Semua Bab Touch Me if You Dare: Bab 21 - Bab 30
76 Bab
Part 20, Sentuhan Pertama
Tubuh Jane mendadak terasa ringan, bagai melayang di udara. Tidak menyangka jika hari itu ia akan mendengar pengakuan cinta dan dilamar dalam satu waktu sekaligus.  Dicintai oleh seorang Aaron Caldwell? Wow! Wanita mana yang tidak akan merasa bahagia?Laki-laki dengan fisik sempurna, ditambah lagi dengan kekayaan berlimpah yang ia miliki, fakta itu membuat Aaron Caldwell menjadi laki-laki paling diinginkan di atas permukaan bumi ini. Dan laki-laki seperti itu menyatakan cintanya pada Jane, bahkan memintanya untuk menjadi satu-satunya wanita yang berbagi hidup dengannya, bagaimana Jane tidak akan merasa tersanjung? Tapi, semua kesempurnaan yang tampak di depan matanya kini justru membuat Jane merasa takut. Ia takut nantinya akan merasakan kekecewaan yang besar, karena biasanya di balik sesuatu yang memberikan harapan yang besar terletak juga potensi kekecewaan yang besar. Di saat itu terjadi, Jane pasti satu-satu pihak yang berada dalam posisi yang tidak b
Baca selengkapnya
Part 21, Langkah Awal d'Ariest
Musim dingin telah tiba, kota New York memutih ditutupi salju. Sempat mengalami delay karena cuaca buruk, pesawat yang membawa Jane dan Aaron akhirnya mendarat dengan mulus di landasan John F Kennedy International Airport. Butiran-butiran salju menyambut kedatangan Jane ketika ia menjejakkan kaki di kota yang dijuluki The Big Apple itu. Hawa dingin menerpa wajahnya, membuat Jane merasa membeku dalam seketika. Jane beruntung, karena Aaron sudah mempersiapkan semuanya. Sebelum berangkat, ia memastikan Jane telah mengenakan mantel dan juga syal tebal menutupi leher. Tidak lupa sarung tangan hangat, dan penutup telinga yang terbuat dari wol. Aaron mengerti, ini adalah kali pertama Jane berhadapan dengan musim dingin, jadi dia ingin Jane tetap merasa nyaman. Dari bandara, mereka langsung menuju apartment. Sepertinya Aaron memang sudah mempersiapkan segala sesuatunya jauh sebelum kedatangan Jane. Ketika sampai di apartment itu, Jane mendapati sebuah kamar sudah dis
Baca selengkapnya
Part 22, Masa Lalu yang Terungkap
Cherry tersentak, kaget beserta bingung mendengar pertanyaan Glen yang begitu tiba-tiba. "Mengapa Glen tiba-tiba menanyakan Jane?" tanya Cherry di dalam hati. "Jane? Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Mengapa tiba-tiba kau menanyakannya?" jawab Cherry, balik bertanya. "Kau yakin tidak membohongiku?" tanya Glen lagi dengan ekspresi tidak percaya. "Demi Tuhan, Glen. Aku tidak bohong. Kita sudah lama hilang kontak. Aku tidak tahu di mana Jane berada.' "Lalu ... bagaimana kau menjelaskan sketsa-sketsa ini? Lihat tanggalnya, masih baru, Cher." "Iya, sketsa-sketsa itu memang masih baru. Maksud kamu apa sih, Glen? Aku tidak mengerti." "Sketsa ini dibuat oleh Jane, kan? Kau memakai jasanya untuk peluncuran rancangan terbaru, kan?" "Tidak! Kau salah. Sketsa ini dibuat oleh orang lain, bukan Jane," sanggah Cherry yakin. Tapi Glen tetap tidak percaya. "Tidak mungkin. Tarikan dan goresannya pensilnya, aku hafal sekali
