Semua Bab Tante, mau kan jadi Mamaku?: Bab 41 - Bab 50
53 Bab
Bab 41
“Mama!” Anjrit! Kaget gue, Bangke! Aku pun langsung mendelik garang pada Bella yang lagi-lagi mengagetkan aku malam itu. Benar-benar ya nih bocah, demen banget teriak kayak di hutan! “Apa, sih, Bell? Kamu nggak bisa ya, manggilnya kayak orang. Nggak usah teriak. Tante belum budek!” omelku kesal sambil mencubit pipi gembil Bella. Kalau diperhatikan, Bella sekarang lebih berisi lho, daripada pertama kali kenal. Entah karena dia sekarang doyan makan sejak aku masakin? Atau karena emang dia udah mau gede? Yang jelas, dia emang lebih montok sekarang.
Baca selengkapnya
Bab 42
“Mama, nyebelin!” kesal Bella, saat akhirnya aku membongkar kamarnya, dan menyingkirkan semua bacaan yang memang belum seharusnya dia baca. Ya, gimana nggak aku singkirkan ya? Kalau bacaan si Bella semakin meresahkan saja tiap harinya. Baca buku parenting sama Hallo Dokter masih bisa aku maklumin. Siapa tahu, nanti kalau udah gede, dia bisa jadi dokter gitu? Sebagai emak sambungnya, terang aku bakal bangga dong. Ya ‘kan? Nah, ini. Segala novel psikopat dia baca plus dikumpulin lagi cara-cara sadisnya. Gimana aku nggak senewen, coba? Kalau dia beneran praktek gimana, Sarmijan!
Baca selengkapnya
Bab 43
“Tan?” Aku langsung berdecak kesal saat baru saja keluar kelas, sudah melihat penampakan Guntur di depan pintu. Ck, mau apa lagi, sih, nih laki berbiji? “Minggir!” Aku pun coba mengabaikan dan menghardiknya keras, saat dia malah menghalangi jalanku. Dikata badannya ramping, apa? Orang segede babon gitu kok. Seenaknya saja berdiri di tengah jalan. Ngalangin tahu nggak? “Tan, aku mau ngomong,” ucapnya lagi. Masih ngeyel menghalangiku. “Nggak ada yang perlu diomongin lagi. Udah nggak ada urusan gue sama lo!” Aku mencoba tetap mengabaikannya dan malah melengos dengan cepat dari sana. Namun, seakan tak mau menyerah, Guntur pun malah
Baca selengkapnya
Bab 44
“Kenapa kamu nggak pernah bilang kalau pria itu masih suka gangguin kamu?” Aku pun langsung mendesah lelah, saat akhirnya Pak Dika mengajukan pertanyaan itu padaku. Aku tahu, seharian ini dia sudah menahan diri untuk nggak bertanya di depan putrinya yang sedang bahagia karena akhirnya bisa jalan-jalan bersama kami. Ya! Hari ini Pak Dika memang sengaja menjemputku di kampus, demi untuk bisa jalan bertiga. Dia bilang ,sih, sebagai ucapan selamat padaku, yang sudah menyelesaikan UTS. Juga hari terakhir kami bisa bebas bertemu muka seperti ini. Biasa, sebentar lagi ‘kan kami mau nikah, jadi kalau kata orang dulu mah wajib dipingit. Mengerti, ‘kan? Apa harus aku jelasin juga?
