All Chapters of Katanya Dan Nyatanya: Chapter 31 - Chapter 40
82 Chapters
31. Mencari Jalan
       Nata mendesah pelan, dia terlihat jenuh sekali sedangkan Kanya terlihat asyik dengan dunianya. Nata merasa tumben Kanya suka belanja, bahkan berjam - jam."Kamu Kanya akukan? Kanya yang suka marah - marah?" tanya Nata seraya meraih pinggang Kanya agar mendekat.Kanya mendengus dengan alis bertaut heran."Kenapa lagi? Aku pake uang ayah, kamu ga punya hak ngeluh." balasnya dengan masih sibuk memilih jaket.Nata berdecak."Mau pake uang aku pun ga masalah, tapi aku aneh aja. Kamu selama ini cuma mau makan dan makan dari pada belanja kayak gini." terangnya sedikit sewot.Kanya tersenyum, mengusap pipi Nata sekilas."Kamu tahu, orang yang ga pernah marah pasti sekali marah meledak bangetkan? Nah aku kayak gitu tipenya, ga suka sering belanja tapi sekali belanja ya gini." balasnya dengan santai.Nata menghela nafas pendek, ternyata begitu. Dia baru tahu. Rasanya masih ba
Read more
32. Teman Baru
       Kanya melirik Nata yang terlihat asyik dengan ponselnya."Ngapain kamu? Aku perhatiin dari tadi sibuk ngetik sama cengengesan natap ponsel, selingkuh kita cerai ya." celetuk Kanya.Nata sontak berdecak tak suka."Hati - hati, ucapan adalah doa sayang. Aku mana bisa cari yang lain, kamu aja udah sangat cukup." balasnya agak senewen."Ululuh—" Kanya mengunyel kedua pipi Nata yang tengah cemberut itu."becanda, abis kamu asyik sama ponsel." keluhnya.Nata mendekat, mengecup pipi Kanya sekilas."Aku asyik di grup cowok di kampus, aku cuma lagi berbaur sama mereka." jelasnya."Cowok - cowok yang bawel - bawel itu? Kamu betah sama mereka?" Kanya bersandar di bahu Nata."Betah kayaknya, mereka baik - baik." jawabnya santai."Siapa sih namanya lupa.""Burhan, Bagas, Sarip, Haris sama Kevin."Kanya mangut - mangut."Baha
Read more
33.Kabar Bahagia
        Qiano menatap kepergian Irvan dengan senyum tipis penuh kelegaan, dia merasa berhasil menjinakan Irvan yang selalu brutal. Dering ponselnya membuat Qiano tersentak pelan, di tatapnya ponsel yang menyala itu. Qiano tersenyum tipis saat sadar kalau yang meneleponnya itu Syasya. "Hal—" "Qiano di mana? Sya bosen, kita main monopoli lagi. Jadi, cepetan pulang." potong Syasya dengan super cepat. "Iyah, sekarang pulang. Mau titip sesuatu? Kamu apalagi mau makan sesuatu?" Qiano mulai membawa langkahnya ke parkiran, menuju motornya yang terparkir. "Hm—" suara Syasya beberapa saat hanya itu."itu, beli mie ayam aja tapi sambalnya di pisah ya Qiano." lanjutnya dengan riang. "Siap." Qiano tersenyum tipis, naik ke motornya dengan masih fokus pada suara Syasya di ponsel. "Sama jusnya juga, sama cemilan kalau bi
Read more
34. Perjodohan
      Nata dan Kanya terlihat cerah, ada Syasya dan Qiano di sebrang mereka. Ceritanya mereka bertemu sekalian Syasya jalan - jalan."Sayangnya Fajar ga bisa ikut kumpul, tapi dia udah ucapin selamat semalem." kata Kanya memulai percakapan."Emang Fajar kemana?" tanya Syasya dengan polosnya.Qiano melirik Syasya."Kan waktu itu udah di kasih tahu, dia keluar negeri kuliah." serobotnya.Syasya menepuk keningnya."Oh iyah, aduh Sya pikun." balasnya dengan lucu, mengundang tawa Nata dan Kanya."Anak kita lahir ga akan terlalu jauh, kalau sepasang kita jodohin yuk." riang Kanya pada Syasya."Mau - mau, nantikan unyu." balas Syasya agak heboh.Nata dan Qiano saling lirik lalu menggeleng pelan."Biarin anak - anak pilih jodoh mereka masing - masinglah." Nata bersuara, membuat kehebohan keduanya berhenti."Ya ga di b
Read more
35. Bertemu lagi
Dentingan jarum jam terus berputar, berulang seiring berjalannya waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Hingga kini usia anak Syasya dan Kanya sudah memasuki tahun ke 6. Kedua anak itu akan sekolah ke sekolah dasar. "Apa ga 7 tahun aja?" Kanya terlihat bimbang, sedangkan sang anak sudah srmangat. "Normal kok, 6 tahun masuk sekolah dasar. Anak kita pinter sayang." kata Nata seraya menatap gadis manis dengan rambut di ikat dua. "No no no, itu kotor Elsa." suara Rafa mengalun tenang namun penuh peringatan, begitu lucu. Rafa terlihat dewasa sebelum waktunya. Qiano tersenyum tipis."Jangan berantem,
Read more
36. Fajar Mengejar
