All Chapters of Bride For the Matchmaker : Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Rasa yang Membuat Galau
"Konyol," "Nggak, jangan konyol dong, Kang. Tokoh wanitanya harus elegan," protes Lilis yang meraih laptop Prabu, kemudian mengganti deskripsi tokoh."Lis, kamu tuh cocok banget kalau nulis tokoh wanita yang koplak.""Kakang kok gitu? Ini sebenarnya mau bilang kalau aku koplak, kan? Hayo ngaku!" Lilis melemparkan pandangan ke arah tembok tinggi di samping kanan. Sengaja memperhatikan cicak-cicak yang asik bercanda, agar tidak perlu melihat mata Prabu, karena akan membuatnya luluh.Suara helaan napas Prabu yang kasar terdengar. "Bukan gitu, Lis. Kamu itu beneran cocok nulis tokoh wanita yang koplak.""Tapi aku tuh waras, Kang. Nggak mau nulis yang koplak-koplak gitu!"Di teng
Read more
Berusaha Mengenali
"Den, Aden tahu nggak?" Aura menoleh ke samping, untuk meminta bantuan."Tentu saja aku tahu, tapi kita lihat reaksi Poppy dan Dila. Siapa yang bisa mengenali pasangannya." Cakra sengaja tidak langsung menjawab. Padahal sebenarnya, dia bisa mengetahui perbedaan mereka, hanya dengan melihat benang takdir yang terikat di jari kelingking."Pak, Bu Poppy dan Bu Dila sudah datang." Salah satu pegawai mereka yang bernama Indro, mengabarkan hal itu.Kedua Hans mengambil sebuket bunga yang sama persis, lalu mereka menuju ke depan, untuk menyambut pasangan masing-masing. Aura dan Cakra mengikuti di belakang."Kira-kira kedua wanita itu bakal salah pilih nggak ya?" bisik Aura sambil melingkarkan tangan ke lengan Cakra."Aku tidak yakin
Read more
Ujian Hidup
"Nenek!" panggil Aura dengan lebih keras. Gadis itu menghambur ke pelukan sang nenek. Rasa iba menyusup ke relung hati Cakra, hingga pria itu tergerak untuk mendekat, kemudian menepuk bahu Aura dengan lembut."Bercandanya nggak lucu, Nek," protes Aura yang sudah mengurai pelukan.Nenek Aura terbahak-bahak, kemudian matanya tertuju pada Cakra. "Kenapa pacarnya dicuekin. Nggak mau dikenalkan ke Nenek?""Dia ini majikannya Aura, bukan pacar," ralat Aura dengan cepat.Meskipun demikian, Cakra bisa melihat pipi gadis itu bersemu merah. Apakah memang mudah merona atau gimana?"Perkenalkan, saya Cakra. Atasan Aura," ucap Cakra sambil mengulurkan tangan.
Read more
Simalakama
“Silakan duduk, Pak Cakra,” ucap pria yang mendahului masuk ke dalam ruang kerja Cakra.“Seharusnya saya yang mempersilakan Anda untuk duduk. Silakan duduk, Pak…?“Iswanto, nama saya Iswanto. Saya dengar Anda adalah makcomblang jitu. Jadi, saya mendaftar di biro jodoh yang Anda kelola. Kemarin asisten Anda menjadwalkan pertemuan di sore hari, tapi karena saya ada acara. Jadi, saya memberanikan diri datang ke sini.” Pria itu duduk di sofa yang menghadap ke arah pintu kaca.“Perkenalkan, saya Cakra dan ini asisten saya yang bernama Aura.” Tangan kanan Cakra direntangkan untuk memperkenalkan gadis yang berdiri di samping sofa, yang didudukinya.Setelah memberi salam, gadis itu mengambilkan tablet untuk Cakra. “Ini file
Read more
Tarik Ulur
“Tutno ngasi mentok!” Cakra membaca mantra, membuat benang biru yang melingkari smartwatch berpendar. Benang itu bergerak memutar, kemudian ikatannya terbuka, lalu meluncur menuju jari kelingking. Benang biru itu menyusuri benang takdir, seolah itu adalah jalan yang harus dilewati.Cakra mengernyit, saat ini benang takdir Iswanto semakin mengendur dan terus memanjang. Ini berarti takdir pria itu mulai bergerak menjauh. Namun, saat sudah separuh jalan, tiba-tiba benang takdir memendek.“Ombo sing ombo meneh!” Cakra buru-buru memperluas jangkauan bola kristal.Cakra bisa melihat Iswanto, yang sedang mengangkat sebuah pot berisi bunga Daisy warna putih. Kemudian terlihat tempat duduk pesta yang dilapisi dengan beludru. Saat pandangan semakin lebar, Cakra bisa melihat jalan luas di depan gedung.
