All Chapters of Katanya Dan Nyatanya: Chapter 51 - Chapter 60
82 Chapters
Sequel : Nongkrong
    Rizkita mengepalkan tangannya dengan nafas memburu kesal, marah plus kecewa dengan jalan hidupnya yang terasa rumit.Demi apapun Rizkita hanya ingin menjadi siswi biasa sesuai umurnya, tidak memusingkan uang, tidak lelah karena pekerjaan, dia hanya ingin sibuk bermain."Rania, mama tetap tidak berubah.."lirih Rizkita yang kini terisak, amarahnya menguap menjadi rasa lelah akan semuanya.Rania sang sahabat yang merangkap asistennya kini memeluk Rizkita. Keduanya berada di posisi yang sama, di jadikan mesin uang dengan mengesampingkan pendidikan. Keduanya hanya home schooling."Mereka beruntung merasakan masa putih abu - abu, sedangkan aku melewati fase itu."lirih Rizkita dengan tangisan yang semakin tak terbendung."Mama marah saat aku bilang ingin berhenti, apa uang papa tidak cukup? kenapa aku harus bekerja banting tulang sedangkan Dewi dia bisa merasakan bangku sekolah! sem
Read more
Sequel : Paniknya Dewa
   Rizkita masuk dengan tanpa permisi membuat Dewi yang tengah berbincang dengan Dewa lewat ponsel mengalihkan fokusnya."Ada apa Ta?"tanya Dewi heran melihat raut marah di wajah Rizkita."Semua ga adil!"teriak Rizkita seraya mendorong Dewi hingga terjatuh ke lantai."Akh! ada apa Ta?"tanya Dewi dengan ringisan sakit saat merasakan lengannya yang mungkin terkilir."Enak ya pacaran? enak ya sekolah! lo ga berguna!"teriak Rizkita dengan nafas memburu."kenapa gue? harusnya elo!"lanjut Rizkita semakin tak terkendali.Dewi mulai gelisah, dia tidak mengerti maksud Rizkita apa."Maksud kamu apa Ta?"lirih Dewi."Kenapa cuma gue yang kerja di sini? sedangkan elo yang nikmatin uangnya buat sekolah dan pacaran! sialan!"teriak Rizkita lalu melayangkan tamparan keras ke pipi Dewi.Dewi tak bisa lagi membendung air mata dan amarahnya."Harusnya gue yang merasa g
Read more
Sequel : Tidur Bareng
    Dewa turun dari mobilnya di ikuti Dewi, Dewa mengulurkan tangannya yang dengan ragu Dewi sambut. Keduanya berjalan masuk menuju rumah Dewa yang tampak sepi."Ga pulang sekali pulang bawa perempuan!" Elsa terlihat pura - pura marah, membuat Dewi menciut takut. Tidak percaya juga akan di bawa ke rumah Dewa."dan kamu—""STOP! kalau mama ga tahu kejadiannya mending diem! Dewa males debat!" potong Dewa dengan wajah di tekuk malas.Dewi semakin menunduk takut, wajah Dewa benar - benar garang. seperti akan memakan musuhnya hidup - hidup."Mama ga ngajak kamu debat! Mama cuma mau kenalan!" Elsa begitu kesal dengan pikiran negatif Dewa.Dewa menarik Dewi agar melanjutkan langkahnya. Membiarkan Elsa yang terus berceloteh dan memanggil mereka.Dewi duduk di ujung kasur Dewa, semua terlihat serba hitam, namun bersih. Dewi teringat pada mama Dewa tadi, ada apa
Read more
Sequel : Bertemu Ayah Dewi
    Atiya keluar dari kamarnya dengan bersenandung pelan, wajahnya begitu berseri - seri. Tas limited yang di incarnya sudah ada di kamarnya. Tidak sia - sia dia mengancam kakanya."Woi!" panggil Atiya saat melihat Dewa berjalan melewatinya begitu saja, kebiasaan!Dewa melirik Atiya dengan alis terangkat satu."Apa?"tanyanya cuek.Atiya memejamkan matanya sekilas guna menahan kekesalnnya, selalu saja di buat kesal."Gue di sini keliatan ga sih! Nyapa kek!" semprot Atiya.Dewa menjitak kening Atiya sebagai respon lalu berlalu menuju kamarnya.Atiya sontak meringis kesakitan."Dasar sableng! Punya kakak kok gini amat!" gerutunya dengan terus mengusap keningnya."bilangin Dewi baru tahu rasa!"lanjutnya dengan muka di tekuk kesal.Atiya dan Dewa adik kakak, setelah beberapa bulan melahirkan Dewa, Elsa kembali mengandung Atiya karena kebobolan, Rafa lupa tidak memakai pen
Read more
Sequel : Bini
   Dewa berjalan menuju ke gudang belakang, seperti biasa bolos pelajaran untuk merokok bersama Braya dan Irvan. Dewa melirik ke arah kelas Dewi, di sana tampak ricuh sepertinya sedang jam kosong.Dewa menepuk pundak Braya yang terlihat asyik berbincang dengan Irvan."Kalian duluan.."Braya dan Irvan mengangguk lalu melanjutkan langkahnya dengan kembali berbincang dan tertawa.Dewa mengamati Dewi dari kejauhan, gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong menatap jemarinya yang berada di atas meja.Dewa kesal pada adiknya yang kini entah berada di mana, kenapa tidak menemani Dewinya.Dewa masuk tanpa permisi, membuat orang yang ricuh di dalam kelas itu mulai berhenti. Keadaan pun tiba - tiba hening tanpa Dewi sadari.Dewa meraih pergelangan tangan Dewi membuat Dewi mendongkak dengan sedikit kaget."Ikut aku.." Dewa menyeret pelan D
Read more
Sequel : Atiya Terluka
     Dewa meletakan seragam Dewi dalam paperbag di jok belakang, di susul dengan masuknya Dewi yang duduk di samping joknya."Kita mau kemana?"tanya Dewi dengan melirik Dewa sekilas.Dewa menyalakan mesin mobilnya."Ke tempat orang pacaran tapi ke markas dulu mau ambil tas.."jelas Dewa tanpa menatap lawan bicara.Dewi tak merespon, dia mulai kembali sibuk sendiri dengan apa yang di lewati mobil Dewa.Dewi masih harus membiasakan diri, dia belum pernah pacaran kalau hubungan tanpa status sih pernah sekali dan itu dulu, cukup lama. Makanya Dewi merasa kaku.Dewi menoleh kaget saat sebelah tangan Dewa menggenggam tangannya yang berada di pangkuan.Dewi mencoba melepaskan genggaman itu."Jangan gini, ga baik nyetir pake satu tangan.." Dewi tampak resah, genggaman Dewa sulit dirinya lepaskan."Sebentar, jalan lagi sepi.." Dewa terlihat cuek.
