Semua Bab Touch Me if You Dare: Bab 11 - Bab 20
76 Bab
Part 10, Otak Kriminal
[Flashback, 2 hari sebelum Jane diculik]   Hari sudah menunjukkan pukul tiga dinihari, tapi Cherry belum juga bisa memejamkan matanya. Ia terlihat sangat gelisah. Hampir satu jam sudah waktu yang ia habiskan hanya untuk berjalan mondar-mandir antara dapur dan ruang tamu. Tangan kanannya bersilang menopang tangan kiri yang terus melakukan gerakan mengusap tengkuk berulang kali. Cherry sedang berpikir keras untuk menemukan cara membawa Jane ke hadapan Bobby. Namun ia ingin ini adalah upaya terakhirnya memenuhi keinginan Bobby. Cherry sangat muak jika membayangkan dirinya kembali harus melayani nafsu bejat lelaki itu. Jika bisa, ia ingin melenyapkan Jane dan Bobby sekaligus agar hidupnya bisa tenang di masa depan. Sebuah ide akhirnya melintas di pikirannya. Bergegas ia mengambil ponsel, kemudian mencari informasi tentang narapidana kasus penculikan yang dibebaskan dalam waktu dekat. Hasil penelusurannya membuahkan hasil, di sebuah situs berita ia me
Baca selengkapnya
Part 11, Air Mata Pertama
Pagi itu cuaca begitu cerah. Sinar matahari bersinar terang di langit yang bersih tanpa awan. Seolah tak peduli, jika semalam sebuah tragedi yang mengerikan telah terjadi. Di ranjang rumah sakit, Jane terbaring dengan wajah pucat dan perban putih melingkari kepalanya. Luka akibat pukulan Bobby Parker tadi malam membuat Jane harus memiliki 10 jahitan di kepala. Tepat di samping Jane, Aaron duduk dalam keadaan siaga. Matanya terlihat sangat merah karena semalaman ia tidak tidur sama sekali. Begitu mendapat kabar Jane mengalami luka parah, ia langsung memacu mobilnya menuju rumah sakit. Dirinya terasa lemas sekali begitu melihat Jane tergolek di atas brankar dengan penuh darah di bagian kepalanya. Sementara tubuhnya dibungkus dengan kain. Aaron tidak tahu pasti bagaimana kondisi tubuh Jane di balik kain itu. Setelah Jane dipindahkan ke kamar perawatan VIP, secara pribadi, Aaron pergi menemui dokter yang menangani Jane. Dia meminta dokter itu melakukan ya
Baca selengkapnya
Part 12, Mari Tinggal Bersama
Usai melewati drama panjang di pergudangan tua itu, sekitar pukul 5 pagi Cherry akhirnya pulang ke kediamannya dalam keadaan selamat. Cherry tidak mengenal pria-pria yang mengantarnya saat itu. Selama berada di mobil, tidak ada satupun di antara mereka yang mengeluarkan suaran. Tapi Cherry pun tidak peduli siapa mereka. Sama halnya dengan ketidakpeduliannya pada orang yang telah menyelamatkan Jane dan Glen. Baginya yang terpenting tujuannya tercapai. Meskipun rencana yang ia susun sejak awal tidak sepenuhnya berjalan lancar. Tapi siapa yang peduli? Selagi hasilnya sama, ia akan tetap mensyukurinya. "Bobby Parker tewas di hotel karena over dosis obat-obatan terlarang. Huahahaha," Cherry berjingkrak kegirangan disertai tawa lepas setelah mengulang judul headline news yang ia lihat pagi tadi.  "Mampus kau, Bobby Parker. Mampus! Kau memang pantas mendapatkannya. Selamat bercinta dengan cacing-cacing yang ada dalam kuburanmu," umpatnya kemudian. Dengan langka
Baca selengkapnya
Part 13, Pencuri Ciuman
Sepasang netra Aaron langsung berbinar mendengar kata-kata Jane. Ia kembali memasukkan ponsel itu ke kantung, kemudian memposisikan dirinya tepat di depan Jane. "Kamu serius? Tidak akan berubah pikiran?" tanya Aaron dengan semangat. Jane mengangguk, kembali menjawabnya dengan yakin. "Yes!" pekik Aaron girang. Kedua lengannya yang panjang spontan terulur dan merengkuh tubuh Jane hingga tenggelam dalam dekapannya. "Aku berjanji akan memperlakukanmu dengan sangat baik," pungkasnya sembari mempererat pelukannya.   *** Tiga hari berlalu, Cherry tampak sedang bersiap-siap di apartmentnya. Dia sedang bersemangat karena pagi tadi mendapat kabar bahwa Glen sudah pulang dari rumah sakit. Setelah bebas dari tempat penyekapan Bobby, Cherry tidak memiliki kesempatan untuk menemui Glen secara pribadi. Lelaki yang telah menjadi kekasihnya selama dua tahun itu selalu menyuruhnya pergi setiap kali Cherry datang berkunjung.
