All Chapters of Sang mantan: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
11. Kebohongan Kanzeel Laurent
Kanz menatap jalanan dari jendela rumah kontrakannya, rumah kontrakan sederhana yang ia sewa bersama Bio. Sedikit banyaknya Bio tahu tentang kehidupan seorang Kanzeel Laurent."Kau berbohong padanya Kanz," ujar Bio pada Kanz yang saat ini fokus menatap ke arah jalanan.Kanz sama sekali tak bergeming dengan ucapan temannya itu, membuat Bio merasa gemas melihatnya."Ayolah Kanz, sebaiknya kau jujur saja pada Inka mengenai dirimu yang sebenarnya." sambung Bio lagi agar Kanz mau jujur pada Inka."Aku takut dia tidak akan menerima ku lagi sebagai temannya, kau tahu kan Bio, hubungan pertemanan kami baru saja di mulai." lirih Kanz sedih."Dia akan lebih terluka jika kau tak jujur dari awal padanya Kanz, dia akan menganggap jika kau hanya memanfaatkan dirinya saja dengan kebohonganmu."Kanz terdiam, tampak ia sedang mencerna ucapan temannya yang sebenarnya ada benarnya juga."Aku tidak bisa Bio, Maaf." lirih Kanz lagi yang kini bangkit berdiri dan berjala
Read more
12. Membujuk Inka yang merajuk
Bio mengkode pada Inka jika Mohan sudah pergi, secepat kilat Inka melepaskan pelukannya pada Kanz, menendang kaki Kanz serta mendorong tubuhnya. Membuat Kanz yang tak siap pun terjengkang jatuh terhempas ke belakang."Awhh!" ringis Kanz kesakitan saat punggungnya jatuh menyentuh tanah dan nyeri pada kakinya yang di tendang Inka."Rasakan itu!" ledek Inka kesal pada Kanz.Kanz dengan cepat bangkit berdiri susah payah dan langsung meraih memegang tangan Inka, tapi dengan cepat pun Inka menepisnya."Jangan sentuh aku, dasar pembohong!" umpat Inka menatap nyalang Kanz.Bio hanya terdiam di tempatnya tanpa bisa membantu ataupun menengahi suasana yang terjadi antara Kanz dan Inka."Dengarkan aku dulu Inka-""Tidak!""Aku bisa jelasin semuanya-""Tidak!" sentak Inka cepat dan selalu memotong ucapan Kanz.Hhhhh. Kanz menghela nafasnya berat seraya menghembuskan nafasnya kasar."Kau bilang, jika kau terlahir dari keluarga tak mampu dan s
Read more
13. Kencan atau...?
Inka mengutuk mulut dan dirinya sendiri yang tadi malam dengan jelas menolak permintaan Kanz yang ingin Inka datang ke tempat bekerjanya sebagai penjual jus yang menggunakan food truck.Kanz berbinar melihat kehadiran Inka. Kanz memang sangat yakin jika Inka pasti datang menemuinya, semarah apapun wanita itu padanya, tapi lihatlah! Inka tetap datang sesuai keinginannya."Terima kasih," ucapan Kanz yang meluncur begitu saja akibat rasa bahagia yang membuncah di dadanya."Terima kasih sudah mau datang, Inka." sambungnya lagi saat melihat lipatan kerutan bingung di dahi Inka.Inka berdeham guna menormalkan suaranya. "Bukankah sudah aku katakan padamu, jika mulai sekarang aku berhenti bekerja sama dengan kalian berdua di tempat ini." ucap Inka sedikit angkuh.Bio yang sedari tadi hanya berdiam diri memperhatikan Inka dan Kanz, tiba-tiba menegang. Baiklah, atmosfernya sekarang berubah menjadi panas. Untuk itu Bio memilih tak ikut campur pada kedua orang itu.
