Lahat ng Kabanata ng Jerat Cinta Sang Milyarder: Kabanata 121 - Kabanata 130
171 Kabanata
Mulai tidak Waras
"Kau tidak salah. Itu bukan salahmu."Celine terus berucap seperti itu sembari memeluk tubuh Dominic. Tidak peduli bagaimana dia membenci lelaki itu. Melihat Dominic yang terluka dan memiliki masa lalu buruk, membuat hatinya terusik. Orang yang terlihat sempurna sekali pun, ternyata bisa memiliki masa lalu yang menyedihkan."Tentu saja itu bukan salahku. Bukan aku yang membunuhnya. Tidak seharusnya semua orang menyalahkanku." Dominic melepaskan pelukan Celine dan tersenyum lebar. Seakan cerita tadi tidak ada artinya. Tidak ada air mata yang juga terlihat di sana.Celine sekali lagi dibuat terkejut melihat perubahan Dominic yang tiba-tiba menjadi tenang. Menatap dan membelai lembut pipinya. Padahal baru beberapa waktu lalu suasana hati lelaki itu sangat buruk. "Kau sudah merasa lebih baik? Haruskah aku pergi sekarang?"Dominic menggeleng. Dia meraih pinggang Celine dan menempelkan dirinya dengan wanita itu. "Semua berkatmu, terima kasih."Kata terim
Magbasa pa
Masuk Jebakan
Dominic telah sampai di tempat yang Jared perintahkan. Pertemuan yang dilakukan di sebuah bangunan tua tak berpenghuni. Dia merasa asing dengan tempat ini. Tidak ada orang di sekitarnya, sepi. Hanya dia seorang diri yang kebingungan karena tidak mendapati keberadaan Jared sama sekali di sana. Apalagi lelaki itu membohonginya?"Jared? Di mana kau?" panggil Dominic sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah. Dia mencari keberadaan temannya. Namun tidak ada tanda-tanda orang lain selain dirinya di sana. Merasa penasaran dengan rumah tua yang ada di depannya, dia memutuskan untuk melangkah masuk. Gelap dan sepi seperti dugaannya. Dominic juga bisa mencium bau tanaman basah yang menempel di setiap sudut ruangan. Dia yang sulit menggunakan matanya untuk melihat, harus menyalakan senter melalui ponselnya. Hingga akhirnya, matanya bisa melihat keadaan di sekitarnya dengan jelas. Bangunan tua yang begitu luas, tidak terlalu banyak barang di sekitarnya.Dominic
Magbasa pa
Permainan Perasaan
Celine menanti kedatangan Dominic dengan gelisah. Sudah hampir satu jam lamanya dia menunggu di rumah itu. Seperti apa yang Dominic janjikan, kalau seharusnya lelaki itu tiba setengah jam sebelumnya. Namun sampai detik ini, Celine tidak mendengar mobil atau melihat batang hidungnya.Bibirnya seketika mendesis. Celine memejamkan mata dan menyesali keputusannya. Mungkin tak seharusnya dia datang ke sini. Tak seharusnya dia meninggalkan anak serta suaminya di rumah. Betapa bodohnya dia menuruti keinginan nafsu sesaatnya. Meski mereka hanya teman tidur, seharusnya Celine bisa lebih menahan diri. Sambil terus menyalahkan dirinya dan mengutuk, Celine pada akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun sebelum itu, dia mengirim pesan untuk Dominic dengan mengatakan bahwa dirinya tidak jadi datang. Dia bersalah pada Rayyan karena berbohong. Suaminya tahu kalau dia saat ini tengah pergi mengambil berkas yang tertinggal di kantor. Padahal kenyataannya, dia sedang menanti kedatang
Magbasa pa
Sikap yang Berbeda?