Baca selengkapnya
Part 14, Sticky Notes
Glen berkendara dengan pikiran risau, sudah lebih dari seminggu ia tidak mendengar kabar Jane. Tidak biasanya Jane menghilang tanpa berita sama sekali. Semarah apapun ia pada Glen, biasanya hanya berselang dua hari dia pasti menghubungi kembali. Entah itu untuk minta maaf, atau sebaliknya justru mengomel panjang kali lebar jadi luas. Semua tempat yang sering dikunjungi oleh Jane pun sudah ia datangi, namun hasilnya nihil. Tidak ada satupun orang yang mengetahui keberadaan Jane. Satu per satu rumah sakit pun sudah Glen datangi, tapi ia tidak menemukan satu pun data pasien bernama Jane Ariesta.  Satu-satunya orang yang belum Glen tanyai tentang Jane adalah Cherry. Setelah Glen memaafkan semua kesalahan Cherry, mereka kembali bersama. Glen tahu kekasihnya itu tidak menyukai kedekatannya dengan Jane, karena itulah sebisa mungkin Glen menahan diri untuk tidak menyebut nama Jane di depan Cherry. Namun, mengingat baru-baru ini Cherry berbuat jahat kepad
Baca selengkapnya
Part 15, Identitas Baru
Beberapa jam sebelumnya.   Di gedung The Caldwell Indonesia, Aaron berusaha untuk menuntaskan semua perkerjaannya lebih awal. Sejak Jane tinggal bersamanya, Aaron memang tidak betah berlama-lama berada di luar rumah. JIka bukan untuk meeting, atau sesuatu yang penting Aaron tidak akan datang ke kantor. Selagi perkerjaan itu bisa dilakukan dari rumah secara online, maka dia akan memilih cara itu.  Pukul 3 sore, Aaron sudah menuntaskan semua perkerjaannya. Itu berarti dia bisa pulang 2 jam lebih awal dari jam kerja normal karyawan lainnya. Dengan perasaan tidak sabar, Aaron segera bangkit dari kursinya kemudian berjalan ke luar ruangan, menuju meja salah satu staff yang ada di depan pintu ruangannya. "Aku pulang lebih awal. Jika ada sesuatu yang penting, hubungi via email saja. Jangan hubungi nomor pribadiku," pesannya dengan tegas. "Baik, Sir. Saya akan ingat pesan Anda dengan baik." Aaron berlalu dengan cepat, tidak sabar ing
Baca selengkapnya
Part 16, Hujan Ciuman
Suasana hening menyelimuti ruangan itu beberapa saat. Kata-kata yang meluncur begitu tiba-tiba dari mulut Aaron terdengar bagaikan petir di siang hari di telinga Jane. Jane kaget, bingung, kepalanya mendadak terasa kosong. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Apakah Aaron baru saja mengatakan dirinya untuk menyamar menjadi orang orang lain? Tanya Jane dalam hati. "Tunggu, apa maksudmu? Mulai hari ini aku adalah Luna? Siapa Luna? Mengapa aku harus menyamar menjadi dirinya?" Jane mencecar Aaron dengan pertanyaan. Aaron sudah memprediksi, Jane pasti kaget dan bingung mendengar kata-katanya tadi. Aaron memperbaiki duduknya. Kali ini ia berbicara dengan ekspresi yang sangat serius. Tatapannya lurus menembus manik Jane, kemudian menguncinya agar gadis itu bisa fokus untuk mendengar penjelasannya lebih lanjut. "Luna adalah identitas baru kamu, Jane. Kamu tidak menyamar, hanya sedikit berkamuflase agar bisa bersembunyi dengan aman. Saat ini,
Baca selengkapnya
Part 17, Bicara Empat Mata