Read more
14. Permintaan Mohan
Kanz membawa Inka ke sebuah rumah makan sederhana, itu menjadi pilihan mereka atas dasar permintaan Inka. Mereka berdua mencari tempat duduk di pojokan, setelah duduk seorang pelayan datang dan mereka pun memesan makanan yang mengunggah selera mata serta perut mereka yang keroncongan, terutama Inka yang sedari tadi perutnya berbunyi heboh."Kenapa kau tidak meminta makan di restoran mahal?" Kanz membuka obrolan.Inka melirik ke arahnya. "Aku meragukan jika kau mempunyai uang banyak untuk makan di restoran yang mahal.""Kau meragukan ku Inka?" Inka mengendikkan kedua bahunya tanda tak peduli."Hhh, ayolah Inka. Apa kau lupa, siapa diriku ini yang sebenarnya?" pancing Kanz yang kembali mengungkit perihal masalah kebohongan yang ia ciptakan sendiri."Jadi, sekarang ini kau sedang ingin memamerkan kekuasaanmu serta kekayaanmu, begitu?" Kanz menggeleng."Apa yang harus aku pamerkan Inka? Toh, yang kaya adalah kedua orang tuaku. Aku mungkin hanyalah salah sat
Read more
15. Satu hari bersama Mohan
"Inka-""Cukup Mohan! ku mohon, hentikan kegilaan mu ini!" tekan Inka memotong ucapan Mohan.Inka berbalik badan ingin segera masuk ke dalam rumahnya, namun dengan cepat juga Mohan bertindak memeluk tubuh Inka dari belakang.Inka tersentak dengan pelukan tiba-tiba dari Mohan di belakang tubuhnya. Anehnya, Inka tak berusaha melepaskan pelukan itu. Hanya bibirnya yang bicara meminta di lepaskan."Mohan, lepaskan!" badan Inka menggeliat, meronta agar Mohan melepaskannya.Nyatanya, tangan Inka sama sekali tak menampik atau bergerak melepaskan kedua tangan besar Mohan yang melingkupi bagian perutnya.Mohan menjatuhkan dagunya di bahu kanan Inka, sedikit mengecup dari balik luar baju wanita itu."Aku merindukanmu, Inka. Kembalilah bekerja di pabrik." pinta Mohan berbisik di telinga Inka."Kenapa?" satu kata yang terlontar dari mulut Inka."Kenapa kau melakukan semua ini padaku? Apa tujuanmu sebenarnya Mohan, apa niatmu kali ini?!" bentak Inka s
Read more
16. Satu hari bersama Mohan (2)
Sesuai permintaan Mohan, pria itu-sungguh datang menemui Inka. Tersenyum ke arah Inka seraya membuka pintu mobilnya, Inka langsung masuk dan duduk di kursi sebelah kemudi.Bu Ina menatap kepergian putrinya bersama pria yang sangat di bencinya. Tadi malam Inka sudah meminta izin padanya untuk pergi bersama Mohan satu harian penuh. Awalnya, bu Ina sangat marah sekali apalagi mendengar ucapan Inka selanjutnya yang mengatakan menyetujui ajakan Mohan.Mau tak mau akhirnya bu Ina pasrah dan mengalah pada keputusan putrinya. Toh, putrinya juga mengatakan jika setelah itu Mohan akan menjauh dari kehidupan mereka. Yang artinya, selanjutnya Inka akan terbebas dari mahluk yang bernama Mohan itu.Di dalam mobil..."Kita mau kemana?" tanya Inka bingung dan khawatir akan di bawa kemana dirinya oleh Mohan."Kemana saja. Bukankah hari ini kita akan menghabiskan satu harian penuh?" Inka mengangguk."Ehmm, kalau begitu aku akan menelpon temanku dulu. Agar dia
Read more
17. Bayangan Mohan
"DERRRRR!"Inka terlonjak kaget saat Kanz dengan sengaja mengaggetinya. Inka mendengkus seraya memegangi dadanya yang bergemuruh kencang."Kanz!! Kau sengaja ya, ingin buat aku jantungan." protes Inka kesal."Maaf, habisnya kamu dari tadi aku lihatin melamun terus." sesal Kanz yang merasa tak enak hati karena sudah mengaggeti Inka.Inka tak menanggapi, ia lebih memilih mengelus pelan dadanya yang masih berdetak kencang, efek di kagetin Kanz."Memikirkan apa sih, huh?" tanya Kanz penasaran."Uhm, tidak ada." "Yakin?" "Iya," jawab Inka bohong."Kau bohong!""Ti-tidak." tergagap Inka mengatakannya saat Kanz begitu pintar menebak ekspresi raut wajahnya."Ya sudahlah, aku tak akan memaksa. Tapi, kalau kau butuh teman curhat. Maka aku dengan senang hati akan menjadi pendengar yang baik, dan kedua tanganku terbuka lebar untuk menerima pelukanmu, hehehe." jelas Kanz terkekeh di akhir kalimatnya.Inka tergelak mendengarn