Baca selengkapnya
Part 23, Hasrat Normal Lelaki
Suara bentakan itu menggema ke seluruh ruangan. Gerak kaki Jane refleks berhenti, dia pun menoleh mencari sumber suara. Terpisah dua meter saja, Jane melihat Aaron berdiri dengan ekspresi kelam di wajahnya. Tatapannya menukik tajam, rahangnya bergerak dengan gigi tertutup rapat. Tampak jelas, ia sedang berusaha keras menahan agar emosinya tidak meledak. Tanpa dijelaskan pun, siapa saja yang melihat pemandangan saat ini, pasti bisa menduga kejadian apa yang terjadi sebelum ia datang. Penampilan Jane kusut masai. Rambutnya tergerai tak beraturan, lepas dari ikatannya. Pakaiannya acak-acakan, bahkan beberapa kancing kemejanya lepas. Area di sekitar dagu Jane memerah, bekas tekanan jari tampak jelas di atasnya. Area di sekitar bibir Jane pun tidak jauh berbeda.  Dengan karakter Daniel yang ia kenal selama ini, Aaron paham, pasti Daniel mencoba untuk berbuat hal yang tidak pantas pada Jane. Hal itu membuatnya semakin murka. "Berani sekali kau menyentu
Baca selengkapnya
Part 24, Kekasih Rahasia
Daniel terbangun dengan rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Beberapa saat baru tersadar bahwa ia sudah berada di rumahnya sendiri. Ia mencoba bangkit dari tidurnya, tapi kesulitan melakukannya. Kepalanya pusing, dunia terasa berputar di sekitar kepalanya. Saat disentuh, ternyata ada benjolan di atas telinga kirinya. Cukup besar, kurang lebih seukuran bola tenis dibelah dua. Daniel tidak berdaya untuk bangkit, hanya bisa memiringkan tubuhnya untuk sedikit mengurangi rasa nyeri di kepalanya. Sambil menahan rasa sakit, Daniel berusaha mengingat-ingat kejadian yang ia alami sebelumnya. Pupilnya langsung membesar begitu ia mendapatkan ingatannya kembali. "Gadis, sialan! Gara-gara dia aku harus menderita begini!" ujarnya sambil menggertakkan gigi. Namun, sebuah suara terdengar, mematahkan kata-katanya. "Kau yakin semua ini salah gadis itu?" Daniel menoleh. Ter
Baca selengkapnya
Part 25, Auman Macan Betina
Aaron baru saja selesai mandi ketika ia mendengar suara ribut-ribut dari luar kamar. Ia bergegas mengenakan pakaian, lalu ke luar untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata neneknya, Elaine Caldwell yang datang memberikan kejutan. "Nenek? Kapan datang? Kenapa tidak menghubungi aku kalau mau datang ke sini? Aku bisa menjemputmu," sambut Aaron sambil berlari, lalu memeluk neneknya.  "Cucu kurang ajar! Kau sudah lama kembali dari perjalanan bisnismu, mengapa kau tidak pernah datang menemuiku?" "Maafkan aku, Nenek Sayang. Aku sangat sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk mengunjungimu." "Apa kau menunggu kabar kematianku dulu baru kau pulang?" Elaine mendengus kesal. "Ssst ... Nenek. Siapa yang berkata Nenek akan mati? Nenek harus hidup dua puluh tahun lagi, saksikan aku menikah, memiliki anak, sampai aku menikahkan anak-anakku. Jangan pernah sebut-sebut kematian lagi di depanku," bujuk Aaron, lalu memasang ekspresi sedih di wajahnya.