Baca selengkapnya
Bab 45
Akhirnya, hari besar itu pun tiba setelah satu minggu ini aku menjalani pingitan dan segala macam adat yang harus aku laksanakan. Kini, di sinilah aku sekarang. Duduk gelisah di pinggiran tempat tidur, menunggu dengan harap-harap cemas kabar dari ruang tamu rumahku.Kabar apa?Ya, apalagi? Tentu saja aku menunggu kabar selanjutnya dari prosesi ijab qabul yang sedang Pak Dika lakukan.Duh ... kira-kira lancar nggak, ya?“Nggak usah grogi gitu ngapa, Cuy. Gue yakin Pak Dika pasti lancar kok, ngucapin ijab qabulnya. Secara, dia ‘kan udah pernah melakukannya. Jadi ... pasti udah bukan hal berat lagi buat dia mengulanginya.”Entah aku harus bahagia atahu menangis mendengar celetukan Nurbaeti tadi. Soalnya, dia tu
Baca selengkapnya
Bab 46
“Njir, laki lo cakep banget, Cuy. Jadi pengen jadi pelakor.”Aku sontak meremas kuat lengan Nurbaeti, sampai dia meringis tertahan. Saat seenaknya dia ngomong seperti tadi. Enak aja! Baru sah, masa udah ngadepin setan rumah tangga alias valakor!Mana valakornya teman sendiri lagi. Oh, tidak! Aku nggak mau hidupku sampai kayak di sinetron ikan terbang ya?“Nyet, dengar kenapa. Nunduk mulu. Nyari apaan, sih, lu? Duit koinan ya?”Ini lagi satu si Nurhayati. Nggak ngerti banget apa yang aku rasain. Ya kali aku harus bikin pengumuman, kalau aku lagi grogi parah. Makanya aku nggak berani lihat ke depan.Iya benar. Aku memang grogi parah saat ini. Itulah kenapa dari mulai keluar kamar sampai menunju mimbar te
Baca selengkapnya
Bab 47
Acara pun beralih pada resepsi, di kebun belakang. Seperti yang aku bilang. Enaknya nikah sama tetangga itu tuh kaya gini. Kita nggak harus sewa gedung mahal-mahal.Soalnya, dua rumah jadi satu aja. Udah lebih dari cukup untuk menampung banyaknya para tamu yang hadir.Sebenarnya, acara resepsi ini konsepnya sederhana dan santai, mengikuti kemauanku yang ingin pesta ala remaja modern dan nggak mau ribet. Makanya, tema kali ini kami pakai garden party yang santai banget.Aku aja cuma pakai gaun pengantin simple selutut, dengan akses yang nggak terlalu glamor, tapi tetap chick
Baca selengkapnya
Bab 48
“Njir! Akhirnya bisa rebahan juga!” seruku girang. Sambil melemparkan diri ke atas tempat tidur sembarangan.“Tan? Language, please!” tegur Pak Dika, yang baru saja menutup pintu di kamar kami.Ah, iya. Aku lupa kalau sekarang lagi sama dia. Akhirnya aku pun melirik ke arahnya, dan langsung nyengir konyol sambil bangkit untuk duduk kembali.“Maaf, Mas. Refleks,” cicitku kemudian.Kukira, dia awalnya akan mengomel dan menceramahiku seperti biasanya. Namun, yang terjadi dia hanya m
Baca selengkapnya
Bab 49
Bella nih emang rese banget, sumpah!Padahal dia sendiri yang minta adik cepat, tapi dia juga yang berkali-kali menggagalkan proses pembuatannya.Menyebalkan banget ya ‘kan?Lebih dari itu, aku kasihan sama Pak Dika juga. Soalnya, dua kali lho pria itu harus berhenti saat nanggung. Nggak bisa aku bayangkan gimana sakitnya tuh, hihihi .…Rasanya, pasti seperti siap-siap mau bersin. Eh, malah digagalin teman. Jengkelnya sampai ke ubun-ubun.Akan tetapi mau gimana lagi? Kami nggak bisa mengabaikan Bella dan malah asyik sendiri dengan urusan kami ‘kan?Sekarang ini dia anak kami dan tentu nggak boleh mengabaikannya. Untung, Pak Dika lumayan paham akan hal itu dan si
Baca selengkapnya
Bab 50
Sebenarnya, mataku masih sangat perih untuk dibuka. Namun, kecupan bertubi di pipi dan leherku sangat mengganggu sekali. Membuatku mau tak mau terbangun, dan mulai mengerjapkan mata demi mengumpulkan kesadaranku.Ck, sialan! Siapa, sih, yang gangguin aku tidur? Nggak tahu apa, kalau badan aku capek banget, abis jadi ratu seharian tadi.Aku butuh tidur!CupCupCupCiuman itu semakin membuatku merinding, karena kini sudah sampai pada belahan dadaku.Nggak hanya itu saja, aku bahkan merasakan sebuah rasa dingin mulai merayap naik dari bawah kaos tidurku. Terus naik, naik dan naik hingga ....
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status