Semua Bab Tante, mau kan jadi Mamaku?: Bab 21 - Bab 30
53 Bab
Bab 21
“Huuuaaaa ... setres gue!” Aku mengacak rambutku frustasi, sambil membanting pantat teposku ke atas kursi kantin, tepat di sebelah si Nurhayati yang sedang menikmati nasi uduk pagi itu. Sampai-sampai dia tersedak sambel kacang di makanannya.“Bangke! Lo ngapa dah! Dateng-dateng ayan. Lupa minum obat lo?” maki Nurhayati, sambil terbatuk-batuk kemudian meraih air dengan sembarangan untuk segera diminum.“Njir, aer apaan nih?” teriaknya kemudian. Saat menyadari kalau air yang dia minum itu bukan air mineralnya. Melainkan cuka di bekas botol air mineral.Si Nurbaeti langsung ngakak melihat hal itu. Sampai memukul-mukul meja hingga menumpahkan siomaynya sendiri ke pangkuan atas kerudung putihnya. Tak
Baca selengkapnya
Bab 22
“Bulan depan kamu menikah dengan Pak Dika.” Innalillahi ... Rasanya aku baru saja dijatuhi vonis mati mendengar keputusan Papaku itu. Pasalnya, aku baru saja sampai dari kampus siang itu, dan ternyata Papa ada di rumah. Dia sengaja izin dadakan demi menungguku pulang. “Loh, kok gitu, Pa? Intan kan belum bilang setuju atau enggak?” “Salah sendiri kamu nggak angkat telepon Papa tadi pagi.” Aku langsung menggeram kesal. Saat diingatkan bagaimana pengecutnya aku mengindahkan telepon dari Papa, setelah bunyi chat yang membuat aku ingin pindah planet saat itu juga. Bagimana tidak, baru saja memulai hari, Papa sudah mengirim chat yang
Baca selengkapnya
Bab 23
Kadang aku benci dengan diriku sendiri. Aku seperti tidak belajar dari masa lalu. Padahal, dulu aku pernah mengalami kejadian ini, hingga membuat seseorang menghindariku, karena ucapan yang tak bisa dikontrol itu. Kini, aku malah mengulangi itu lagi. Parahnya, yang kusakiti sekarang adalah Bella. Anak kecil yang hatinya masih rentan sekali. Sekalipun kadang dia seperti orang tua. Namun, tidak ada yang bisa memungkiri, kalau kenyataannya dia memang masih kecil dan hatinya masih sangat sensitif. Sungguh! Aku merasa bersalah sekali mengetaui dia mendengar semua omonganku hari ini. “Bell?” Aku memanggil Bella dengan gusar. “Jadi Tante nggak mau nikah sama Papa karna ada Bella? Tante benci sama Bella?” ucapnya lagi membuat hatiku teriris. “Bukan seperti itu, Bell. Kamu salah paham.” “Tapi aku dengar sendiri kalau Tante bilang gitu tadi sama Nenek, Kakek! Tante nggak mau nikah, karena nggak mau punya anak Bella. Iya ‘kan?” Astaga!
Baca selengkapnya
Bab 24
“Ma, kunci motor mana dah? Intan mau berangkat, nih!” Aku masih mengubek-ubek laci nakas. Tempat biasa aku menaruh kunci motor dan yang lainnya. “Loh, emang Papa belum bilang sama kamu?” Eh? “Bilang apa?” Aku seketika menghentikan kegiatanku dan menoleh ke arah Mama dengan bingung. “Kalau mulai hari ini, kamu akan diantar jemput Nak Dika.” “Hah? Kok gitu, sih, Ma?” “Ya ‘kan kalian bentar lagi nikah. Jadi ... Papa cuma mau kamu mulai terbiasa dengan Nak Dika.” Kali ini Papa menimpali, yang baru saja turun dari lantai atas. Entah tadi sedang ngapain? “Loh, tapi jadwal kuliah Intan ngg
Baca selengkapnya
Bab 25
“Tante, nyebelin!” Bella menghentakan kaki saat keluar dari Mobil. Aku membuka kaca samping, kemudian menjulurkan kepala ke arahnya. “Tante nyebelin aja, kamu sayang, Bell. Apalagi Tante nyenengin. Bucin kamu nanti,” balasku santai, semakin membuat Bella cemberut. Dia tidak membalas sama sekali. Itu berarti dia mengakui ucapanku. “Pokoknya awas kalau nanti siang telat, Bella pulang sendiri!” Nah! Ujung-ujungnya dia sebenarnya pengen tuh dijemput sama aku. “Loh, bukannya katanya mau pulang sendiri sama Kang ojek? Ya udah sana! Tante mah ikhlas.” Aku pun jadi tak tahan menggodanya.
