Semua Bab The Devil CEO: Bab 61 - Bab 70
150 Bab
Asing Sebelum Waktunya
Langkah kaki Emma semakin cepat ketika menyadari bahwa Ethand sedang melihat ke arahnya. Ester dan Alin hanya bisa mengikutinya tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Dada Emma terasa sesak namun ia juga heran mengapa bisa seperti itu. Ethand bukanlah pasangannya.“Hanya karena perhatian lebih darinya membuatmu begitu mudah luluh, Emma.” Batin Emma sambil terus melangkah. Kakinya terus membawanya sampai pada sebuah tempat penjualan kelengkapan dapur. Ester dan Alin terengah-engah karena harus mengikuti langkah kakinya yang lumayan cepat.“Ada apa, Kak? Apa yang terjadi?” tanya Alin. Sudah berapa kali ia memanggil Emma namun kakaknya terus berjalan tanpa memedulikan panggilannya.Emma menghembuskan napas pelan. Ia memejamkan matanya sejenak dan dibukanya perlahan. “Tidak apa-apa kok. Sepertinya aku sedikit lelah.” Emma membalikkan badannya dan mendekat ke arah Ester. Namun Emma melihat Ethand sedang mencari keberadaannya. Emma lan
Baca selengkapnya
Tentang Attitude
Bryan yang baru saja menerima berkas dari rekan kerjanya terkejut dengan kedatangan Ryan. Ia belum sempat menyimpan berkas itu. Wajahnya terlihat kahwatir dan juga gugup.“Hari ini sepertinya Pak Bryan menerima tamu penting.” Ryan langsung mendaratkan bokongnya di sofa dan memangku kakinya. Ia dengan senyum tulus namun terlihat mematikan di mata Bryan.Bryan tahu jika Ryan bukanlah sekretaris biasa Alves Corp. Lelaki ini sudah dipercaya oleh tuan Alves dan juga Giorgino. Sekarang Ethand pun demikian. “Hanya tamu biasa, Pak,” balas Bryan.“Saya tidak suka basa basi, Bryan.” Nada suara Ryan kini berubah. Bryan tidak mampu menelan salivanya.“Ma-maafkan saya, Pak.” Bryan lansgung berlutut di depan Ryan. Melihat tingkah Bryan, Ryan semakin kesal.“Maling kalau ketahuan sikapnya sangat tidak tahu malu,” umpat Ryan dengan nada kesal. “Pak Ethand yang menyuruh saya ke sini. Jadi tidak ada k
Baca selengkapnya
Pemikiran Yang Rumit
Dunia memang selebar daun kelor. Ethand tidak menyangka, urusan penting sekretarisnya hari ini adalah datang ke kafe ini. Setelah mendengar nama Jane, Ethand tidak menyangka bahwa wanita itu adalah sahabat dekat Emma. Sungguh kisah cinta mereka sangat luar biasa. Ethand menggeleng kepalanya dan terdiam menatap lekat Ryan.“Apakah pak Ryan sering ke kafe ini?” tanya Emma penasaran. Jika memang Ryan sering datang ke sini maka Emma tentu mengetahuinya karena dirinya senantiasa menghabiskan waktu di kafe ini bersama sahabatnya.“Baru hari ini saya datang.” Jawaban Ryan membuat semua yang ada dalam mobil bingung.“Bukankah tempat ini adalah tempat makan favorit Nak Ryan?” tanya Ester.“Mulai hari ini, Bu,” jawab Ryan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ethand hanya membuang tatapan kesal. Ester hanya manggut-manggut dan berusaha mencerna kalimat Ryan. Dahinya mengernyit dan berbalik menoleh ke arah Emma
Baca selengkapnya
Hapuslah Secara Perlahan
