All Chapters of Boss Mafia, I Love You: Chapter 11 - Chapter 20
131 Chapters
Jaga Matamu Ace!
Rose tertidur di kursi sofa dalam kamar hotel bosnya, setelah menyelesaikan tugas yang diberikan Allen padanya tadi. Allen yang tidak tega melihat sekretarisnya yang tampak sangat kelelahan, mengangkat tubuh Rose keatas ranjang dan menidurkan dia disana. Sekilas Allen begitu menikmati wajah Rose yang mulus tanpa cela itu, dengan bibir yang merah merekah alami. Tanpa sadar lelaki itu mengusap dahi Rose dan memberikannya ciuman selamat malam. Astaga … apa yang aku lakukan? Gumam Allen dalam hati dan berdiri menjauh dari ranjang kamar hotelnya, dimana Rose sedang tertidur pulas. Lelaki itu merutuki dirinya sendiri karena berbuat hal yang menurutnya sangat aneh. Dia tidak pernah mencium seorang wanita dalam kondisi yang sedang tidur seperti ini. Ada apa dengannya? Pikiran-pikiran itu terus menghantui isi dalam kepalanya semenjak Rose bekerja dan dekat deng
Read more
Cantik Seperti Orangnya
Rotterdam merupakan salah satu kota terbesar yang ada di Belanda. Memiliki sejuta keindahan dan keunikan, membuat kota satu ini selalu tidak pernah sepi dari incaran pengunjung. Rotterdam sendiri mempunyai tempat wisata yang unik dan menarik. Dimulai dari museum, teater, wisata unik, dan balai kesenian. Dan siang ini, Ace membawa bosnya Allen bersama sekretaris mereka Rose menuju Rumah Kubus Rotterdam. Rumah yang dibangun dengan menggunakan arsitektur yang unik dan dicat berwarna kuning cerah berbentuk kubus, merupakan rancangan dari seorang seniman terkemuka Belanda bernama Piet Blom. Seniman tersebut memang selalu menghadirkan rancangan arsitektur bangunan yang unik dan kreatif, dalam setiap rancangan yang dihasilkannya. "Tolong ambil gambarku Ace…." pinta Rose menyodorkan ponsel miliknya ke hadapan asisten sang bos. "Biar aku saja!" &nb
Read more
Bergosip
Sekembalinya dari Belanda, Rose membelikan banyak buah tangan untuk ayahnya Alex dan Sonya sahabatnya. Bekerja sebagai seorang sekretaris dari perusahaan terkemuka dan terkenal seperti A,Corp memberikan banyak keuntungan untuk Rose. Ikut bersama Allen ke Belanda, Rose mendapatkan uang lembur yang cukup banyak dari lelaki berjambang itu. Sonya seketika iri dengan Rose yang sudah jalan-jalan gratis keluar negeri, bahkan bisa mendapatkan tambahan uang saku untuknya.  Bahkan Rose tidak naik pesawat komersil seperti kebanyakan orang, yang ingin pergi menggunakan kendaraan terbang itu. "Kamu bahkan berfoto dengan bosmu Allen, Rose?"  Rose mengangguk. "Seperti yang kamu lihat…," ujarnya bangga. "Astaga … kamu beruntung sekali Rose. Lalu ini siapa?" tanya Sonya menunjuk lelaki yang berdiri disamping Allen. 
Read more
Siapa Wanita Itu?
Saat jam makan siang tiba, Allen memilih untuk beristirahat di ruangannya. Meja kerja Rose yang berada di dekat meja kebesaran dia juga sudah lama kosong. Wanita itu pergi keluar untuk makan siang sejak tadi. Sempat berpamitan untuk mengisi perutnya yang keroncongan dan menawarkan untuk membelikan dia makanan, tapi Bos Mafia itu menolak. Dia hanya ingin istirahat sebentar di sofa, merebahkan dirinya di sana selama jam istirahat makan siang ini. Baru sekitar tiga puluh menit Allen tertidur di sofa kantor, lelaki itu dikejutkan dengan kedatangan Juliet di ruangannya. "Sedang apa kamu disini?!" sentak Allen tidak suka. Meski banyak yang tahu Juliet adalah simpanan dia, tapi Allen tidak suka jika wanita yang selalu menghangatkan ranjangnya itu datang ke perusahaan dia, ataupun mengikutinya kemanapun. "Kenapa marah-marah Al? Kamu tidak merindukan aku?" sahut Julie
Read more
Dibuntuti
"Maafkan aku Bos, aku tidak tahu kalau Bos sedang punya tamu tadi…." ujar Rose tertunduk. Entah kenapa malah dia yang merasa malu dengan kelakuan atasannya ini di kantor. Membayangkan kejadian mesum yang benar-benar menguji imannya yang jomblo, membuat hati Rose mencelos. Seketika dia juga ingin punya pacar yang bisa diajak bermesraan seperti itu. "Itu bukan salahmu Rose, kamu tidak perlu meminta maaf…." "Apa dia pacar Bos?" tanya Rose ingin tahu dan mengangkat kepalanya menatap Allen yang duduk di kursi kebesaran dia. "Bukan." "Lalu?" "Wanita pemuasku lebih tepatnya!" jujur Allen dengan wajahnya yang dingin. "Hah? Maksudnya Bos?" "Sudahlah, itu bukan urusanmu. Yang pasti dia bukan siapa-siapa bagiku!"  Rose langsung menutup bibirnya rapat-rapat tidak berani
Read more
