Semua Bab A Wandering Star: Bab 11 - Bab 20
95 Bab
Part 10: Memori Lama
Moe membuang gunting yang ia pegang, lalu maju ke arah Higiri sambil tersenyum, "Kau sangat tampan. Rupanya murid dari sekolah sebelah. Oke, aku bisa berhenti menyiksa Kenta, namun kau harus menjadi pacarku. Kau tidak cocok bersama Kenta, lihat saja, wajah pembantu, hahaha!" seru Moe sambil tertawa lebar, diikuti tawa gadis-gadis anggota gengnya. Higiri langsung menampar Moe, walaupun penuh amarah, tamparan itu tidak sekeras yang dibayangkan, laku Higiri berucap, "Aku adalah pacarnya Kenta, tidak peduli seburuk apa, aku menyukainya, dan sekali lagi, jika kalian berbuat yang macam-macam kepada Kenta, sehelai rambut saja terancam, aku tidak akan segan kepada kalian!” ucap Higiri dengan wajah penuh amarah, lalu membantu Kenta berdiri, dan menggandeng tangannya, berjalan menjauhi para gadis-gadis brengsek itu, sambil berlari kecil menuju halte bus yang biasa mereka lewati. Namun, di tengah jalan, Kenta menarik tangannya, berhenti berjalan, dan tertunduk. Higiri menatapnya, namun kali ini
Baca selengkapnya
Part 11: Pria Misterius
Kenta berpikir sebentar, lalu ia menghela nafas panjang juga, "Baiklah, lagipula mungkin saja kau salah orang, aku sudah menganggapmu aneh. Kau yang memulai semua ini namun aku yang harus tunduk pada syaratmu. Benar-benar pria aneh!” serunya. Higiri tersenyum lebar dan mengangkat kepalanya, "Kita teman, atau pacar?" tanya Higiri sambil tersenyum lebar. Kenta membalas Higiri dengan senyuman kecut, "Begini ya, aku tidak pernah menganggapmu pacar. Bahkan teman juga tidak! Aku tidak akan menjawab syarat yang kau berikan, kau sangat keras kepala dan aku sudah lelah, terserah!” serunya, lalu melanjutkan langkahnya menuju stasiun kereta MRT. "Oke!!!" sahut Higiri sambil mengikuti Kenta. Wajahnya senang, namun di sisi lain, Kenta terlihat lelah dan kesal. Di sepanjang perjalanan, Higiri selalu ingin menggenggam tangan Kenta, namun tidak pernah mendapat kesempatan. Ya sudah, saling diam saja. Namun sesekali, Higiri mengajak Kenta bercanda sambil bertanya beberapa hal, apa makanan yang disu
Baca selengkapnya
Part 12: Ciuman Pertama
Memori tersebut membuat Kenta tiba-tiba terbangun. Dadanya sakit sekali, termasuk kepalanya. Ia berteriak kencang sekali. Ia mulai menangis dan bergumam, "Memoriku mulai kembali, kenapa? Kenapa??" Ia makin berteriak dengan kencang dan menangis, tertunduk lesu, bahkan ia mulai melempar bantal tidurnya. Malam yang panjang baik untuk Higiri maupun Kenta. Pagi hari mulai menjelang. Kenta hendak pergi ke sekolah, seperti biasa. Kali ini, ia sama sekali tidak melihat Higiri. Kenta mulai merasa aneh, namun ia berpikir mungkin Higiri memang salah orang, sambil menggelengkan kepala, Kenta mulai berjalan menuju sekolahnya, seperti biasa, menaiki kereta MRT dan berjalan kaki. Namun sedari tadi, Higiri benar-benar tidak muncul juga batang hidungnya. Sesampainya di sekolah, Kenta melihat Moe sedang menunggunya, bahkan melihatnya dengan sinis. Kaki Kenta mulai agak bergetar berjalan menuju gerbang sekolah. Moe sudah menunjuk Kenta, sambil juga menunjuk sebuah pohon besar di antara semak-semak di
Baca selengkapnya
Part 13: Hati yang Terbuka