Jane dengan dahi berkerut terus menatap Ryan. Sejak kapan lelaki ini seakan-akan menjadi dekat dengannya. Berujar seenaknya dan bahkan menggombalnya. “Maaf, saya tidak bisa menemani Anda makan.” Jane langsung berbalik dan pergi menuju meja kasir. Raut wajahnya terlihat kesal.“Apakah aku telah salah berucap?” Ryan bertanya pada Ethand yang sedang menatapnya jengah. “Ataukah dia terpukau dengan perkataanku?” Ryan dengan senyum sumringah.“Hari ini baru saya bertemu dengan lelaki murahan.” Ethand sedikit berbisik. Emma di hadapannya langsung menahan tawa dengan tangannya. Raut wajah Ryan langsung berubah. Diletakannya sendok dan garpu lalu dilipat kedua tangannya.“Emma…” Ryan menatap nanar makanan di hadapannya. “Apakah aku telah salah berucap?” Emma yang hendak menyantap makanannya seketika mengurungkan niatnya.“Sudah berapa kali Pak Ryan bertemu dengan Jane?” tany
Baca selengkapnya
Menaklukan Wanita Jenius
Sejak kembali dari kafe Janasses Ethand hanya terdiam dan enggan berbicara. Berbeda dengan Ryan yang sejak tadi merona karena bahagia. Sesekali ia menengok ke belakang namun Ethand tidak menanggapinya. Ryan hanya bisa ikut terdiam tanpa bertanya pada lelaki dingin itu.Sesampainya di Eves The Hill Vunia Ethand turun dari mobil dan langsung menuju ke private lift. Ryan hanya bisa memaklumi atasannya.“Apakah dia lagi kesal?” Ryan pun melepaskan sabuk pengaman dan menyusul atasannya ke penthouse. Seorang diri di dalam private lift membuat Ryan mengantuk apalagi kekenyangan karena baru usai makan siang.“Di manakah dia?” Ryan menjelajahi ke seluruh ruangan dan mencari keberadaan Ethand namun tidak menemukan keberadaannya. “Apakah dia langsung ke kamar?” Ryan hanya bisa menghela napas kesal dan mendaratkan bokongnya di sofa panjang ruang tamu.Di dalam kamar bernuansa monokrom, Ethand duduk di side chair seraya memegang seg
Baca selengkapnya
Tanpa Kabar
Hari ini adalah hari senin. Sudah hampir sebulan Emma bekerja di Alves Corp. hari ini pula akan dilakukan uji coba terhadap program yang ia dan Sobig kerjakan. Semalam Emma sudah melakukan uji coba sendiri di rumahnya. Semua berjalan sesuai dengan logaritma rancangannya. Yang dikerjakan oleh Sobig juga sesuai dengan apa yang diharapkannya.“Makan dulu, Emma.” Suara Ester setelah membuka pintu kamar Emma tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ia tahu jika Emma sudah selesai mempersiapkan diri setelah melihat jam di dinding.“Iya, Bu.” Emma sudah rapi dengan kemeja berwarna putih dengan motif garis yang terkesan santai dan sensual. Kancing bagian atas sengaja di copotnya agar terkesan lebih sensual namun masih sopan dan juga celana palazzo sebagai paduannya. Lengkungan tubuhnya yang ramping terlihat jelas hal itu membuat Ester berpikir sejenak.“Kenakanlah blazer untuk berjaga-jaga, Emma,” ucap Ester.Emma yang sedang memasuk
Baca selengkapnya
Kuatmu Adalah Dirinya
Ethand bukan tidak ingin bertemu dengan Emma namun ia harus membatasi diri agar jangan sering muncul di hadapan wanita itu. Bahkan dengan berat hati ia mengabaikan Emma. Tanpa menyapa dan berbincang hanya ekor matanya yang diam-diam memperhatikan wanita itu.Setelah seminggu lamanya mengabaikan Emma, hari ini dirinya harus menelan kekesalan lantaran Emma yang mengabaikannya. Baru di rasakannya jika diabaikan ternyata sangat menjengkelkan.“Selamat pagi, Pak.” Ryan yang sudah menunggu di depan ruangan Ethand bersiap dengan berkas untuk ditandatangani. Ryan mengernyit kala melihat raut wajah suram dari atasannya itu. Padahal masih pagi namun Ryan tidak menemukan semangat dalam raut wajah lelaki itu. Ia segera membuka pintu ruangan untuk Ethand.“Pagi ini akan diadakan uji coba program baru dengan tim IT, Pak.” Ryan memberikan berkas pada Ethand. Lelaki itu menerima tanpa bersuara. Ia hanya melihat cover depan laporan itu lalu diletakannya d