Rasa gelisah Celine tidak bisa dienyahkan begitu saja dari pikirannya. Hari ini satu kantor dibuat geger oleh kejadian Dominic yang sengaja dilukai sampai masuk rumah sakit. Pelakunya masih tidak ketahui dan bagaimana itu bisa terjadi, tidak ada yang tahu selain Jerry dan Dominic sendiri. Lelaki yang dia mintai keterangan untuk mengabarkan keadaan Dominic, ternyata sama sekali tidak memberi kabar. Beberapa rapat yang harus dihadiri oleh Dominic juga terpaksa dibatalkan sepihak. Celine memiliki tanggungjawab untuk menangani setiap pekerjaan dengan dibantu oleh sekretaris kedua."Bu, ini berkas yang Pak Dominic minta kemarin." Seorang wanita datang dan mengalihkan perhatian Celine. Dia meletakkan beberapa berkas di depan meja sembari menatap gugup. Melihat Celine yang begitu serius dan tampak tidak bisa diganggu.Celine menatap karyawan baru itu sejenak, lalu mengambil berkas itu dan memeriksanya. Perencanaan strategi periklanan yang diminta dalam rapat kema
Magbasa pa
Sensasi Mendebarkan
"Celine, apa kamu lapar? Tante mau pergi memesan sesuatu. Katakan apa yang kamu inginkan," tawar Daisy pada Celine yang duduk manis di sofa. Tak jauh dari mereka terlihat Dominic berbaring di ranjang.Lelaki itu sudah dipindahkan ke VVIP room yang lebih luas. Celine yang belum pernah masuk ke ruangan seperti ini, merasa takjub. Ruangan ini terlihat seperti kamar hotel dibanding rumah sakit. Tidak hanya fasiltas yang lengkap, namun tempatnya juga sangat nyaman. Dominic bahkan langsung tertidur pulas setelah dipindahkan dan meminum obat."Tante, biar saya saja yang pergi memesan makanan." Celine berdiri menawarkan diri. Dia menghampiri Daisy yang berniat keluar. "Tante tidak perlu repot—""Tidak, sebenarnya Tante juga mau keluar sebentar. Ada masalah serius di butik. Bisakah ... kamu menunggu di sini dan menjaga Dominic?"Daisy mengusap leher bagian belakangnya. Dia tidak nyaman melakukan ini, tapi seseorang di butiknya baru saja mengirimi pesan, kala
Magbasa pa
Apa yang Menarik darinya?
Celine melangkah gontai menuju rumahnya. Dia merasa lelah dan tidak sabar untuk merebahkan tubuhnya, lalu jatuh tertidur. Rasanya hari ini lebih melelahkan dari hari sebelumnya. Saat dia berpikir untuk pulang setelah menemani Dominic, Celine harus kembali ke kantor karena lupa ada barang miliknya yang tertinggal. Alhasil, dia sampai ke rumah saat matahari sudah terbenam."Sayang, aku pulang," ucapnya begitu pintu terbuka. Celine berjalan masuk dan meletakkan dua kantong makanan yang sempat dibelinya di supermarket. Dia merasa bersalah karena selalu pulang terlambat dan beberapa hari ini terus mengabaikan keluarga.Tak jauh darinya, Rayyan yang terlihat sibuk mencuci piring, seketika segera menyelesaikan pekerjaannya dan bangkit untuk menghampiri sang istri. Begitu juga dengan Arion yang tengah belajar sekaligus menonton TV. Bocah itu segera bangkit dan berjalan mendekati Celine."Mama.""Sayang, kamu sedang belajar?" Celine menarik Arion ke dalam pangkuan
Magbasa pa
Sebatas Teman Tidur
"Terima atas waktunya. Kami harap, Anda segera pulih kembali."Dominic mengangguk, dia balas menjabat tangan kliennya dan tersenyum kecil. Sementara Celine yang berdiri tak jauh dari sana, segera mengantar keluar tiga orang pria yang baru saja berbincang dengan Dominic.Mereka masih berada di rumah sakit yang sama. Kamar di mana Dominic dirawat. Ada berbagai banyak karangan bunga dan tanda ucapan yang diterima serta doa agar lelaki itu kembali sembuh. Tak hanya itu, sekarang dirinya juga harus bekerja di rumah sakit dan melakukan meeting di sini. Menemani Dominic yang memutuskan untuk tidak membatalkan setiap rapat penting dan tetap bekerja meski sakit. Cukup melelahkan saat dirinya beberapa kali harus bolak-balik ke kantor. Walaupun sopir perusahaan bersama mereka dan siap mengantarnya."Sepertinya hari ini sudah cukup."Celine tersentak kaget ketika dirinya berbalik setelah menutup pintu, Dominic justru tiba-tiba muncul tepat di depannya. Lelaki itu sangat meng
