All Chapters of Hëna: Arranged by The Moon (Indonesia): Chapter 91 - Chapter 100
112 Chapters
I Will Never Sacrifice You
Elora tahu tempat ini. Ia sudah mendatanginya ribuan kali melalui sepasang mata kecilnya dalam mimpi-mimpi malam tak berkesudahan. Itulah kenapa, ketika pertama kali ia muncul di sini saat telah dewasa, tempat ini terasa tak asing namun di saat bersamaan terasa samar. Padang rumput tanpa warna ini … Hëna selalu memanggilnya kemari. Membisikkan bahasa-bahasa yang hanya mereka berdua yang tahu.Sebagai bocah kecil, Elora mendekati Hëna tanpa perasaan apapun. Ia tidak takut, sedih, cemas, atau punya pemikiran negatif tentang sang dewi bulan di hadapannya. Satu kata yang selalu terlintas dalam pikiran Elora kecil adalah: cantik. Hëna sangat cantik. Dengan balutan warna perak, putih, dan cahaya seterang dan seanggun rembulan.Namun sekarang berbeda. Di mata Elora kini, Hëna seperti hantu. sepasang netranya menatap kosong pada Elora. Ekspresi wajahnya sedatar dan sehampa padang rumput di sekitar mereka. Hëna membuka mulutnya, mulut yang tipis
Read more
Wipe Out
“Aku butuh bantuanmu.”“Kau masuk ke kamarku di malam hari, saat aku sedang tidur, dan mengatakan butuh bantuanku?” Aiden mengangkat penutup mata dari wajahnya dengan ibu jari dan mengerenyit tak senang pada Caspian. “Apa tidak bisa besok pagi? Aku lelah, Cas. Jadwal hari ini sangat padat.”“Aku hampir saja kehilangan Elora malam ini.”Aiden yang sudah memasang kembali penutup matanya dan berbaring menyamping, menjadi kaku dan kini menarik lepas penutup mata berwarna hitam itu. “Apa katamu?” Dia langsung duduk di kasur dan menyibakkan selimut.“Umm … sepertinya kau harus pakai baju dulu.” Caspian langsung memalingkan wajah, dan Aiden mendengus. “Lihat siapa yang merasa malu setelah menerobos masuk ke kamar orang lain.”Aiden bangun dan menyambar kimono sutra di kaki ranjang, lalu mengenakannya dan mengencangkan ikatnya. “Well, kau mau minta bantuan apa,
Read more
The Terrible Truth
BRAK!Elora dan Javier terlonjak saat pintu membuka dengan keras. Mereka berbalik dan melihat Zed di ambang pintu. Buku harian Kate di tangannya, dan tangan yang lain memegang sebuah jurnal. “Hai,” sapanya, tidak menghiraukan wajah-wajah terkejut yang diakibatkan olehnya.“Kalian menemukan sesuatu?” tanya Zed riang. “Ohh … kalian tak bersama dengan Caspian?” tanyanya lagi sembari melihat ke sekeliling.“Bukankah dia sedang mencari tahu soal Kate bersamamu?” Elora balik bertanya.“Ohh ya, memang. Tapi kami mencari ke tempat yang berbeda. Caspian memintaku untuk menggeledah kamar Kate, mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan petunjuk. Caspian sendiri pergi menginterogasi para penjaga perbatasan.”“Kau menemukan sesuatu di kamar Kate?”“Tidak.” Zed menggeleng, lalu meletakkan buku-buku yang dia bawa ke atas meja. “Tak banyak juga yang bisa digal
Read more
Devastated