Baca selengkapnya
Part 26, Bukan Manusia Robot
"Jangan!" Aaron dan Jane serentak menolak ajakan Elaine. "Mengapa? Kabar baik ini harus segera kita umumkan, mengapa harus menunda?" tanya Elaine heran sekaligus kaget melihat reaksi Aaron dan Jane. "Saat ini Ariest baru menapaki jenjang popularitasnya, Nek. Kita sengaja merahasiakan identitas Jane untuk mengundang rasa penasaran konsumen dan penggiat bisnis fashion lainnya. Mari kita beri kesempatan Jane untuk terus memberikan karya-karya terbaiknya. Tepat pada peringatan satu tahun debutnya, barulah Jane muncul ke hadapan publik." "Tapi saat ini terlalu banyak berita simpang siur yang bermunculan, Aaron. Nenek khawatir, jika tidak segera ditindak lanjuti, kabar miring itu bisa berdampak pada saham perusahaan." "Tidak usah khawatir, Nek. Aku dan Chris setiap saat memantau situasi. Kami pasti bergerak cepat untuk mencegah hal buruk terjadi." "Saat ini biarkan saja semua berita spekulasi yang dibuat oleh media. Semakin sering nama Ariest dibica
Baca selengkapnya
Part 27, Undangan Balas Dendam
Aaron yang masih tidur, terjaga mendengar suara teriakan Jane yang begitu kuat dan nyaring. Atelier Jane berada tepat di sebelah kamar Aaron, jadi dia bisa mendengar dengan jelas suara Jane yang mengomel panjang lebar. Rasa penasaran mendorong dirinya untuk bangkit, lalu berjalan menuju ruangan tempat Jane berada. "Ada apa, Jane? Pagi-pagi sudah berteriak. Mimpi indahku langsung buyar gara-gara teriakanmu," keluh Aaron, bersandar di pintu yang terbuka. Jane menoleh, ingin melanjutkan omelannya, tapi lidahnya mendadak membeku. Aaron berdiri di hadapannya dengan rambut kusut, hanya mengenakan celana piyama, tanpa sehelai benang pun menutupi bagian atas tubuhnya. Tanpa harus mengenakan kacamata pun, Jane bisa melihat jelas setiap detail yang ada di tubuh pria itu. Dadanya yang berotot dan kotak-kotak di perutnya yang sangat kokoh mengundang jemari Jane untuk bergerak dan menyentuhnya. Rambut-rambut halus yang tumbuh di bawah pusarnya berhasil membuat otak Jane traveling
Baca selengkapnya
Part 28, Beban Dosa Masa Lalu
Cuaca cerah menyambut kedatangan pesawat yang membawa Aaron, Jane, dan Chris. Mereka bertolak dari bandara John F Kennedy pada pukul 13:25 waktu setempat, transit di bandara Narita selama 1 jam 25 menit, akhirnya pada pukul 23:50 WIB pesawat American Airlines itu berhasil mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Setelah mengambil bagasi, mereka bergegas menuju Toyota Camry milik Leon yang telah menunggu di parkiran. Hawa panas Jakarta langsung menerpa begitu mereka keluar dari bandara. Leon tersenyum, wajah sumringahnya terpancar nyata saat melihat ke arah Aaron dan Chris. Tapi, ia langsung memasang wajah jutek saat melihat Jane yang jalan beriringan tepat di samping Aaron. "Bos Qyu, kenapa harus bawa-bawa alien ini lagi, sih?" protes Leon dengan ciri khasnya sambil melirik ke arah Jane. Jane tertawa mendengar dirinya disebut alien. Dengan ramah ia pun menyapa Leon, "Apa kabar, Master Leon? Lama tidak berjumpa." Leon langsung ter
Baca selengkapnya
Part 29, Balas Dendam Jane
Cherry terkesiap kaget mendengar kata-kata Jane. Wajahnya pucat, seolah-olah aliran darahnya berjalan terbalik di tubuhnya. Tangannya bergetar. Betapapun mulutnya mampu menutupi kesalahan itu, namun anggota tubuhnya yang lain tidak mampu menyembunyikan dosa itu lebih lama. "Apa maksud kamu, Jane? Aku tidak mengerti," jawabnya gugup. Jane ingin melanjutkan kata-katanya, namun asisten Cherry masuk memberitahukan acara sudah dimulai. Beberapa saat lagi adalah giliran Cherry untuk tampil. "Ah, Jane. Sayang sekali, sepertinya hari ini kita tidak bisa berbincang lebih lama," ujar Cherry dengan ekspresi menyesal. "Aku harus segera naik ke panggung. Namaku sudah dipanggil," lanjutnya lagi. "Oh, oke. Lain waktu kita bisa berbincang lagi. Santai saja," sahut Jane.  Cherry pun berlalu keluar dari ruangan itu. Tidak lama setelah Cherry pergi, Jane bergegas menuju toilet. Sesampai di sana, ia mengambil sebuah tas besar yang sebelumnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status