       Nata memeluk Fajar, merasa tidak percaya ada sahabatnya yang sudah lama hilang."Papa - papa, om kasih Elsa uang, boleh beli boneka?" Elsa menarik lengan Nata sekilas.Pelukan mereka terurai, Nata mengusap kepala Elsa."Tanya mama, kalau mama bolehin, papa juga bolehin, boneka kamu udah banyak, baby." gemasnya seraya mencubit manja pipi Elsa.Fajar mengusap kepala Elsa, menatapnya dengan gemas."Yah, mama ga kasih izin." sedihnya."Minta lagi ke mama gih, papa mau ngobrol sama om, oke?"Elsa mengangguk namun menengadahkan sebelah tangannya."Minta uang dulu, baru Elsa ke mama."Nata terkekeh, merogoh sakunya."Nih, jangan bilang - bilang mama." bisik Nata setelah memberi uang 50 ribu."Siap! Dah - dah - dah." riangnya dengan membawa langkahnya berlalu.Nata menatap Fajar dengan senyum hangat."Lo kem
Read more
37. Fajar Kecelakaan
"Kamu ga pernah mama ajari berprilaku kayak gitu! Kamu sampai bikin kepala orang lain harus di jahit!" Kanya terlihat sangat emosi.Elsa semakin mengencangkan tangisannya, merasa frustasi karena semua orang menyudutkannya tanpa tahu kebenarannya.Gadis kecil itu begitu menyedihkan."Kamu mau jadi preman?! Papa kamu pasti akan marah juga!" Kanya semakin emosi, apalagi keluarga dari pihak korban membawa ke jalur hukum.Kanya tahu, kedua anak kecil itu tidak mungkin masuk penjara bahkan Nata dengan uangnya pasti bisa menyelesaikan semuanya namun tetap saja rasanya tidak enak, apalagi rasa kecewa membalut diri Kanya karena dia merasa tidak pernah mengajarkan anaknya itu kekerasan."Elsa ga akan gitu kalau Maura ga bikin Elsa sendirian di kelas! Bahkan Afa ga tolong Elsa!" raungnya dengan tangis yang semakin pecah, kedua matanya begitu sembab.Nata yang sedang bekerja jelas lan
Read more
38. Adik Untuk Elsa
      Adisty tersenyum, menyimpan bubur di rantang mini yang di bawanya ke nakas."Hai, gimana keadaan kamu sekarang?""Lo kenapa terus dateng? Gue ga nyaman, gue canggung di jaga cewek yang ga gue inget." Fajar terlihat dingin, suaranya masih terdengar lemah."Kata dokter, ingatan kamu hilang itu sementara. Aku mau bantu balikin."Fajar memalingkan wajahnya."Ga usah, lebih baik lo ga usah ke sini." dinginnya.Nata yang sedang duduk di sofa berdecak tak suka."Lo bertekad kejar dia, sekarang bahkan Adisty yang kejar lo! Saat lo inget nanti, lo pasti nyesel sama ucapan lo hari ini, Jar!" gemasnya lalu memutuskan keluar dan membiarkan mereka berdua."gue pulang dulu, Elsa udah tanya kapan gue pulang.""Hm, hati - hati. Salam buat Elsa sama Kanya.""Hm." Nata pun hilang di telan pintu.Adisty masih betah duduk dengan kepala menun
Read more
39. Dewasa
        Nata terlihat kacau, gosip mengenai dirinya gay kini muncul kembali ke permukaan. Membuat beberapa klien membatalkan janjinya. Bahkan sahamnya pun agak goyah."Mereka tahukan gue udah nikah bahkan udah punya anak!" amuk Nata.Qiano diam sejenak."Mungkin ada pesaing yang mau lo sama perusahaan ini hancur."Nata menghela nafas kasar."Gue ga paham dan ga tahu, nyokap bokap pasti turun tangan tapi tetep aja, sialan banget berita ini. Gara - gara gosip ini, dalam sehari klien banyak yang batalin janji." ujar Nata dengan emosi yang menggebu."Cari akarnya, jangan di biarin, Nat."Nata mengangguk dengan penuh tekad."Pasti, gue akan cari." tatapannya berkilat penuh ambisi."Dengan uang lo yang ga akan habis tujuh turunan, semua pasti mudah."*** "Ma,
Read more
40. Pergi Liburan
     Nata dan Qiano tengah terlihat serius, cafe sepi pengunjung itu benar - benar sepi."Dia saingan lo waktu sebelum kontrak sama perusahaan ponsel waktu itu." Qiano mendekatkan tabnya pada Nata."Gue udah duga ini, dia ga terima kalah." Nata memperhatikan satu CCTV di mana salah satu tangan kanan saingannya yang tengah memberi sesuatu pada wartawan di perusahaan besar."Gue dapet ini pake ancaman. Kalau mereka ga jujur dan kasih bukti, gue bakalan bikin mereka bangkrut." jelas Qiano sebelum menyesap kopinya."Bagus, walau pun udah kasih bukti, gue tetep mau mereka bangkrut, wartawan matre sialan! Gue mau ajak liburan anak sama bini jadi gagal!" amuk Nata."Sabar, yang penting semua masalah beres dengan adanya bukti - bukti ini. Lo bisa terbang lusa atau bahkan besok, Nat.""Lo bener, gue pam—""Hai." Irvan tersenyum tipis, deng
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status