Butuh waktu yang lumayan lama sampai Javier berhasil menenangkan Elora. Javier menuntun Elora untuk berbaring, tetapi Elora melontarkan tatapan jijik pada ranjang. Benda itu kini mengingatkannya pada kejadian dua tahun yang lalu, yang sangat ingin ia lupakan. Akhirnya Javier membawa Elora ke sofa, dan menemaninya duduk di sana.“Apa kau yakin dia orangnya?” tanya Javier hati-hati, setelah menyodorkan segelas air putih pada Elora.Elora menenggak habis air itu lalu membanting gelas yang telah kosong ke atas meja. Tangannya terkepal erat di depan tubuh. “Aku tak akan pernah melupakan wajah itu.”Seseorang mengetuk pintu kamar Elora, dan Javier memandang Elora meminta persetujuan sebelum membuka pintu kamar. Elora mengangguk sembari merapatkan lutut ke dada dan memeluknya erat. Javier berjalan ke arah pintu dan membukanya. Sosok Zed muncul dari balik pintu, dia terlihat cemas.“Kau baik-baik saja?” tanya Zed. Dia kelihatan
Read more
Under Your Nose
Ini semua terjadi begitu cepat. Masalah-masalah dalam kawanannya, dan kenyataan bahwa sahabat baiknya ternyata adalah orang yang menghancurkan hidup kekasihnya ….Caspian masih tak percaya, bahkan saat Elora membanting pintu dan pergi dari hadapannya untuk selamanya, Caspian masih mencoba memahami semua ini. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya, Cooper bertingkah laku seperti itu. Apa yang ada di pikiran Cooper sehingga tega berlaku rendahan kepada wanita lain?Caspian bergeming di tempat. Ia menatap kosong pada ranjang, tempat di mana Elora merebahkan diri setiap malam. Lalu, Caspian mengerling arah pintu, pecahan-pecahan vas bunga dan gelas, serta bantal dan berbagai macam benda lain yang Elora lemparkan padanya tadi, berserakan di lantai.Sekarang, apa yang harus Caspian lakukan? Mungkin ia tak akan mengalami kerugian lain selain hatinya yang hancur berkeping-keping, jika pernikahan ini batal. Caspian hanya tinggal melanjutkan hidup, dan bersikap seo
Read more
The Traitor
“Tinggalkan aku sendiri.”“Tapi—“Elora memandang Javier selama beberapa detik. Tak ada minat dalam suaranya saat ia berbicara. “Aku ingin sendirian dulu.”“Setidaknya biarkan aku membantumu membereskan apartemen.”Mereka berdua menatap ke dalam apartemen. Semua masih sama seperti saat Elora meninggalkannya. Barang-barangnya berserakan di lantai, cermin pecah yang tergeletak di lorong depan kamar mandi, sofa yang tercabik. Elora menoleh ke arah pintu kaca yang menuju ke beranda, dan jantungnya tersentak ketika mengingat Caspian yang berdiri di sana seperti waktu itu. Sinar rembulan jatuh di sosoknya yang misterius.“Aku akan kembali membawa makanan,” kata Javier kemudian. Dia tahu Elora sudah tidak bisa dibujuk.“Terima kasih. Nanti malam saja kau kembali ke sini.”Javier mengangguk. Setelah meletakkan koper Elora di dekat pintu kamar, Javier pergi.E
Read more
The Devil's Twist
Caspian berkendara seperti orang kesetanan setelah Elora tak kunjung menjawab panggilannya, dan ketika Caspian menelepon Javier, lelaki itu mengatakan bahwa dia meninggalkan Elora sendiri. Saat Caspian marah mendengar hal itu, Javier berkata, “Hey! Bukan aku yang berniat meninggalkannya! Dia bersikeras ingin sendiri saja!”Caspian memarkirkan mobilnya sembarangan di area parkir apartemen Elora. Ia bergegas menuju ke lantai dua dan mengetuk pintu apartemen Elora dengan terburu-buru. “Elora! Buka pintunya! Ini aku!”Tak ada jawaban. Bahkan Caspian tak mendengar ada pergerakan di dalam sana. Caspian mencoba mengetuk lagi, kali ini lebih keras. Bukannya Elora yang keluar, justru penghuni apartemen di seberang apartemen Elora yang membuka pintu. Seorang wanita tua yang berjalan menggunakan tongkat.“Dia tadi pergi bersama dengan lelaki berambut hitam,” ucapnya, setengah menggerutu. “Sebenarnya apa yang terjadi pada Elora akhi