"Sudah jam dua siang. Aku, apa jawabanku? Apakah aku mencintai Higiri? Aku mulai mencintainya? Menyukainya? Memikirkannya?" gumam Kenta dalam hati, ia ragu kalau ia sendiri merindukan celotehan Higiri yang kadang membuatnya tertawa, namun ia merasa janggal, pertemuan mereka sangat, sangat singkat sekali. Dengan semua pertanyaan itu, Kenta tiba-tiba saja terlelap tidur. Dalam tidurnya, ia memimpikan kenangan manis kemarin-kemarin, bersama Higiri. Ciuman pertamanya, pelukan hangat seorang pria yang mengaku bahwa pria itu mencintai dirinya, sampai tawa dan senyum ketika mereka bepergian bersama. Memori yang indah, namun, di satu sisi lainnya, sejak kehadiran Higiri, memori-memori masa kecil Kenta yang kelam, justru kembali muncul ke permukaan, dan menghantui Kenta. Ada hubungan apakah ini? Tiba-tiba saja, Kenta membuka matanya dan melihat ke arah jam. Ia terbangun begitu merasakan jantungnya berdebar kencang, namun, ia belum juga menemukan jawabannya. Sudah setengah empat sore! Ia denga
Baca selengkapnya
Part 14: Pria Bernama X
Kenta terdiam menerima benda tersebut, itu hanyalah sebuah kotak perhiasan warna hitam. Higiri lalu mencium bibir Kenta lagi, lalu berkata, "Aku akan mengantarmu pulang. Ingat, dua hari waktumu untuk memutuskan. Karena aku sendiri tidak punya waktu banyak. Aku tidak akan memaksamu, jangan terima jika kau merasa terpaksa, jujur saja dengan hatimu."Higiri lalu mengantar Kenta pulang dari pasar malam tersebut. Sepanjang perjalanan, mereka hanya terdiam, seperti salah tingkah. Kenta sendiri tidak berani berbicara apapun, sementara Higiri, wajahnya masih memerah pertanda ia memang tersipu malu. Mereka menaiki beberapa kereta MRT dan melewati beberapa halte bus, lalu, akhirnya sampai di rumah Kenta. Higiri lalu pamit pulang, sementara Kenta masuk ke dalam rumahnya, dan membersihkan dirinya, lalu berbaring di atas ranjangnya. Ia mengambil kotak perhiasan hitam yang diberikan Higiri dan menatap kotak tersebut dalam waktu yang sangat lama. Ada keraguan dalam hatinya. “Higiri ini, bercanda,
Baca selengkapnya
Part 15: Rahasia Tersembunyi
"Ah, iya, iya. Oh, aku kesini karena ada beberapa hal…" seru X, sambil melirik sesuatu yang menggantung di leher Kenta, ia lalu menggaruk kepalanya dan berkata, "Oh, jadi begitu ya, apakah ini keputusanmu? Apa kau yakin dengan keputusan ini? Kau sudah tahu siapa dirimu, kan? Kau juga sudah tahu siapa anak muda itu, kan?”Kenta menatap X dengan penuh kebingungan, dan bertanya, "Maksudnya? Ah, sebaiknya kita duduk dulu di dalam, aku akan menyiapkan minuman!"Mereka berdua lalu masuk ke dalam rumah. X lalu mengambil duduk di kursi dekat meja makan, dan Kenta langsung membawakan air minum segelas untuk pamannya itu. "Kenta, apa itu?" tanya X sambil menunjuk-nunjuk kalung yang dipakai Kenta. Kenta lalu menggenggam kalung yang ia pakai di lehernya, sambil berseru, "Oh, oh, ini? Paman, aku sebenarnya, sebenarnya… mempunyai seorang pacar! Dan dia memberikanku kalung ini kemarin!"X menatap kalung tersebut agak lama. Kalung itu lalu memancarkan sedikit cahaya berwarna warni, padahal warna kal
Baca selengkapnya
Part 16: Kebenaran Suku Simfoni
Pagi ini, Kenta terlihat sedang berjalan, sendirian. Ia berjalan menuju sekolahnya, namun bukan untuk sekolah kali ini. Ia sedang mengingat-ingat kenangannya sendiri di sekolah ini.Pagi ini udaranya sangat segar. Kenta terpikir untuk mengunjungi sekolahnya Higiri, letaknya tidak jauh dan ia tahu jalan ke sana. Dengan rasa penasaran, Kenta berjalan menelusuri jalan setapak yang agak sepi. Memang, hari ini masih dalam suasana liburan untuknya karena sudah lulus. Sesampainya ia di sekolah tempat Higiri belajar, ia mendengar bunyi bel, pertanda sudah waktunya masuk kelas, dan sudah tidak nampak lagi murid-murid sekolah yang berlalu lalang. Kenta dengan seksama melihat sekolah tersebut dan terkejut, lalu bergumam, "Aku tidak pernah ke sini, namun memang benar kata orang-orang, sekolah ini besar sekali! Lebih besar dari pada sekolahku!”Ia lalu berjalan mengelilingi sekolah tersebut. Namun, selagi Kenta memandang sekolah itu, ia melihat dua orang di belakang sekolah, dari kejauhan. Seoran