Baca selengkapnya
Hari Uji Coba
Emma menajamkan penglihatannya pada layar ponsel sembari kembali membaca isi pesan itu. Untuk memastikan pesan tersebut, Emma memberanikan diri melihat ke arah lelaki yang ditakutinya kini. Ia segera berpaling kala netra tajam lelaki itu juga sedang menatap ke arahnya. Tangannya langsung meraih blazer hitamnya dan memakainya. Sudah dua kali Ethand mengharuskannya memakai blazer dan tidak tampil sensual. Ada apa dengan lelaki ini?“Saya persilahkan kepada NN untuk melakukan uji coba dan mempresentasikan hasil program.” Suara Mac menyadarkan Emma dari pikirannya. Ia segera berdiri dan mengambil mikrofon dari Mac.Emma menarik napas dalam lalu dihembuskannya perlahan. Ia mulai membuka hasil program yang dikerjakannya bersama dengan Sobig. Desain Front-end sangat bagus. Emma mulai mnjelaskan cara mengoperasikannya.“Selain di enkripsi, program ini juga dapat mendeteksi posisi peretas. Selain itu juga, kita memasukan alert ke dalam aplikasi ini agar
Baca selengkapnya
Nasihat Ibu Yang Terbaik
Hari yang sungguh melelahkan bagi Emma. Padahal hari ini ia berhasil mempresentasikan program yang dibuatnya. Entah mengapa hati dan tubuhnya seperti bekerja sama menggerogotinya dengan rasa lelah kali ini. Dengan lunglai ia keluar dari gedung Alves Corp. Matahari hampir terbenam di ufuk barat. Jalanan semakin ramai karena waktunya para pekerja pulang ke rumah.“Emma Liandra…” Suara seorang lelaki membuat langkah Emma terhenti. Untuk menoleh ke arah sumber suara pun ia tidak sanggup. Alhasil, terdengar langkah kaki seseorang menghampirinya. Tidak lama kemudian lengannya di pegang oleh lelaki yang belum diketahuinya itu. “Mengapa kamu seperti manusia tanpa jiwa, Emma? Mati enggan hidup pun tak mau.”“Jenaver?” Emma perlahan melepaskan genggaman tangan lelaki itu dilengannya. Bukan tidak nyaman namun ia menyadari siapa Jenaver sebenarnya. “Ngapain kamu di sini?” tanya Emma mengingat status Jenaver adalah putra Prima.
Baca selengkapnya
Segelas Absinth
Sudah pukul 7 malam. Emma sudah rapi dan bersiap untuk menghadiri acara makan malam.  Gaun sequin yang dikenakannya memiliki efek gemerlap dengan aksen ruffles dan drapery, sungguh memikat hati bagi mata siapa saja yang memandangnya.Taksi sudah di pesannya. Emma duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselnya. Di grup chat tim IT sangat heboh karena saling bertanya posisi masing-masing. Hanya Emma lah yang tidak memberitahukan posisinya sehingga membuat para pria itu terus menanyakannya. Emma hanya menahan senyumnya kala membaca chat dari Json.“Apakah mereka pikir aku tidak datang?” Emma hendak membalas namun diurungkannya. Ia membiarkan mereka penasaran.Lima belas menit kemudian, taksi pun datang. Emma segera berpamitan pada Ester dan segera berangkat menuju restoran Qnita.Ketika membaca nama restoran, Emma kembali teringat pada peristiwa beberapa minggu yang lalu. Di mana ia kehujanan dan Ethand hadir membawa payung dan memakaikan j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status