Read more
Obsessed
Dingin. Gelap. Lembab. Aroma manis dan pahit yang samar.Elora membuka mata, tetapi ia tak mampu melihat apapun. Bau obat yang memabukkan masih menempel di hidungnya. Sesaat setelahnya ia baru menyadari jika seseorang telah menutup matanya dengan kain hitam.“Melihat dari caramu bergerak, sepertinya kau sudah sadar.” Suara yang familiar menyambutnya. Itu Zed. Elora bisa merasakan Zed berada di sampingnya. Napasnya menyapu pipi Elora.“Lepaskan aku,” kata Elora.Zed terkekeh. “Kenapa kau mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu? Kau pikir aku akan melepaskanmu saat kau memintanya?”Elora meronta. Mereka mengikat tubuh Elora dengan tali ke kursi. Saat Zed menelusurkan jari ke pipi Elora, Elora memberontak dan merinding jijik. “Singkirkan tanganmu dariku,” desis Elora.“Jangan membuatku kesal, El. Sebentar lagi kita akan jadi suami istri.”Elora terkesiap. “Apa kau bi
Read more
Silver Bullet
Caspian tidak tahu apakah rencana yang ia susun bersama Javier, Arapeta, Aiden, dan Hanupo bisa berjalan dengan lancar. Caspian bahkan tak yakin hal yang mereka bicarakan bersama tadi adalah sebuah rencana penyelamatan. Setelah mengetahui bahwa Zed mengkhianatinya, Caspian sudah tak bisa mengharapkan anggota kawanan Sacred Storm untuk tunduk kepadanya. Caspian tahu sebagian dari mereka menaruh simpati pada Zed.Caspian mengendarai mobil menuju ke gudang penyimpanan anggur yang sudah tidak terpakai di daerah barat. Dulu daerah itu adalah wilayah Sacred Storm, tetapi melalui negosiasi alot dengan para Alpha waktu itu, diputuskan bahwa daerah itu menjadi daerah netral sekaligus pembatas antara teritori satu kawanan dari kawanan yang lain.Caspian meninggalkan mobilnya di tepi jalan. Ia memastikan tidak ada orang di sekitar sana sebelum mengubah dirinya menjadi manusia serigala. Langit sudah mulai gelap saat Caspian menelusuri jalan di tengah hutan. Semakin lama Caspian bi
Read more
The Brilliant Plan
“Apa kau yakin?” tanya Cooper. Dia masih belum percaya pada teori yang Zed kemukakan. Kawanan pelindung bulan sudah lama punah, dan tak ada cukup bukti bahwa mereka memang mewarisi kekuatan Hëna. Tetapi Zed sudah melakukan banyak penelitian, menghubungkan segala kejadian, hingga dia bisa mengambil kesimpulan; masih tersisa satu manusia serigala dari kawanan itu. Dan dia adalah seorang wanita.“Tidak salah lagi,” jawab Zed.Mereka tengah duduk di balkon restoran Sacred Storm. Malam ini bulan purnama, dan karena sedang musim liburan, banyak turis yang datang ke sini, diantaranya adalah para wanita lajang. Mangsa-mangsa empuk untuk memuaskan gairah Zed. Cooper senang menemaninya karena dia mengatakan wanita itu kelihatan lucu saat sudah jatuh dalam rayuan Zed. Walaupun Cooper sering mengatakan bahwa perilaku Zed tidak bermoral, tetapi Zed tahu kalau Cooper juga menikmatinya. Melihat bagaimana para wanita tak berdaya di hadapan mereka.&
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status