Aaron tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Jantungnya berdetak kencang ketika tiba-tiba melihat Jane sudah berada di atas kedua pahanya. Lengannya yang ramping bergelayut manja pada leher Aaron yang mendadak kaku tak mampu bergerak. Tubuh Aaron seketika menegang ketika bibir Jane yang lembut dan kenyal itu menyentuh pipi dan keningnya berkali-kali. Sungguh Aaron tidak menyangka Jane yang selama ini selalu bersikap canggung dan terlihat menjaga jarak, kali ini justru datang sendiri menghampirinya, bahkan menghujaninya dengan ciuman. Padahal, sebelumnya di hari pertama Jane berada di rumah itu, Aaron sempat melewati batas dan mencium bibir Jane dengan penuh hasrat. Namun, Jane tidak menunjukkan reaksi apapun. Hingga Aaron tersadar dan melepaskan ciumannya, Jane hanya diam tanpa ekspresi ataupun suara. Hal itu membuat Aaron diliputi rasa penyesalan sepanjang hari. Ia juga khawatir perbuatannya itu akan membuat Jane berubah pikiran, sehingga membatalkan keputusannya
Baca selengkapnya
Part 18, Penyamaran
Aaron beranjak dari tempat duduknya, hendak bersiap-siap. Namun getaran ponsel di dalam sakunya membuat langkahnya terhenti. Ia mengeluarkan ponsel itu, melihat nama Chris tertera di layarnya. Aaron menjawab dengan santai, namun beberapa saat kemudian ekspresinya berubah, ia terlihat sangat serius. Sepertinya Chris sedang mengabarkan sesuatu yang sangat penting. Mimiknya terus berubah sepanjang Chris berbicara. "Baiklah, nanti kita bicarakan lagi. Aku dan Jane akan segera berangkat. Pastikan semuanya sudah tersedia. Kau tahu, kan. Aku tidak suka menunggu lama," tegasnya. Setelah itu, ia meraih kunci mobilnya, lanjut mengajak Jane untuk pergi. Aaron mengemudikan Bentley Continental GT miliknya dalam kecepatan sedang, sementara di sampingnya Jane duduk dengan gelisah. Dia sulit untuk menyembunyikan rasa gugupnya ketika mengingat kata-kata Aaron sebelum berangkat tadi. Dengan jelas Aaron mengatakan  bahwa dirinya harus menggunakan riasan khusus agar Cherry tidak me
Baca selengkapnya
Part 19, Lamaran Mendadak
Sesaat Jane merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia tidak menyangka Cherry akan menodongnya dengan pertanyaan yang paling ia takuti itu. Tenggorokannya tercekat, bulir-bulir keringat mulai membasahi telapak tangannya. Namun, ia kembali teringat kata-kata Aaron beberapa saat sebelum mereka berpisah tadi. "Jangankan Cherry, bahkan pihak imigrasi sekalipun tidak akan bisa mengenalimu saat ini." Ingat akan kata-kata Aaron yang begitu meyakinkan, kepercayaan diri Jane pun pulih kembali. Dengan tenang Jane menjawab, "Anda bukan yang pertama berkata begitu, Nona. Sepertinya wajah saya memang pasaran." Jane mencondongkan badannya, lebih dekat kepada Cherry, kemudian berbisik, "Anda mungkin tidak percaya, tapi banyak orang yang bilang saya ini mirip Lara Croft di film Tom Raider itu, lho." Cherry mendelik, memandangi Jane dengan tatapan tidak percaya, kemudian tertawa dengan kerasnya. "Aish ... pasti ada masalah dengan penglihatan mereka," ujarnya masi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status