Kedipan Mata
"Bo-bos." "Jangan takut, kamu tunggu di dalam mobil saja Rose. Mobil ini anti peluru, kamu tidak akan apa-apa disini." "Tapi Bos-" "Dengarkan aku Rose!" potong Allen cepat.  Lelaki itu menarik kedua bahu Rose dan menatapnya dengan dalam. "Jangan berani keluar dari dalam mobil ini, jika kamu mau aku dan kamu selamat! Tunggu disini sampai Ace datang dengan yang lain, kunci mobilnya begitu aku turun nanti. Kamu dengarkan Rose?"  Rose mengangguk patuh, namun dalam hati sedang ketakutan. Meskipun dia jago bela diri, tapi untuk hal bermain pistol atau apapun itu dia tidak bisa. Sekilas dirinya teringat saat kejadian malam dimana dia menolong Allen waktu itu.  Sampai sekarang Rose bahkan tidak tahu apa-apa tentang siapa sebenarnya sosok seorang Allen Clarck, mengapa lelaki yang memiliki bisnis yang maju dan sukses itu terus berhad
Read more
Wanita Pemberani
Baku tembak yang terjadi antara anggota Mafia Blue Fire dan kelompok stempel tato kuda berlangsung sengit. Terlihat banyaknya mayat yang berserakan di jalan dengan darah dimana-mana. Rose yang masih diam di dalam mobil sesuai dengan perintah Allen, mencoba mencari keberadaan bosnya itu dari balik kaca gelap mobil.  Dia hanya bisa melihat Ace asisten lelaki itu tidak jauh dari mobil Allen berada.  Karena penasaran ingin mencari tahu dimana Allen berada, Rose memutuskan untuk keluar dari dalam sana mencari lelaki yang tadi tertembak di bagian perut. Rose khawatir terjadi sesuatu pada Allen jika dia terlambat menemukannya.  Dengan mengendap-ngendap dan bersembunyi di balik mobil, Rose mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat kejadian baku tembak ini dengan seksama. Dari arah samping kirinya, terlihat seorang pria yan
Read more
Permintaan Allen
"Siapa dia Ace?" tanya Liam berbisik di dekat asisten kepercayaan Allen itu. "Sekretaris baru bos…," jawabnya singkat. "Sekretaris? Cantik begitu jadi sekretaris? Dia lebih cocok jadi artis kalau menurut aku Ace…," sahut Liam menatap penuh kekaguman pada Rose dari atas ke bawah. "Jangan macam-macam kalau kamu masih sayang dengan matamu Dokter!" ancam Ace yang tahu kalau lelaki itu sedang memikirkan sesuatu di pikirannya tentang Rose. "Maksud kamu?"  "Bos menyukai sekretarisnya itu! Jadi, kalau kamu masih mau hidup dan bernafas … jangan berani mendekati apalagi mencoba dekat dengan Rose!"  "Oh, jadi namanya Rose? Pantas saja dia wangi sekali meski sudah berantakan seperti itu…," sahut Liam lebih kepada dirinya sendiri dan tidak mempedulikan Allen yang ternyata memperhatikan dia juga dari tadi. Bos Mafi
Read more
Pemimpin Kelompok Mafia
Malam pertama menemani Allen dirumah sakit membuat Rose sedikit gugup. Selesai membersihkan diri, wanita itu duduk diam di depan TV sambil menunggu bosnya yang masih serius menatap layar tab ditangan Meskipun sedang terluka dan tengah dirawat, tidak membuat Allen berhenti bekerja walau hanya semenit saja. "Kemarilah Rose…," panggil Allen setelah menyelesaikan pekerjaan dia. Rose berjalan mendekati ranjang rumah sakit dimana Allen berada dan menarik kursi, lalu duduk di samping kanan lelaki itu. "Kamu ingin mendengar cerita tentang aku bukan?" Rose mengangguk. "Baiklah … apa yang ingin kamu ketahui?"  Rose tampak berpikir sejenak dan berkata. "Aku ingin tahu siapa kamu sebenarnya, dan kenapa ada orang yang ingin membunuhmu Bos?"  "Mulai sekarang kamu tidak perlu memanggil aku Bos jika kita tidak sedang berada di kan
Read more
Belajar Menembak
"Bos yakin sudah baik-baik saja?" tanya Rose yang masih khawatir dengan keadaan Allen. "Sangat yakin Rose, kita tidak boleh membuang-buang waktu lebih lama lagi disini. Aku ingin kamu segera berlatih menembak, agar aku bisa lebih tenang nantinya."  Rose diam, tidak ada gunanya dia berbicara lagi sementara Allen tetap bersikukuh ingin pulang hari ini juga dari rumah sakit. Tadi pagi hanya ada seorang perawat yang datang menggantikan perban di luka jahitannya. Dokter Liam yang bertugas untuk memeriksa keadaan Allen, sudah berangkat ke Afrika sesuai dengan perintah lelaki itu padanya. Meski sempat tidak terima dengan perintah yang diberikan Allen, tapi Liam tidak berani membantah karena tahu bagaimana marahnya sang Bos Mafia jika sudah sampai memberikan hukuman pada seseorang. Hingga akhirnya Liam pun berangkat pukul enam pagi tadi dengan menaiki pesawat ko
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status