Read more
Sequel : Sama - sama di sakiti keadaan
     Dewi menahan nafas saat bibirnya berucap repleks. Saat Dewa bertanya mau cium dia menjawab iya tentu saja Dewi malu setengah mati."Jadi mau?" Dewa terkekeh pelan seraya menuangkan air ke dalam gelas."nih minum dulu, ciumnya abis selesai kamu minum aja.."lagi Dewa terkekeh geli."A-Apa sih! aku ga bermaksud—""Iya, aku becanda kok."potong Dewa.Dengan bibir di tekuk Dewi meneguk airnya dengan tak berselera. Dewa hanya menatap Dewi dengan tatapan tak terbaca."Udah?" Dewa meraih gelas di tangan Dewi lalu setelah menyimpan gelas itu Dewa menarik Dewi, mengangkat tubuhnya hingga duduk di meja makan."Dewa kamu.."ucapan Dewi terhenti saat Dewa membungkam mulut kecil nan tipis milik Dewi, perlahan Dewa melumat bibir itu, menghisapnya bahkan kedua tangannya sudah melingkar di tubuh Dewi. Menariknya untuk semakin merapat.Dewa melepaskan
Read more
Sequel : Dewa Mabuk.
    Semenjak kehadiran Dewi, Dewa bahkan hampir lupa kapan dirinya tawuran dan minum - minuman beralkohol.Hari ini Dewa sepertinya tidak bisa menolak ajakan temannya, masalahnya entah yang keberapa kali dia selalu menolak."Jangan bilang mau nolak lagi? lo ketua di sini Wa.."Suara Firdaus terdengar kesal.Dewa terdiam, merasa serba salah."Hm, gue ikut, bentar gue kebelakang dulu.."pamit Dewa seraya mendial nomor Dewi yang dia beri nama'Sayang'Dewa tampak cemas, Dewi tak kunjung mengangkat teleponnya. Dewa kembali mendial nomor Dewi."Hallo.."Dewa menghela nafas lega."Kamu kemana aja sih sayang.." Dewa menyugar rambutnya. Dia harus mulai merangkai kata."Aku abis dari kamar mandi..""Oh, Em, aku mau kumpulan sama anak - anak.." Dewa menjeda ucapannya."Kumpul aja
Read more
Sequel : Hasutan Abimanyu
    Dewa menghela nafas lirih, dia yang selalu terlihat dingin, brutal kini turun harga jadi menggemaskan, tentu saja Dewa merasa tak terima tapi dia tidak bisa marah karena Dewi pelakunya dan Dewa semakin tidak bisa marah karena ulahnya Dewi begitu senang, selalu tertawa ketika menggodanya, seperti saat ini."Lucu.." Dewa membingkai wajah Dewi yang tengah tertawa itu dengan mengulum senyum kecil penuh cinta.Perlahan Dewi menghentikan tawanya lalu di ganti senyuman kecil."Hm, kamu lucu kayak anak kecil." balas Dewi dengan semakin melebarkan senyumnya yang membuat kedua mata itu menyipit ikut tersenyum.Dewa mengusap pelan pipi Dewi."Maksud aku, kamu lucu kalo terus kayak gitu, aku semakin semangat buat bikin kamu bahagia.." Dewa menggigit bibir bawahnya menahan senyumnya saat melihat bias merah menghiasi pipi Dewi.Dewi melepaskan kedua tangan Dewa dengan salah tingkah, Dewi berdehem pelan.
Read more
Sequel : Fitnah
     Braya menahan Dewa yang hendak maju melawan Nando, anak sebrang sekolahnya."Jangan di ladenin Wa, inget! Kita udah beda jalan sama dia.."bisik Braya dengan serius."Cemen ya sekarang, di ajak ga mau, takut lo?" ledek Nando yang langsung mengundang tawa anak buah Nando."Mungkin mereka mau pake rok Nan.."tambah Dodit, teman Nando.Dewa tersenyum miring."Gue ga peduli dengan pemikiran kalian, yang tahu hidup gue ya gue, gue udah bahagia jadi ga perlu usik hidup orang lain, lo usik gue kayak gini karena hidup lo ga bahagiakan?" Dewa melebarkan senyumannya dengan begitu puas.Wajah Nando mengeras."Ini perkara sejarah turun temurun sekolah kita! Ga ada sangkut pautnya sama hidup pribadi gue.."tekan Nando dengan menunjuk wajah Dewa."Sejarah? Lo bangga dengan mengorbankan nyawa demi sejarah sekolah itu? Ah! Soal harga diri? Gue ga pentingin itu yang jelas gue ga mau ada lagi
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status