Baca selengkapnya
Bab 26
“Tante, ayo bangun! Kebo banget, sih, jadi orang!” Aku langsung menutup telingaku dengan bantal, saat lagi-lagi Bella mengganggu tidurku. Ya Rob! Mau apa lagi coba anak ini? Masih pagi udah recokin orang aja! “Tanteee …!!! Bangunnn …!” Astaga! Seketika kepalaku berdenging sakit. Saat Bella dengan sengaja berteriak di telingaku. “Bella jangan rese, deh! Tante masih ngantuk banget ini. Jangan gangguin Tante dulu!” hardikku semakin membenamkan diri di bawah bantal, membuat Bella berdecak kesal. Sebelum tiba-tiba membuat suara gaduh dari piring kaleng jaman dulu.
Baca selengkapnya
Bab 27
“Bel, ngelabraknya bisa nanti aja nggak? Tante belum siap, nih!” Aku merajuk, mencoba menghentikan langkah Bella yang dengan semangat 45 menarik tanganku menuju rumahnya. “Kita labrak mereka, Tan. Terus bikin malu wanita itu!” katanya tadi, saat tiba-tiba saja menarik tangan dan menyeretku dengan kejam. Tanpa memperdulikan tampilanku yang ... astagfirullah dah. Asli! Aku malu banget kalau harus ketemu sama Pak Dika dengan tampilan seperti begini. Bukannya aku lebih mementingkan penampilan dari pada Pak Dika. Cuma ... seenggaknya biarin aku cuci muka dulu kali! Ini belek sama iler masih menghiasi. Nanti ka
Baca selengkapnya
Bab 28
“Tan, kamu nggak pakai BH ya?” gumam Pak Dika dengan wajah merah padam dan sukses bikin aku auto sesak napas dengarnya. Mampus! Kok dia tau, sih? Perasaan baju aku nggak nerawang loh. Cenayang ya dia? Tadinya, aku pengen langsung kabur aja, pas Pak dika ngomong gitu. Soalnya, aku malu. Gila! Cuma pas aku baru saja hendak berbalik, mataku tak sengaja bersirobok dengan mata emaknya si Bella. Aku pun auto batal muter balik dan mencoba menebalkan muka. Soalnya, aku nggak mau dong di ketawain sama cewek satu itu. Malah yang ada, otakku mencetuskan ide gila dan aku rutuki
Baca selengkapnya
Bab 29
Bella semakin ngelunjak! Sumpah! Mentang kemarenan aku belain depan emaknya. Bella kini semakin-semakin ngelunjak sama aku. Saking ngelunjaknya, sekarang dia nyuruh aku masak tiap hari buat dia. Pagi, siang, sore, malam. Kan kurang asem ya? Dikata aku nggak ada kerjaan lain apa selain ngurusin dia? Hello! Aku ini mahasiswa loh! Kegiatanku bejibun, sampai kadang lupa makan. Apalagi, di masa mau menghadapi UTS kayak gini. Semakin banyak tugasku. Namun, si Bella nggak ada pengertiannya sama sekali, terus recokin setiap hari dan setiap saat nggak kenal waktu. Serius! Nggak percaya? Nih, contohnya aja hari ini. Jam padahal baru nunjukin pukul lima subuh, tapi si Bella udah gedor kamarku dengan Alasan, “Mama! Bella mau ada
Baca selengkapnya
Bab 30
Aku tahu, buku itu memang jendela dunia, dan banyak membaca bisa memperbanyak wawasan. Namun, selama ini aku hanya tau itu adalah kutipan dalam sebuah pelajaran, agar murid-murid gemar membaca atau ... anggap saja jargon tukang buku biar laris. Nah, kalau untuk real life. Aku baru menemukan semua itu dari Ratu Isabella. Karena jujur saja, aku ini termasuk penganut, lihat tulisan aja udah ngantuk. Hehehe ... jangan ditiru, ya? Makanya, bagi aku tuh, semakin banyak ketemu buku, itu bukan semakin pintar, tapi semakin mumet dan mual liatnya. Makanya aku sering ketiduran kalau sudah dapat tugas menyalin, merangkum, apalagi membuat karangan. Udahlah, aku memang payah untuk hal itu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status