Baca selengkapnya
Part 17: Kebenaran Sebenarnya
X menghela nafasnya panjang, menunggu Kenta tenang dulu. Setelah itu, ia mulai bercerita: - Suatu hari, Ratu Angel menyadari bahwa perang antar suku di dalam Dunia Musik, tidak bisa dihindarkan. Suku Bass bahkan mengincar Dunia Manusia, dan penduduk suatu desa menjadi korbannya. Ratu Angel lalu mengunjungi Dunia Manusia hanya untuk melindungi suku tersebut dari serangan suku Bass yang ingin menghisap energi para manusia di dalam Dunia Manusia. Desa tersebut mempunyai kekuatan alam melimpah dan suku Bass hendak menyerap energi desa tersebut dengan alat musik hitam mereka. Ratu Angel menyamar menjadi seorang manusia, membaur dengan penduduk setempat dan secara diam-diam, ia mengusir semua prajurit suku Bass keluar dari desa tersebut. Namun ada seorang manusia yang terluka parah karena ikut dengan sang ratu untuk melindungi para penduduk desa dari serangan prajurit suku Bass. Ratu Angel melihatnya dan merasa iba. Dengan kekuatan dari energi musiknya, ia lalu melakukan sesuatu. Ia menye
Baca selengkapnya
Part 18: Seorang Putri
-- X mempunyai bawahan empat orang, yakni Nozomi (berambut hitam dan bola mata coklat), Ahr (berambut coklat dan bola mata coklat), Westo (berambut hitam dengan bola mata abu-abu), dan terakhir adalah Son (berambut abu-abu dengan bola mata hitam). Semuanya berusia sembilan puluh tahun, namun memang terhenti pertumbuhannya di usia tiga puluh tahun. Mereka semua nampak seperti usia tiga puluh tahun, kecuali X, yang berusia seratus tahun dan ia nampak lebih tua, karena tugasnya sangat banyak dari dulu, bahkan rambut abu-abu yang menipis, dan bola mata putihnya, selalu menatap tajam lawannya.-- "Jenderal X, jangan bilang, bahwa Ratu sedang mengandung seorang anak, dengan penduduk kita?" tanya Nozomi dengan penuh kebingungan. X mengambil nafas panjang dan membalas, "Bukan, namun manusia di dunia manusia... anak yang ada di dalam rahim ratu kita, adalah keturunan antara makhluk Dunia Musik dan manusia mortal dari dunia manusia”Dan mereka semua langsung terkejut."Hei, X, jangan bilang ba
Baca selengkapnya
Part 19: Masih Suku Simfoni
Hari itu, suasana istana sendu sedih. Ratu Angel menangis sepanjang hari di dalam kamarnya. Ia lalu bergumam, "Aku akan menjagamu dari jauh, tapi, jika prajurit suku Bass mengetahui kau adalah seorang keturunan hybrid, mereka pasti akan menyakitimu, mengincar energi yang kuat yang ada dalam dirimu, dan menjadikan mereka suku penguasa dunia. Aku ingin kau hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang, kumohion, tetaplah bertahan hidup!”Malam itu juga, setelah semua persiapan yang dibutuhkan telah siap, X juga bersiap membawa Kenta kecil ke dunia manusia, untuk mengawalnya secara langsung. Kereta istana juga telah dipersiapkan untuk menembus portal. "Aku akan menyusul, kalau kita pergi bersama, tentu akan ada yang curiga nanti," ucap Ratu Angel yang terduduk di atas kursi rodanya, kepada X, yang sedang menggendong bayi perempuan kecil sambil bersiap masuk ke dalam kereta istana. X lalu mengucap pamit, "Aku akan pergi dahulu, Yang Mulia”Sambil menatap ke arah kereta istana yang membawa a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status