Magbasa pa
Menjadi Prioritas
"Kemarilah, Rayyan. Hati-hati."Celine dengan pelan membantu suaminya turun dari taksi. Dia memegangi bahu di mana kaki Rayyan terluka dan berjalan masuk menuju rumah sakit. Entah ini kebetulan atau apa, tempat Rayyan control dan menjalani terapi adalah tempat yang sama di mana Dominic berada. Dia sudah meminta pada lelaki itu waktu jika dirinya terlambat datang karena berniat menemani sang suami menjalani fisioterapi."Di mana Dominic? Aku ingin melihatnya." Rayyan menatap sang istri yang sudah kembali setelah mendaftarkan dirinya. Memapahnya ke sebuah lift yang hanya ada beberapa orang. Tujuan mereka ada di lantai tiga, di mana dokter yang mengobati Rayyan selama ini ada di sana."Tidak, kamu harus terapi sekarang. Nanti saja kita menemuinya.""Seharusnya kamu berangkat kerja saja. Aku bisa pergi ke sini sendiri.""Jangan mulai lagi, Sayang. Aku sudah meminta izin untuk telat dari Dominic," bisik Celine di telinga sang suami. Dia mengucap penuh penekanan.
Magbasa pa
Semua Sudah Terlanjur
"Kau selalu luar biasa, Celine," ucap Dominic sembari mengecup leher wanitanya. Dia memejamkan matanya sesaat dan menikmati sisa kegiatan menggairahkan. Dominic tidak mau langsung melepas Celine. Dia benar-benar takut dengan mimpinya. Dia takut wanita itu pergi meninggalkannya. Mimpi sialan itu, membuatnya tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Celine mati di hadapannya begitu saja? Dominic tidak mau dan tidak akan membiarkan mimpi itu menjadi kenyataan. "Kau wanitaku. Milikku. Aku tidak akan mengizinkanmu melarikan diri dariku," lirihnya. Hampir seperti sebuah bisikkan.Celine yang mendengarnya, memilih tidak menjawab, napasnya masih terengah-engah. Hingga hanya desahan lirih yang keluar dari bibirnya saat Dominic mulai bangkit dari atas tubuhnya. Lelaki itu merapikan pakaiannya kembali sembari memeriksa luka yang kini dibalut perban. Khawatir jika darahnya kembali keluar karena aktivitas mereka barusan. Namun untunglah, apa yang d
Magbasa pa
Bertindak Egois Sekali Saja
Dominic menatap pemandangan malam dari lantai apartemennya. Seluruh kota tampak gemerlap seperti biasanya. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain saat dia akhirnya bisa kembali pulang. Meski adu mulut kembali terjadi dengan sang mama. Dominic mendesis dan meraba kembali luka di tubuhnya. Dia sudah lebih baik sekarang. Dominic bukan orang lemah. Walaupun dia masih terluka karena tindakan yang dilakukan Jared. Entah bagaimana sekarang nasib lelaki itu. Dia harap, papanya tidak bertindak tanpa sepengetahuannya. Jika Jared memiliki masalah dengannya, maka hanya dia yang harus menyelesaikan semuanya. Kali ini, Dominic tidak akan tinggal diam seperti sebelumnya lagi.Seseorang telah dia tugaskan untuk menyelediki di mana Jared tinggal sekaligus membawa rekaman, dan apa pun yang dimiliki lelaki itu mengenai bukti perselingkuhannya. Dia tidak akan membiarkan Jared menyentuh Celine apa pun yang terjadi. Tidak akan.Teringat wanita itu, Dominic sontak mengalihkan pandangannya dan
Magbasa pa
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status