Read more
Prabu
“Baiklah. Akan kuberi satu kesempatan,” ucap Cakra dengan ragu.Sebenarnya, dia tidak mau meladeni Prabu, takut kalau pria itu ternyata adalah benar jodoh Aura. Namun, dia kembali teringat dengan Hansel, kalau pria itu bisa diberi kesempatan, seharusnya dia bisa memberikan kesempatan yang sama pada Prabu.“Saya sudah menantikan jawaban ini cukup lama. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera melamar Aura.” Binar di mata Prabu membuat Cakra terdiam.Kalau rasa cinta Prabu sedemikian besar untuk Aura, seharusnya dia bisa mengusahakan untuk membantu. Bukan malah menjegalnya. LAgipula, Cakra sudah putus asa dalam mendapatkan jodoh.“Saya akan menemuimu besok jam 9 di Kafe Jingga. Silakan bawa Aura ke sana, tapi saya hanya akan mengawasi dari kejau
Read more
Melihat Jodoh Prabu
Bahu Aura bergerak naik turun beberapa kali, tanda sedang mengatur pernapasan. Ini bukan kejadian pertama kali, harusnya dia sudah lebih berpengalaman, tapi kenapa masih bisa sepanik ini? Dia masih merasa cemas kalau-kalau terjadi sesuatu saat Cakra mengurung diri.“Tenang Aura, pasti tidak akan ada masalah. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin,” bisik Aura pada dirinya sendiri.Tak butuh waktu lama bagi Aura untuk kembali bersikap rasional. Dia sudah bisa memutuskan langkah apa yang akan diambil.“Den!” teriak Aura sambil mengetuk pintu dengan lebih keras. Dia mengetuk dengan irama lagu kekinian yang ada di platform joget-joget. Kalau kesimpulannya tepat, dalam beberapa detik lagi pintu pasti akan terbuka.“Iya, sebentar. Stop ketuk pin
Read more
Merancang Pendekatan
Mata Binar membelalak ketika bertemu pandang dengan Cakra. Sedetik kemudian, gadis yang mengenakan kaus sewarna tanah itu membalikkan badan, lalu berlari kencang. Cakra yang tidak menduga akan hal itu pun buru-buru mengejar, tapi sesosok tubuh mungil dengan kedua tangan terentang, menghalanginya.“Aden ada keperluan apa di sini?”“Minggir!” usir Cakra dengan suara meninggi.Namun, gadis itu malah semakin bertekad menghalangi langkahnya. Padahal tangan Cakra mulai berkeringat , karena mulai takut kehilangan jejak Binar.“Aden bilang dulu, mau apa ke sini? Aden ngikutin aku?” tuduh Aura dengan mata menyipit.Karena sudah tidak sabar lagi, Cakra meletakkan kedua tangan di pinggang Aura, kemudi
Read more
Percayalah
“Dia sudah punya pacar atau mungkin malah suami. Saya tidak mau menjadi pebinor, yang merusak rumah tangga orang lain,” sembur Iswanto ketika bertemu dengan Cakra dan Aura keesokan harinya.“Pria itu bukan pacar atau suaminya Jasmin. Saya sudah menyelidiki dengan cermat,” bantah Cakra sambil mempersilakan Iswanto untuk duduk.Dia memberi kode pada Aura agar membuatkan kopi bagi pria itu. Aura mengangguk sekilas sebelum meninggalkan keduanya.“Apa Anda yakin? Kalau bukan pacar, lalu dia siapa? Saya sudah terlanjur berharap pada Anda. Anda tahu sendiri kalau waktu saya sudah tidak banyak lagi,” ungkap Iswanto, yang kembali mengingatkan Cakra akan tujuannya mencari jodoh.“Tenang saja. Kita tetap lanjutkan rencana awal. Saya harap A
Read more
Berkunjung ke Luvnesia
“Hanya calon klien yang keras kepala. Sepertinya dia nggak bakal jadi klien kita,” jawab Cakra dengan datar.“Pasti orang yang minta dijodohkan dengan target tertentu. Kenapa nggak pada nurut sama Aden sih? Apa kita perlu nulis aturan itu dengan ukuran huruf yang lebih gede di beranda web biro jodoh?” tanya Aura untuk mengungkapkan kekesalan.Sejujurnya Aura merasa lega karena itu hanya calon klien, bukan wanita yang spesial di hati Cakra. Sampai sekarang Aura masih penasaran dengan status Cakra, tapi tidak berani menanyakannya.“Oya, besok kamu yang ngawasi Pak Iswanto. Saya ada janji temu selama seharian.”Perkataan Cakra membuat Aura kembali merasakan tusukan di perut. Rasanya nggak nyaman kalau tidak tahu kegiatan majikannya itu.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status