak adem-adem ayem dan tenang, sehingga tak membuat rasa curiga pada Bio.Tapi walaupun begitu, tetap saja baik Inka maupun Kanz masih merasa jika ada yang berbeda setelah hari itu. Ibaratnya mereka seperti memaksakan sikap normal seperti biasanya.Mohan sendiri menjalani kehidupannya seperti biasa, pergi ke pabrik pagi-pagi sekali dan pulang hampir larut malam. Sepertinya pria itu sengaja menyibukkan dirinya dengan semua urusan pekerjaan. Bukan tanpa sebab sih, dia melakukan hal itu agar ia tak kehilangan fokusnya yang selalu tertuju pada sosok Inka. Dan dia tak mau terus berlarut dalam bayangan Inka yang menurutnya sekarang menjadi bayangan semu. Sudah seharusnya Mohan merelakan Inka dengan kehidupannya tanpa harus mencampuri, meskipun jiwa dan batinnya
Baca selengkapnya
26. Undangan makan malam
Mobil Kanz berhenti di rumah Inka, ia keluar dan langsung mengetuk pintu rumah sederhana itu. Bunyi suara kenop pintu yang di buka seseorang, Kanz tersenyum lembut ketika melihat sosok ibu dari Inka lah yang membukanya."Malam Tante," Kanz mendekat seraya mengambil tangan bu Ina untuk mengecup punggung tangan kanannya."Malam Kanz. Ayo masuk!" titah bu Ina seraya membuka pintu lebih lebar agar Kanz bisa masuk.Setelah mereka duduk, Kanz ingin membuka suaranya tapi langsung di tahan bu Ina."Inka sudah mengatakannya padaku Kanz, dia juga sudah menceritakan semua tentangmu pada kami berdua." ungkap bu Ina ketika melihat sang suami tercinta berjalan ke arahnya.Kanz tentu saja melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada bu Ina. Papa Inka memilih duduk di sebelah istrinya, sedangkan Kanz duduk sendirian di hadapan mereka."Aku lega dan senang karena Inka sudah mengatakannya semuanya pada kalian." Kanz tak perlu bertanya tentang kata sem
Baca selengkapnya
27. Hati yang memilih
Tringggg.Satu notifikasi pesan masuk ke ponsel Kanz. Kanz yang baru keluar dari kamar mandi pun mendengar suara dering ponselnya. Kanz mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil di tangan kanannya, sementara ia sendiri masih memakai handuk yang melilit dari pinggang sampai ke bawah.Kanz melangkah mendekati ponselnya yang tergeletak di nakas samping ranjang. Ia ambil dan membuka satu pesan dari Inka.Perlahan bibirnya membentuk senyuman ceria, penasaran apa gerangan Inka mengiriminya pesan.Inka : Hari ini aku izin cuti, beri aku waktu untuk sendiri. Dan satu lagi, ini sudah seminggu untukku menjawab ungkapan pernyataan cintamu. Aku akan menjawabnya selama 1x24 jam ini. Jika sampai jam 12 malam nanti aku tidak datang berarti kau sudah tahu jawabannya, oke Kanz. Aku menyayangimu Kanz membaca kata demi kata yang tertulis di pesan Inka. ia mencoba untuk mencernanya lagi, perlahan senyum di wajah Kanz memudar. Di pesan Inka hany
Baca selengkapnya
28. Aku memilihmu
Senyum lebar Kanz perlahan mengendur ketika ia melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya."Anita...." panggil Kanz lirih nyaris berbisik menyebut nama wanita yang kini berdiri melihatnya.Keduanya bagaikan patung hanya berdiri kaku sambil menatap lekat. Perlahan namun pasti wanita yang bernama Anita itu melangkah mendekati Kanz, hingga kini posisi mereka saling berhadapan dengan jarak yang dekat."Apa kabarmu Kanz?" kata wanita yang bernama Anita tersebut.Kanz tidak menjawab, hanya tatapannya saja yang terus menyoroti Anita dengan pandangan yang sulit di artikan.Rasa syok membuat Kanz tak berkutik sedikit pun, sebenarnya ia sedikit kecewa karena yang datang bukanlah Inka. Padahal ia sangat berharap Inka datang dan menjawab pernyataan cintanya, waktu bahkan sudah menunjukkan pukul tengah dua belas malam. Kanz tersenyum kecut mengingat sisa waktu untuk Inka tinggal setengah jam lagi, jauh di dalam hatinya ia sangat berharap masi
Baca selengkapnya
29. Flashback
Mohan terus memandangi lekat Inka yang tampak malu dan risih karena terus ia tatap seperti itu. Bahkan kedua pipi Inka tampak bersemu merah."Jangan menatapku seperti itu," kata Inka malu."Kenapa? Apakah salah jika aku menatapmu?" "Salah!" jawab Inka cepat. "Kau harus mengatakan alasan mengapa kau meninggalkan diriku demi memilih mematuhi perjodohan yang telah di rencanakan kedua orang tuamu." sambung Inka lagi menuntut jawaban alasan mengapa Mohan meninggalkannya.Mohan menundukkan kepalanya seraya tangannya menggenggam sebelah tangan Inka. Ia mendongak menatap wajah Inka, dan di saat itulah Inka dapat melihat jelas wajah sendu Mohan beserta airmata di pelupuk matanya bersiap tumpah."Apa kau yakin dan siap untuk mendengarnya?" Inka mengangguk."Baiklah, aku akan mengatakan semuanya padamu. Mengatakan sejujurnya alasanku kenapa meninggalkanmu.""Ya, katakanlah." Mohan mengangguk seraya memejamkan matanya sebentar
Baca selengkapnya
30. Masih flashback
Mohan membawa tubuh Inka ke dalam pangkuannya, Inka gugup dengan tindakan Mohan itu tapi tak ayal dia sangat bahagia."Menurutmu bagaimana Inka?" tanya Mohan menatap tepat ke iris mata Inka.Pertanyaan itu Mohan berikan agar Inka mengutarakan segala pemikirannya tentang pernikahannya dengan Dewi, mantan istrinya itu."Aku tidak tahu bagaimana perjalanan pernikahan kalian. Yang aku tahu, kau tidak mencintai mbak Dewi." Mohan mengangguk. "Ya, kau benar, aku memang sama sekali tak mencintainya. Karena yang aku cintai hanya dirimu." Mohan kembali menangkup wajah cantik Inka dengan kedua tangannya yang besar. "Sebelum menikah dengan Dewi, aku mengajukan syarat pada orang tuaku.""Syarat lagi?" Mohan mengangguk."Syarat apa yang kau ajukan, Mohan?" "Aku mengajukan syarat jika nanti setelah aku menikah dengan Dewi. Jika salah satu diantara kami ketahuan ada yang selingkuh, maka otomatis salah satu pihak yang la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status