Read more
18. Kejutan dari Kanz
Kanz menatap sebuah kotak beludru warna merah yang baru saja ia beli dari uang hasil jerih payahnya selama ini. Sudah di pastikan apa isi di dalamnya, yang pasti selalu membuat Kanz tersenyum-senyum.Jujur, ia pun tak pernah kepikiran untuk membeli benda seperti ini. Hatinya tergerak karena Inka, gadis itu mampu menggetarkan hati, jiwa dan pikiran Kanz secara pelan-pelan.Awalnya Kanz mengira jika apa yang ia rasa pada Inka hanyalah ketertarikan semata. Tapi Kanz salah, ketika hati dan pikirannya di kuasai Inka. Kanz mau makan ingat Inka, Kanz mau minum ingat Inka. Bahkan Kanz mau ke kamar mandi pun ingat Inka. Apa Kanz jatuh cinta? Cinta? Ya, Kanz jatuh cinta pada Inka.Untuk itu ia harus bertindak cepat menyatakan cintanya pada Inka, sebelum Inka di tikung pria lain.Senyuman di wajah Kanz tak pernah surut kala ia memikirkan segala rencana yang telah ia susun. Besok malam, dia akan mengatakannya pada Inka. Dan semoga gadis i
Read more
19. Kejujuran & pengakuan Kanz
Kanz mengucap syukur pada sang kuasa karena bisa kembali berkumpul dengan keluarganya. Sarapan bertiga di satu meja yang sama membuat ketiganya bahagia, sesekali di iringi canda tawa di setiap obrolan yang mereka bicarakan.Selesai sarapan pak Hans mengajak Kanz untuk ke ruang santai di rumah mewahnya yang sangat luas. Seakan mengerti, bu Seana membiarkan ayah dan anak itu saling melepas rindu, meskipun ia sendiri jauh sangat merindukan Kanz.Pak Hans dan Kanz duduk saling menatap di sofa yang ada di ruangan santai itu. Senyuman kebahagiaan tak pernah hilang di wajah tua pak Hans."Papa tidak bekerja?" tanya Kanz melihat papanya yang tampak santai."Kan, ada kau yang akan menggantikannya." pancing pak Hans ingin melihat ekspresi putranya itu.Tak di duga, Kanz kali ini yang mendengar hal itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Katakan, siapa gadis itu?" "Gadis siapa, yang papa maksud?" balik tanya Kanz bingung."Wanit
Read more
20. Keceriaan Kanz dan kesedihan Mohan
Mohan tampak kacau beberapa hari ini, terlihat ia begitu serius memandangi berkas-berkas di mejanya. Memfokuskan diri pada kerjaannya, tetapi sekuat apapun ia berusaha tetap saja ia tak bisa fokus.Pikirannya terus mengingat kejadian beberapa hari lalu, dimana ia menghabiskan satu harian penuh bersama Inka sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu.Saat hari itu berakhir rasanya jiwa Mohan mati, semangat hidupnya menjadi redup. Lenyap, hilang tanpa jejak.Menangisi semua yang terjadi juga percuma, karena semua kesalahan memang berawal darinya. Mohan sedikit bersyukur, setidaknya Inka sudah memaafkannya dan itu sudah lebih dari cukup.Mohan melirik ke arah arlojinya, dia ingat hari ini ada janji temu kembali dengan pak Hans Laurent. Ayah dari Kanz, pria yang sekarang ini dekat dengan Inka.Mohan mendengus mengingat Kanz, betapa beruntung sekali pria itu selalu bisa berdekatan dengan Inka.Pak Hans mengatakan akan melakukan janji temu di tempat biasa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status